FICTION
|
|
|
|
|
Tubuh Jeno terdorong keluar dari flat milik Chenle, walaupun pria itu sudah berusaha agar tetap kembali masuk ke dalam namun Chenle tetap menahannya dan mendorong pria itu keluar.
Wajah Chenle justru lebih menyiratkan kekesalan daripada rasa prihatin akan kerinduan yang Jeno alami saat ini pada Jaemin.
"Kau.. Benar-benar sialan Lee Jeno." umpatnya dengan kasar, tak perduli pria itu beberapa tahun lebih tua dari dirinya.
"Apa kau sadar atau dirimu tak mengingat bahwa kau yang menyebabkan kematian sepupuku, bahkan sekarang kau bisa datang padaku memintaku untuk membantumu menemukan seseorang yang kau rindukan? Eoh? Kau gila!"
Jeno tak ingin membantah, ia tahu dirinya terkesan sangat sialan saat ini. Namun dirinya pun terluka saat tahu Renjunnya tak selamat dalam kecelakaan itu, iapun menyalahkan dirinya andai Chenle tahu.
Tapi memberikan pembelaan tak akan berdampak apapun.
"Pergilah dan cari tahu di mana Na Jaemin berada seorang diri. Aku tak membencinya karena kau menyukainya saat ini hingga tak ingin memberitahu di mana dirinya berada, namun ketahuilah dia yang tak ingin kembali kemari."
Blam
Pintu flat tertutup dengan kencang di depan wajah bungsu Lee itu, Jeno tak dapat lagi menahan Chenle untuk mengusirnya. Ia bahkan belum mengeluarkan sepatah kata ketika Chenle mulai menarik dan mengusirnya keluar, apa yang harus dilakukannya sekarang?
Apa ia dan Jaemin benar-benar tak dapat bertemu lagi?
Jeno memutuskan untuk beranjak dan melangkah gontai menuju parkiran, ia menaiki mobil milik Hyukjae. Kedua tangannya meremas kuat stir mobil di hadapannya, rasanya ingin mengutuk dirinya sendiri.
Karena dirinya Renjun tiada, karena dirinya pula Jaemin pergi. Apa kau benar-benar sangat bodoh Lee Jeno? Menjaga seseorang yang hadir di hidupmu saja tak mampu?
Sedangkan dikediaman Lee, baik Donghae ataupun Hyukjae tengah menunggu kepulangan Jeno, tidak ada kabar dari anak itu sejak sore ia pergi. Bahkan bodohnya Jeno tak membawa serta ponsel bersamanya.
Hyukjae sedari tadi berdiri di dekat jendela besar dikediaman Lee sedangkan Donghae menunggu sembari duduk di sofa dekat dengan telepon rumah, ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada adiknya.
Sorot lampu mobil memasuki pekarangan kediaman Lee, yang pertama kali bergerak menuju pintu untuk membuka pintu rumah dan menyambut kedatangan Jeno adalah Hyukjae kemudian segera disusul oleh Donghae. Mereka melihat Jeno melangkah menghampiri mereka dengan raut sedih dan putus asa yang tidak bisa mereka gambarkan.
"... Jeno?"
Pria itu segera memeluk Hyukjae dan mulai menangis, ia benar-benar lemah saat ini dan sudah tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menemukan Jaemin, seolah-olah ada dinding tak kasat mata yang begitu tebal dan tinggi menutupi jalannya menuju Jaemin.
Mengapa??
"Aku.. aku bahkan tak bisa mendapatkan jalan untuk menemukannya Hyung.. Apa yang harus ku lakukan? Apa..."
Hyukjae memeluk Jeno dan menepuk punggung pria yang sudah di anggap adik kandung oleh dirinya, ia melirik pada Donghae yang terlihat tak mengerti dengan apa yang terjadi.
YOU ARE READING
FICTION [COMPLETE]
FanfictionApakah ini hanya mimpi? Ataukah kenyataan yang menyakitkan?