FICTION
|
|
|
|
|
Suara desiran ombak yang bergulung dan berlarian di tepi pantai terdengar samar ditelinganya, namun semakin lama suara itu semakin terdengar kian jelas memasuki sepasang indera pendengarannya.
Di tambah dengan tiupan angin yang cukup kencang menerpa wajah dan surai merah muda miliknya membuat pemuda bernama Na Jaemin itu pada akhirnya tergelitik untuk membuka kedua manik coklat miliknya dengan raut kebingungan dan menatap sekeliling dengan kening berkerut.
Selintas sebuah pertanyaan muncul dalam benak dan pikirannya saat ia melihat sekeliling.
Di mana dirinya berada saat ini?
Pantai?
Mengapa tempat ini terasa begitu asing baginya.
Ia segera bangkit untuk berdiri saat mendapati dirinya tengah duduk seorang diri sambil memeluk ke dua kakinya di atas pasir pantai yang putih.
Apa yang dilakukannya di sini? Melamun? Ia bahkan tak ingat kapan dirinya datang kemari.
"Di mana ini?" gumamnya sembari kembali menatap sekeliling, berharap akan segera mendapat jawaban atas kebingungannya.
Saat ini dari air wajahnya sangat terbaca bahwa ia benar-benar tak tahu di mana dirinya berada.
Bahkan sekeras apapun ia mencoba mengorek ingatannya tentang bagaimana caranya kemaripun ia tidak ingat.
"Mengapa kau diam saja? Cepatlah kemari..."
Suara teriakan seseorang dari tepi pantai mengalihkan atensinya yang tengah berpikir, apa dirinya yang di panggil oleh orang itu?
Keningnya berkerut saat menatap pria asing di tepi pantai sana, ia bahkan sempat menoleh ke belakang dan arah lain guna meyakinkan bahwa bukan dirinya yang di panggil oleh pria asing itu.
Namun melihat lambaian sosok itu pada dirinya akhirnya ia tahu bahwa sosok itu memang tengah memanggilnya untuk menghampiri.
Lagipula seingatnya ia hanya seorang diri sejak tadi di sini, Na Jaemin tak menyadari keberadaan pria yang melambai padanya itu sedari tadi, sejak kapan juga pemuda asing itu ada di sana?
Namun kedua tungkainya justru saat ini perlahan menuntunnya untuk melangkah menghampiri pria tersebut sambil kembali menatap sekeliling, bahkan ia sesekali masih berbalik ke belakang memastikan bahwa di tempat ini memang hanya ada dirinya dan pria itu.
Dan pada akhirnya ia yakin bahwa memang dirinya yang sejak tadi di lambai oleh pria asing itu.
Karena pada kenyataannya memang tidak ada siapapun di pantai yang luas ini, hanya dirinya dan pria asing tersebut yang tengah tertawa pelan sambil bermain air menggunakan kaki telanjangnya yang dengan bahagia menendang ombak kecil di tepian pantai.
Kedua kakinya terasa dingin ketika menyentuh air yang menyapu satu per satu jemari kakinya, Jaemin bahkan baru sadar dirinya sudah tak memakai alas kaki.
Lagi-lagi pertanyaannya, sejak kapan?
Jaemin pun akhirnya menunduk untuk melihat desiran ombak yang mengenai jemari kakinya, namun kini dirinya justru menatap bingung pada rentetan jemari kakinya ketika ia menyadari bahwa tungkai miliknya saat ini terlihat lebih kecil dari biasanya, namun ia hiraukan itu karena lagi-lagi jemari kakinya tersapu ombak.
YOU ARE READING
FICTION [COMPLETE]
Hayran KurguApakah ini hanya mimpi? Ataukah kenyataan yang menyakitkan?