Chapter 10 ; The Lights Turn Off

1.3K 213 16
                                    

* silahkan di play lagunya! semoga memahami maknanya!

Soobin mengedarkan pandangannya kala waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi dini hari. Ia masih belum bisa terpejam barang sedikitpun. Semenjak kejadian itu, Soobin mulai memikirkan untuk mengakhiri semuanya saja sesegera mungkin, ia tidak ingin tersiksa seperti 4 tahun silam, mengingat ia membenci perasaan cinta yang bisa bermunculan setiap saat. Ia bersender pada senderan kasurnya dan memejamkan matanya perlahan. Sedari tadi ia hanya memegangi pistolnya dan mengusap bagin tubuh pistolnya.

Ia menghela nafas. Bayangan betapa bahagianya ia bersama Arin dulu, betapa bahagianya ia memiliki keluarga yang benar benar memandangnya sebagai Choi Soobin, remaja biasa yang hanya mencari kebahagiaan, bagaimana arin memperlakukannya sebagaimana manusia memperlakukan manusia. Bagaimana mungkin ia merelakan harta berharganya hanya demi menolong seseorang yang bahkan Soobin tidak peduli keberadaannya waktu itu?

Ingin ia menangis, meraung memohon Arin untuk kembali disampingnya dan memeluknya kala ia bersedih dan tidak memiliki semangat. Sorot mata Arin yang teduh dan yakin bahwa Soobin berhak untuk mendapatkan kebahagiaan dengan carany sendiri, sorot mata yang mampu menenangkan Soobin kala emosinya hampir membuncah karena perlakuan orang tuanya. Orang tuanya bahkan mencintainya karena rasa benci dan dendam yang membelenggu dirinya, menciptakan monster tak berhati dan ringan tangan dengan siapapun yang berurusan dengan uratnya. Orang tua Soobin tidak pernah mencintai Soobin sebagaimana Arin mencintai Soobin. Ia bersama kedua orang tuanya, tetapi perasaan mereka bahkan jauh.

Soobin menghela nafas, memberanikan dirinya tenggelam dalam ingatan masa lalunya. Dimana ia pertama kali dikenalkan dengan Yeonjun.

Flashback

"SOOBIIIINNNN!!!", Arin memekik senang sambil menarik lengan seorang lelaki berambut kuning dengan senyuman yang tak kalah lebarnya dengan Arin. Mereka tertawa bersama seraya berjalan menghampiri Soobin.

Waktu itu mereka masih muda, masih bahagia dengan kegiatan mereka sebagai remaja yang sedikit dibedakan dari orang biasa.

Flashback

Arin tertawa kecil seraya duduk disamping Soobin dengan sosok lelaki yang sedang tertawa bersamanya. Soobin menyunggingkan senyum kaku pada lelaki itu. Kemudian Arin menarik tangan Soobin dan lelaki itu untuk sekedar bersalaman dan berkenalan.

"Ini yeonjun!!", Soobin menoleh pada Arin. Melihat Arin bahagia saja membuatnya semakin ingin hidup berdua saja dengan Arin, ia benar benar menyayangi Arin.

"Ini soobin!", Yeonjun mengangguk sambil menyapa Soobin kala itu.

Penampilan Yeonjun benar benar berbeda dari yang ia lihat dulu. Ataukah ingatannya memudar karena ia berubah menjadi sosok yang diinginkan oleh ayah dan ibunya? Ia bahkan tidak mengenali Yeonjun yang ia temui di kedai. Apakah 4 tahun lamanya mampu menghapus ingatannya Soobin akan Yeonjun?

Soobin hanya memandangi Arin dan Yeonjun yang masih dengan kegiatan asik mereka. Bermain lempar bola bersama. Sesekali Soobin tertawa karena Arin dan Yeonjun.

Arin, waktu itu masih berumur 17 tahun, dan Yeonjun sudah berumur 19 tahun. Jarak mereka tidak membuat perbedaan muncul dengan signifikan. Mereka menjalin hubungan diusia muda mereka. Bahkan, mungkin Arin bersyukur karena ia memasuki sekolah biasa, dengan itu ia bertemu dengan Yeonjunnya. Lain hal dengan Soobin yang harus mengikuti permintaan orang tuanya karena ia akan menjadi penerus.

Lalu ingatan kala Arin melambaikan tangannya sebagai perpisahan, kembali menyeruak dan menghujani Soobin.

Soobin menangis.

Dare To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang