●The reaper
Bangkit setelah lama berkutat dengan tumpukan pakaian yang sebelumnya menumpuk, netranya kini menatap langit dimana sang mentari mulai meninggi dan membasahi raganya dengan cahaya kekuningan yang lembut. Menghela napas pelan, Gadis itu menggerakkan tubuhnya yang kaku akibat terlalu lama duduk sebelum berjalan kearah jemuran, pagi yang benar-benar damai.
“XIAONA!” teriakan yang merusak pagi hari yang damai ini berasal dari dalam rumah, gadis yang baru saja menyelesaikan jemurannya berlari panik memasuki rumah. Napasnya naik turun sembari menghampiri dua orang perempuan berbeda umur yang menjadi anggota keluarganya.
“Ada apa, Ma?” lirih gadis itu saat bertemu pandang dengan wanita yang dia panggil mama. Gadis itu bertanya-tanya apa lagi yang membuat wanita itu meneriakinya sepagi ini. Meski tidak pernah terlihat ramah wanita ini tetap saja menakutkan saat marah.
“Lihat sekarang jam berapa? Sudah waktunya sarapan dan kau belum membuat makanan apapun?” wanita yang hampir setengah baya itu menunjuk kesal pada gadis yang kini menatap bingung pada sang kakak yang berdiri santai disamping ibunya yang sedang marah.
“Hey! Aku bertanya padamu dasar anak sialan!” hardik wanita bernama Anxiang membuat gadis berambut panjang itu terlonjak kaget kemudian menjawab,
“Tadi jie Lin bilang, dia yang akan menyiapkan sarap-” gadis itu mencoba menjelaskan namun lagi-lagi dia tidak mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Xiaona sudah terbiasa.
Anxiang menatap kesal, “Ohh, jadi kau ingin putriku melakukan pekerjaanmu? Kau benar-benar tidak tau diri!” mendengar itu Xiaona meremas ujung bajunya, seharusnya dia tidak mempercayai ucapan Lin. Gadis yang lebih tua darinya itu memang selalu membuatnya mendapat masalah. Padahal dia sangat berterima kasih saat Lin bilang akan menyiapkan sarapan.
Pada akhirnya Xiaona tidak punya bukti dan meskipun ada Anxiang pasti tetap membela Lin. “M-maaf,” ucapnya sembari menunduk dalam, meski hatinya telah disakiti berulang kali dia tetap memiliki alasan untuk memaafkan kedua wanita yang tinggal diatap yang sama dengannya, setidaknya itulah yang membuatnya bertahan sampai hari ini.
“Ck, berhenti melamun dan segera lakukan pekerjaanmu atau kau tidak akan kesekolah hari ini,” peringat Anxiang yang berstatus sebagai ibu membuat Xiaona mengepalkan tangannya menahan emosi yang entah itu sedih atau marah. Gadis itu tidak boleh melawan, dia harus tetap bersikap baik agar tidak dibuang.
“Lin putriku, kau sarapan disekolah saja nanti kau terlambat” ucap wanita itu lembut sembari memberikan uang lebih kepada gadis bernama lengkap Jiang Lin.
Kelembutan Anxiang hanya akan ditunjukkan pada putri kesayangannya, meski begitu Xiaona tetap berharap dan terus menuruti kemauan Anxiang.
Setelah wanita itu meninggalkan dapur Lin berjalan kearah gadis yang masih menundukkan kepalanya, Xiaona menunggu semuanya pergi agar bisa memasak dengan tenang namun nampakknya gadis yang dia anggap sebagai kakak sangat suka melihatnya menderita bahkan sebelum keluar dari dapur Lin tersenyum kearah Xiaona.
“Kasihan,” itulah yang diucapkan Lin sembari tersenyum mengejek.
***
Seorang lelaki meski lebih tepatnya remaja berwajah tegas dengan garis rahang yang indah dan jangan lupakan setelan serba hitam yang sangat cocok dengan proporsi tubuhnya yang gagah. Remaja itu berjalan menelusuri koridor gelap yang didominasi warna hitam dan gold. Koridor panjang yang diawasi ketat oleh para penjaga berbadan kekar yang mampu membuat orang-orang normal bergidik ngeri, namun nampaknya ini adalah hal biasa untuk seorang remaja yang kini berhenti dihadapan pintu besi dan memperlihatkan kartu identitasnya pada penjaga meski hanya sebagai formalitas, karena semua pekerja yang ada disini tidak ada yang tidak mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAPER [Revisi]
Non-Fiction[TAMAT] Welcome to my story-!! ⋇⋆✦⋆⋇ "aku sangat menyukai suaramu, maka merintihlah untukku" ucapnya sembari menusuk pisau daging ke perut gadis itu "aghhhh" "good girl" •Hidup itu mudah bagi sebagian orang, namun berbeda dengan gadis yang satu i...