FICTION
|
|
|
|
|
Suara grasak grusuk dari bagian dapur membangunkan Jisung yang masih tertidur dengan nyenyak di atas sofa yang terdapat di ruang tengah flat sederhana milik Jaemin. Ia dengan terpaksa membuka kedua matanya dengan malas dan mencoba untuk melihat apa yang tengah terjadi.
Netranya menangkap siluet Jaemin yang sudah berdiri di dapur, kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah jendela dan melihat hari ternyata telah pagi kemudian mengangkat tangan kanannya untuk memastikan pukul berapa saat ini dengan jam tangan yang melingkar di tangan kanannya yang lupa dilepas olehnya sebelum jatuh tertidur kemarin malam.
Keningnya berkerut saat melihat waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Ini masih sangat pagi, bahkan saat di Seoulpun ia tak bangun sepagi ini.
"Apa yang sedang kau lakukan Hyung?"
Suara serak Jisung masuk ke dalam indera pendengaran Jaemin, ia segera menoleh dan menunjukkan cengiran khasnya, Jisung sampai terdiam saat melihat senyuman hyungnya tersebut. Sudah sangat lama rasanya ia tak melihat senyuman tersebut.
"Maaf menganggu tidurmu, diriku sedang membuat sarapan.. Sebentar lagi restoran akan buka."
Kembali Jisung menatap jam tangannya ini benar-benar masih pagi dan Jaemin bahkan sudah rapi dengan pakaian lengkapnya. "Kau bahkan sudah rapi Hyung.." Jisung mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan ketika ia menyadari sesuatu "Sebentar.."
Sepertinya nyawanya baru saja kembali dan ia baru sadar bahwa sang hyung kini justru tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja? Bukankah pria itu baru keluar dari rumah sakit kemarin.
"Hyung.. Sudah kukatakan bukan beristirahatlah.. Kau tak perlu langsung mulai bekerja hari ini juga.."
"Tubuhku terasa pegal jika tak bergerak Jisung-ah.."
Jaemin meletakkan sepiring sarapan bagi Jisung kemudian meraih tas punggung yang biasa digunakannya "Beristirahatlah selama kau berlibur di sini, diriku akan kembali sebelum sore."
Dalam sekejap mata Jisung melihat Jaemin sudah melesat pergi dengan cepat, bahkan dirinya belum kembali mengomeli sang Hyung. Na Jaemin benar-benar sangat keras kepala, dan itu tak pernah berubah sedikitpun.
Mau tak mau ia perlahan memakan sarapannya, 2 lembar roti tawar berbentuk persegi yang mengapit telur mata sapi serta daging ham ditambah keju cheddar. Sarapan nikmat yang tak mungkin dinikmatinya di Seoul.
"Aku akan menyusulnya saja nanti.." gumamnya dan memilih untuk menikmati sarapannya saja dan menikmati pagi sewajarnya seperti seorang turis yang datang untuk berlibur.
Jaemin menarik sepedanya dari tempatnya biasa memarkir sepeda dengan sepeda-sepeda lainnya. Ia segera menaikinya dan melanjutkan aktivitasnya seperti hari-hari sebelumnya. Bersepeda menuju restoran milik Mark dan Donghyuk.
"Morning Jaemin?!"
Pria bersurai pink itu melambai pada sekumpulan anak-anak yang menyapanya, ia segera melajukan sepedanya lebih cepat. Enggan membuang waktu di jalan karena pekerjaan yang menumpuk akan menyapanya nanti.
Ia sudah menghubungi Mark bahwa dirinya akan berangkat bekerja hari ini juga, walau pria itu sudah mengomelinya meminta Jaemin untuk tetap berada di rumah beristirahat namun ia menolak. Beruntung Donghyuk mengerti dan membelanya.
YOU ARE READING
FICTION [COMPLETE]
FanfictionApakah ini hanya mimpi? Ataukah kenyataan yang menyakitkan?