Chapter 13 ; Wishlist.

1.2K 204 4
                                    

Yeonjun, sudah lama sekali rasanya ia tak melihat sosok itu. Soobin duduk dimeja pribadinya sambil sesekali mengangkat sambungan telfon yang ditujukan ke nomor pribadinya. Ia menjalani hari hari seperti biasa, sebelum bertemu dengan Yeonjun dulu. Hari hari dimana ia berkutat dengan barang illegal, sindikat kriminal– ah, bahkan Soobin harus beberapa kali merekrut beberapa pekerja yang dikhususkan dalam bidang ini– pembunuh bayaran, dan sekarang ia harus menggunakan banyak koneksinya dan otak cemerlang dengan strategi pemasaran untuk menyebarkan ganja ke beberapa customer kaya rayanya.

Soobin menatap dua figura kecil yang ada dimejanya. Foto ia dan Arin, serta foto seorang lelaki dengan surai biru laut, Yeonjun.

 Foto ia dan Arin, serta foto seorang lelaki dengan surai biru laut, Yeonjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soobin memandangi figura itu. Ia lalu menarik sudut bibirnya dan tersenyum kecil. Ia menghela nafas detik kemudian dan langsung menelungkupkan kedua figura itu diatas mejanya. Ia bahkan sekarang merasakan bias dalam dirinya sendiri.

Beberapa bulan, waktu singkat untuknya mengobati gemuruh dan luka yang ia rasakan beberapa waktu lalu. Soobin kini merasa ia jauh lebih baik dalam menghadapi kenyataan, ia membutuhkan Yeonjun disisinya tetapi tidak mungkin karena ia yang membuat Yeonjun menjadi seperti boneka hidup dengan pernafasan yang nyaris hancur karena pistol bermerk Colt-1911 itu.

Malam malamnya selalu diisi dengan rasa penyesalan teramat sangat karena ia baru saja hampir membunuh harta berharga Arin dan dirinya, yang terlalu lambat dalam mengakui perasaannya. Taehyun, sahabatnya, yang menjadi saksi bagaimana Soobin kerap kali meracau putus asa karena Yeonjun tak kunjung membuka matanya hingga 3 bulan lamanya.

"Permisi Tuan...–", Soobin menegakkan kepalanya menatap pelayan yang berdiri diambang pintu ruangannya.

"Semua pesanan Tuan Zhuang Yei sudah dikirimkan dan telah sampai pada beliau. Sekarang akan melakukan pengiriman ke Tuan Wuang Yi dan Tuan Vincent.", Soobin mengabaikan informasi yang di sampaikan oleh pelayannya itu dan memberinya isyarat untuk meninggalkan ruangannya. Ia mendesah tak peduli, karena ia tau ia pasti akan melakukan hal hal yang sukses, termasuk memiliki bawahan yang handal dalam menjalankan pekerjaannya.

Tak lama kemudian, gawai Soobin bergetar menunjukkan deretan nomor tak dikenal– diduga adalah salah satu customer menyebalkan Soobin, ia menekan tombol hijau lalu meletakkan dalam keadaan speaker.

"Halo Soobin...?", Soobin menoleh pada gawainya. Tiba tiba ia kesulitan menelan salivanya sendiri.

"Soobin soobin–" suara itu kembali memecah keheningan Soobin diruangannya. Ia lalu membiarkan sambungan gawainya tetap menyala dengan keadaan speaker. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap kembali berkas riwayat pekerjaannya.

"Soobin– soobin dimana...?, Suara itu mulai terisak. Soobin menghela nafasnya.

"Mau ketemu Soobin, kangen Soobin, mau Soobin–", lanjut suara itu, kemudian Soobin mendesah gusar. Ia kira pertahanannya sudah cukup kuat untuk memulai kehidupan lamanya, sebelum bertemu Yeonjun. Lalu sebuah notifikasi masuk ditengah racauan suara itu.

Dare To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang