Day 8

15 0 0
                                    

As much as 

we spent time together--

***

Senin , lagi.

Jacqueline menyesap piccolo buatan Ujang di depan bar kafenya. Sudah hampir seminggu Jacqueline tidak berani untuk menginjakkan kaki di kantornya. Biarpun dia sudah mengganti sofa kantornya, bahkan dia berencana merenovasi ulang kantornya. Tentu saja agar dia tidak teringat oleh kejadian laknat itu. 

Dia juga masih beruntung makan malam kemarin tidak berakhir buruk secara harfiah dan tentu alerginya tidak muncul. 

"Mba, mas kpop yang kemarin kok gak kesini lagi?"

"Kenapa, Jang? Kamu naksir"

"Gusti Allah," Ujang bergidik geli saat Jacqueline menyemburnya, "jomblo gini, saya masih normal ya bos."

Beberapa hari terakhir ini cukup tenang bagi Jacqueline, dia bisa bekerja secara tenang tanpa ada gangguan dari Jaehyun yang banyak maunya dan tentunya pria yang paling dia hindari saat ini Rasya.

Sejak kejadian malam di hotel Jaehyun, Rasya sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya atau bahkan memberinya pesan singkat. Kejadian itu terlintas lagi di benak Jacqueline dan membuat Jacqueline otomatis bergidik ngeri. Dia benci saat dirinya terus terbayang kejadian menjijikkan itu. Sepertinya dia harus segera mendatangi dokternya lagi kalau seperti ini.

"Sehat kan, bos?" Ujang membuatnya terkejut karena dia berada tepat di hadapan Jacqueline saat Jacqueline membuka matanya tadi.

"Kampret, gue kaget ya Jang!"  Jacqueline menepuk kesal bahu Ujang di sebrang meja bar. Walaupun tingkahnya mengesalkan, tapi Ujang adalah salah satu mood maker di kafenya. Dia selalu membawa aura positif di sekelilingnya. 

Ada satu yang mengganjal pikirannya saat ini, "Gue mau nanya serius sama lo" Ujang berhenti tertawa saat Jacqueline memasang mode seriusnya. Saat Jacqueline memasang mode seperti ini pasti dia tidak sedang bercanda.

"Tanya aja mbak, tapi jangan susah-susah"

"Kok orang tua lo kepikiran ngasih nama Ujang sih? Gak aesthetic banget..." pertanyaan Jacqueline yang dia kira akan serius malah membuat Ujang mendelik kesal ke arah bosnya itu, "...harusnya orang-orang seumuran lo tuh pake nama sansekerta gitu loh atau yang ala bule"

"Jangan macem-macem ya mba! Ini nama pemberian orang tua saya di kampung!"ujar Ujang marah karena pertanyaan Jacqueline yang terdengar saat serius. Jacqueline tertawa lebar, melupakan masalahnya sejenak saat Ujang mulai menceritakan asal usul namanya itu. 

Ujang yang sedang mengoceh sambil mempersiapkan bar tiba-tiba terdiam saat melihat orang masuk, "bos, kok lo punya pacar demen banget yang ngapelin pas jam kerja sih?" tanya Ujang masih memperhatikan orang yang datang menuju meja barnya.

"Pacar apaan sih?" saat Jacqueline menengok ke arah pandang Ujang, laki-laki itu sudah berdiri menjulang tepat di belakang tubuhnya. Aroma mint dan rempah bercampur aroma lautan menggelitik hidungnya. Cuping hidungnya bahkan dapat menyentuh kemeja bergaris yang pria itu pakai. Jacqueline mengambil langkah mundur namun langkahnya tertahan oleh tangan besar yang menahan pinggangnya, "you will hit the floor, Jack" suara rendah di hadapannya membuat Jacqueline kembali sadar dan langsung menegakkan tubuh.

Sialan. Efek apa itu?

Jacqueline memperhatikan pria  di hadapannya, penampilan dia hari ini terlihat berbeda atau dia yang baru sekali ini memperhatikan pria itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Try Again // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang