17 - Aku Pamit

503 109 23
                                    

AKU PAMIT

Terkadang, kita menjadi antagonis di cerita orang lain. Sebab tanpa sadar kita adalah alasan seseorang patah impian, patas semangat, bahkan patah hati

Kamu, Imamku

Happy reading, jangan lupa ramaikan kolom komentar. Siap-siap emosi di part ini hehe

***

"Apa dengan melakukan ini lo merasa bahagia?" 

Tak tanggung-tanggung, ia terus saja melayangkan pukulan tanpa henti pada lelaki tersebut. Kini bahkan dia menindih tubuh Azhar yang sudah telentang di lantai kedai. Entahlah, Ghatan merasa sangat marah melihat bagaimana reaksi Azhar perihal apa yang dikatakannya tentang Nanda. Apa dia merasa perasaan gadis itu bukanlah apa-apa?

Ghatan menarik napas sejenak meredakan amarah yang melanda.

Seisi kedai tengah mengerumuni keduanya. Mereka sudah jadi tontonan banyak pasang mata. Namun, Ghatan tidak peduli soal itu sebab yang harusnya menelan malu bukanlah dirinya, melainkan lelaki ini. 

Senyum miring Ghatan tergambar beberapa jenak setelahnya. "Coba kita lihat apa yang setelah ini terjadi kalau istri lo dengar soal rekaman percakapan kita. Biar dia sadar lelaki seperti apa yang dia nikahi selama ini," ucapnya pelan namun penuh dengan penekanan.

Azhar melototkan mata saat melihat lelaki di atasnya mengangkat ponsel tepat di depan wajahnya. "Kamu menjebak saya?"

"Menjebak? Gue nggak salah dengar? Kata mengungkap kebenaran lebih tepat jika dibanding menjebak," jawab Ghatan. 

 "Kenapa kamu harus ikut campur masalah ini?"

"Mas Azhar mau tahu alasannya?" tanya Ghatan dengan senyum culasnya. "Karena mulai sekarang, apapun yang menyangkut Mbak Nanda, akan jadi urusan gue."

Azhar hanya bungkam mendengar pernyataan lelaki tersebut. Dia kembali meringis saat kepalan tangan Ghatan mengenai pelipisnya. Rasanya sungguh nyeri.

BUGH!

"Ini untuk segala kebohongan lo!" 

BUGH!

"Ini untuk segala sakit yang lo berikan pada Mbak Nanda!"

BUGH!

"Juga, ini untuk sedikit pembalasan dari seorang Ghatan Putra Aditya!"

"BANG GHATAN CUKUP!" teriak seorang lelaki yang merupakan rekan kerja di kedai tersebut. Dia segera melerai pertikaian yang terjadi dengan menarik tubuh Ghatan dari atas Azhar. "Pelanggan kita hari ini banyak, Bang."

Ghatan menatap lelaki tadi. "Gue nggak peduli, Tirta. Akan lebih menyenangkan lagi kalau seluruh dunia di sini dan menyaksikan sendiri betapa brengs*knya lelaki naif ini."

"Bang," ingat Tirta seraya menyambar lengan Ghatan saat ia melihat lelaki itu hendak mendekat lagi pada Azhar. Dan yang bisa dilakukan Ghata hanya terdiam di tempat sambil menghela napas dalam-dalam. 

Azhar segera bangkit, menyeka pelipisnya yang mengalirkan darah segar. Ditatapnya Ghatan dalam beberapa detik hingga akhirnya dia memiling menyimpan suara seraya mengaitkan kembali kancing teratas kemejanya yang lepas. Ah, mungkin sehabis ini dia harus memutar otak untuk mencari kebohongan baru atas lukanya ini pada Alba.

"Mas Azhar menunggu saya yang mengatakan hal ini pada istri Mas atau Mas sendiri yang bilang padanya?" tanya Ghatan lagi.

Mata Azhar membola dalam dua detik. "Jadi, kamu serius soal ini, Ghatan?"

GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang