Nineteen

407 32 13
                                    

Seminggu berlalu, semenjak kejadian pembunuhan Sana. Dan akhir-akhir ini Jimin tidak menggangguku lagi.

Tapi, Seulgi terus saja  mencoba menggangguku. Seperti sekarang ini, ia mengunciku dalam kamar mandi. Tidak, bukan tempat Sana meninggal. Tapi kamar mandi yang lain.

Aku bisa mendengar Seulgi, Joy, dan Wendy sedang mentertawakanku. Astaga, apakah diluar sana tidak ada orang?

"Tolong! Keluar aku dari sini!" tidak ada yang menyahut, Seulgi dan teman-temannya pun sepertinya  sudah tidak ada diluar.

"TOLONG!" Sial, suaraku hampir habis.
Tubuhku merosot, dadaku sesak, aku phobia terhadap tempat sempit.

"Tolong!" dan saat terakhir itu pula, ada seseorang tengah menobrak pintu.

Aku mendongak, mencoba melihat siapa malaikat yang telah menyelamatkanku. Tapi, tiba-tiba saja semuanya gelap. Tubuhku melemas dan akhirnya aku pingsan.

••••••

Semuanya putih? Apakah aku di surga? Kalau benar aku di surga, berarti aku sudah mati?

Ah tidak! Ini ruang kesehatan sekolah. Aku mengedarkan pandanganku, dan pintu ruangan pun terbuka. Memperlihatkan seseorang yang benar-benar aku benci.

"Kau sudah sadar?" Apakah dia buta? Jelas-jelas mataku sudah terbuka!

Aku tidak menggubrisnya, aku mengalihkan pandanganku ke jendela luar yang menampilkan pemandangan lapangan sekolah.

"Kau berani mengabaikanku huh?" 
Ia berusaha memegang wajahku, dengan segera aku menepisnya dengan kasar.

"Tolonglah, lepaskan aku dari semua ancamanmu itu! Aku muak, setiap hari aku diganggu oleh pacar sialanmu itu! aku berjanji tidak akan menceritakan apapun pada seseorang tentangmu! Aku lelah terus-terusan hidup dikekang oleh seseorang seperti ini. Cukup Rose kecil yang tersiksa, tidak lagi untuk kehidupanku yang sekarang! Aku sudah cukup bahagia sebelum kau datang, kau kesini untuk membalaskan dendammu bukan? Selesaikanlah dendammu itu, dan pergilah sejauh mungkin dari kehidupanku. Jika kau tidak mau, lebih baik kau bunuh saja aku, aku sudah lelah, muak, kau pikir kau siapa yang berani-beraninya mengatur kehidupanku? Pergilah sejauh mungkin! Aku membencimu bajingan!!"

Mataku yang sudah perih malah semakin perih, air mataku tidak henti-hentinya keluar. Aku memakinya, aku lihat Jimin menunduk.

Dan tiba-tiba saja tubuhku menghangat, ia memelukku hangat. Tunggu, memelukku?

Aku berontak, mencoba mendorong nya menjauh dariku. Tapi ia malah lebih mengeratkan pelukannya padaku.

"Maaf jika itu membuatmu tersiksa, maafkan aku jika kehadiranku ini membuatmu tak nyaman. Tapi jujur, aku tidak bisa menjauh darimu, entah kenapa hatiku sakit saat kau menangis seperti ini. Tolong jangan membenciku, aku berjanji tidak akan mengancam ataupun menyakitimu lagi. Aku bertekad akan menjagamu, karena aku benar-benar sangat mencintaimu" Aku berhenti memukul-mukul dadanya, seperti terhipnotis akan ucapannya aku terdiam.

Mencoba mencerna apa yang Jimin katakan padaku tadi, mencintaiku? Ini benar-benar gila.

Aku mendorongnya, lalu aku berdiri dan mencoba meninggalkannya pergi.

Tapi belum sempat aku melangkahkan kakiku, tanganku digenggam olehnya.
"Tolong jangan membenciku" ucapnya lirih.

Tunggu sebentar, kenapa hatiku juga terasa perih saat melihatnya seperti itu? Aishh aku tidak peduli! Ia sudah beberapa kali menyakitiku.

"Lepaskan aku!" aku menarik kembali tanganku, tanganku sudah memegang knop pintu saat aku menariknya tiba-tiba saja.

"Yoo-Yoongi?" Yoongi sudah berada di depan pintu.
"Kau? Se-sejak kapan kau berada disini eoh? Kemari ikut aku" aku menarik tangan Yoongi menjauh dari ruangan kesehatan.





"Kau sejak kapan berada disana?" tanyaku.
"Sejak Jimin ssaem memcegahmu untuk pergi" Yoongi menjawab dengan nada yang benar-benar sangat dingin.

Tapi untunglah dia tidak mendengarkannya dari awal.

"Tolong dengarlah ucapanku ini, kau tidak boleh mendekatinya. Ia hanya membuatmu tersiksa saja, kau lihat bukan bagaimana Seulgi terus-terusan mengganggumu? Dan cepatlah akhiri drama murahan ini"

Alisku terangkat, memasang ekspresi bingung.
"Drama murahan?" Tanyaku.

"Drama kalau kau berpura-pura menjadi kekasih Jimin ssaem, aku takut kalau dia malah terbawa perasaan padamu" aku terkekeh mendengar jawaban Yoongi.

Dia cemburu? Atau karena khawatir pada sahabatnya sendiri? Entahlah.
"Aku khwatir padamu" Woahh, dia bisa membaca pikiranku?

"Ya, secepatnya aku akhiri ini. Aku juga sudah muak"

"HEY KALIAN!!" Tiba-tiba saja ada seseorang meneriaki kami. Aku menoleh melihat suara jahanam yang memanggil kami.

Rupanya Jennie, tak hanya Jennie, Lisa, Taehyung, dan Jungkook pun berada disitu.
Mereka menghampiri kami.

"Aigoo kalian ini sering sekali menghilang, sebaiknya kalian berpacaran saja!" Enak saja!

Tiba-tiba Taehyung mengerucutkan bibirnya.
"Kalau Rose dan Yoongi berpacaran, tidak mungkin juga kan aku harus berpacaran dengannya" ucap Taehyung sambil menunjuk Jennie.

"Yak! Memangnya aku mau berpacaran denganmu!" Jennie langsung menjambak Taehyung dengan kencang.

Sang empu pun langsung berteriak kesakitan.
"lepaskan aku!! Appo!" Jennie pun melepaskannya.

Wajah Taehyung terlihat memerah.
"Bisa-bisa aku mati muda jika berpacaran dengannya" Setelah mengatakan itu, Taehyung langsung berlari kearah Yoongi.

Tapi percuma saja, karena tubuh nya lebih besar dari Yoongi.
"Sudah sudah, aku lelah mendengar kalian ribut setiap hari"
Ucap Yoongi datar.




TBC

Jiminnya udah mulai kalem☺
Vomment yeoreobun:))

Psychopath CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang