Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I can see my reflection in your eyes.
It's a romantic miracle, look carefully, dreams come true.
Everything is the first for us. A couple whose each day will be special.
That's us."
.
.
.
Eunwoo menoleh ke kanan, dilihatnya Chaeyoung sedang menatap ke luar jendela. Padahal beberapa waktu lalu gadis mungil itu masih memasang wajah tegas dan galak di depan Jeonghun. Namun beberapa meter setelah mobil mereka meninggalkan pelataran gedung agensi Jeonghun, ekspresi Chaeyoung langsung berubah sendu. Dari sini Eunwoo seakan bisa mendengar suara-suara penyesalan di kepala Chaeyoung yang merasa kurang perhatian pada Jeonghun sebulan belakangan. Merasa ikut andil karena semua ini terjadi setelah gadis itu menikah dengannya, Eunwoo pun memutuskan untuk tidak berkomentar banyak.
Dia hanya secara perlahan mengulurkan sebelah tangannya yang tidak memegang kemudi ke depan wajah Chaeyoung. Sukses mencuri perhatian gadis itu hingga detik selanjutnya Chaeyoung pun menoleh dengan kening berkerut—bingung.
"Tangan," ujar Eunwoo singkat seraya mengibaskan tangannya yang masih menengadah pada Chaeyoung.
Mengerti dengan isyarat Eunwoo yang minta digandeng, Chaeyoung jadi tertawa kecil—memamerkan sebelah lesung pipi dan gigi berantakannya yang gemas. Lantas meraih tangan Eunwoo yang langsung menautkan kesepuluh jemari mereka dan membawanya ke depan bibir. Mengecupnya. Membuat Chaeyoung sedikit tersentak dan darahnya berdesir untuk sesaat karena merasakan bibir lembut Eunwoo menyentuh kulit arinya.
"Kamu makan dengan teratur, kan?" bibir Eunwoo bergerak dari balik punggung tangan Chaeyoung.
"I-iya," sahut Chaeyoung sedikit tergagap. Ia mengalihkan pandangan dan membasahi bibir bawahnya sebelum kemudian kembali berujar, "Oppa juga, kan?"
Omong-omong sejak kemarin Chaeyoung belum sempat menanyakan bagaimana kabar pemuda itu kemarin. Dilihat dari penampilannya yang norma-normal saja—walau pakaiannya tak serapi biasanya—sepertinya tidak banyak perubahan yang terjadi padanya. Maksudnya mata Eunwoo bahkan tidak bengkak seperti Chaeyoung. Wajahnya tampak segar tanpa lingkaran hitam di bawah mata seperti orang yang tidak bisa tidur semalaman. Setengah hati Chaeyoung merasa bersyukur melihat lelaki itu baik-baik saja. Tapi setengah hatinya lagi merasa sakit memikirkan Eunwoo baik-baik saja tanpanya.
"Emangnya aku masih bisa makan setelah kamu pergi dari rumah?"
Balasan Eunwoo disertai senyum getir barusan serta-merta membuat Chaeyoung kembali menoleh padanya.
Benar juga. Itu semua kan yang terlihat di luar. Chaeyoung tidak tahu apa yang terjadi di dalam diri Eunwoo. Setelah melihatnya ikut menangis semalam, hati Chaeyoung jadi merasa hancur. Untuk pertama kalinya ia melihat sisi Eunwoo yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Dibalik sosok sempurnanya yang dielu-elukan semua orang, tersimpan kenangan menyakitkan dan rasa kesepian.
