SEBUAH PERTEMUAN RAHASIA
Ada pepatah bilang, mencintai tidak harus memiliki, karena memang di dunia ini tidak semua hal bisa kita genggam sekalipun kita sangat menginginkannya, hati manusia misal. Jadi, bila nanti kamu jatuh cinta, jangan pernah meletakan harap yang besar. Cukup cintai dia, tapi jangan memaksa
Kamu, Imamku
***
Hari Selasa siang, rasanya sama seperti siang sebelumnya. Awan-awan berarak, dedaunan melambai seiring angin yang menyelip di selanya, pun bebungaan taman rumah sakit tampak mekar asri nun memanjakan mata. Lorong-lorong penuh, sesak, tumpah ruah oleh desakan-desakan orang yang lalu lalang. Sesekali ada yang berhenti di kursi sejenak, mengistirahatkan kaki yang terasa kebas lantas perbincangan ringan mengalir di antara penghuni bilik rawat inap itu. Seolah mereka semua lupa akan rasa sakit serta selang infus yang menerobos lengannya. Jiwa-jiwa ini mungkin saja rindu dengan rasa sehatnya, juga ingin mengulang tubuh bugar secepatnya. Namun, tiada yang tampak layu di antara mata-mata itu. Mereka tersenyum, meski terkadang terlihat hambar.
Dia, Veronica, berjalan lesu selepas keluar dari pintu rawat inap di ujung lorong. Dua kali dia menghembuskan napas panjang ke udara, meredakan perasaan aneh bercampur kesal yang bertumpuk di dadanya.
"Kita mau pulang, kenapa cemberut?" Ditanyakanlah kalimat tersebut oleh seorang wanita paruh baya di sampingnya. Sebelah tangannya menyingkirkan anak rambut yang jatuh sembarangan di wajah sang putri. "Masih sakit?"
Lantas ia menggeleng kecil. "Apa setelah ini Papa akan benar-benar meninggalkan kita dan menikah dengan perempuan itu?" tanyanya. Suara gadis tersebut turun satu tingkat, kakinya yang semula melangkah jarang-jarang kini berhenti. "Ma?"
"Mama nggak tahu." Jawaban wanita tersebut kontras dengan apa yang diperlihatkan pada Veronica, bahkan kini dia tersenyum lebar menutupi luka hatinya yang menganga. "Kenapa, Sayang?"
Veronica diam tak menjawab.
"Jangan bersedih, ada Mama di sini."
"Apa Mama nggak sakit hati dengan Papa?"
Dua detik setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Veronica, wanita tersebut meraih tangan sang putri dan menggenggamnya. "Akan terdengar seperti seorang munafik kalau Mama bilang nggak sakit hati, Ver. Nyatanya hati Mama sakit, sangat sakit. Namun, apa yang akan berubah dengan Mama menebar kebencian pada Papa? Nggak ada. Tenggelam dalam rasa sakit itu bukan satu-satunya pilihan ketika kita disakiti. Untuk apa kita memikirkan seseorang yang bahkan tidak pernah memberikan satu ruang kecil untuk nama kita di hatinya?"
Entahlah, Veronica tak mampu lagi mendefinisikan betapa kuat dan berharganya wanita ini. Dia tetap tersenyum, seolah memang semua hal yang dilaluinya bukanlah hal berat. Padahal bisa saja perceraian adalah patah hati terberat seseorang. Bukankah mamanya sangat besar hati menjalani semua hal ini?
"Ada yang harus kamu tahu, Sayang. Di dunia ini ada yang nggak bisa kamu atur: takdir dan hati seseorang. Kamu boleh mencintai, tapi kamu nggak berhak memaksakan agar dia membalas rasamu dengan hal serupa. Ada pepatah bilang, mencintai nggak harus memiliki, karena memang di dunia ini tidak semua hal bisa kita genggam sekalipun kita sangat menginginkannya, hati manusia misal. Jadi, bila nanti kamu jatuh cinta, jangan pernah meletakan harap yang besar. Cukup cintai dia, tapi jangan memaksa."
Lama Veronica menatap mata legam wanita tersebut, mencari letak celah perkataan Sang Mama yang mungkin saja adalah sebuah kebohongan. Tidak boleh meletakkan harapan besar? Apa itu artinya Veronica tidak boleh berharap kalau Ghatan akan membalas rasanya? Namun, nihil. Yang dijumpai gadis itu hanya kelapangan yang berpendar di sana, apakah ia bisa menjadi perempuan seikhlas Mama? Yang tetap menjadi 'baik' meski dikhianati? Rasanya tidak, hatinya tidak semulia Sang Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]
SpiritualRomance-Spriritual #6 Spiritual (26 September 2021) #11 Nanda (7 Agustus 2020) #242 Spiritual (25 Jan 2021) #296 Spiritual (20 Maret 2021) #271 Spiritual (29 Maret 2021) Ghatan Putra Aditya. Pemuda dua puluh empat tahun yang masih terjebak dengan ku...