"Yeah, we would totally join you three watch that movie!" Jean mantap, mendengar ucapan Justin. Claudi hanya pasrah saja, toh nontonnya bareng-bareng ini, sama idola sendiri pula. Disaat Jean sedang tatap-tatapan meyakinkan Claudi untuk ikut, sentuhan itu terasa lagi. Sentuhan lembut, dari kulit yang halus. Tak lama, Jean sudah di bawa lari ke sebuah ruangan di cottage itu yang terdapat televisi di bagian tengah depan. Jean yang tangannya diamit Justin, entah kenapa, tidak menolaknya. Malah membuat rona merah itu muncul lagi di pipi mulus nya.
Suhu dingin akibat air conditioner di ruangan itu, tidak mempengaruhi kehangatan antara tiga lelaki dan dua gadis manis itu. "Wait" Ryan berkata lantang sambil membawa cd ditangannya, berkata sambil menuju kearah televisi yang terdapat DVD player di bawahnya. "Why wouldn't this damn cd load in the dvd player?!" Ryan mulai kesal, sedangkan gadis manis yang sedang bercanda dan duduk disamping Justin mengambil langkah untuk membantu. "You plugged the cd on wrong way" Jean ambil alih, dan Claudi tak mau kalah. Ia berjalan kearah kerumunan didepan tv itu. "I'll play the dvd" Claudi berjalan kearah cd rom, dan dengan isengnya, Chaz merentangkan kaki dan otomatis membuat Claudi terjerembab. Keping dvd yang daritadi berada di genggaman Claudi pun patah. "Shit! Now we can't watch the film. Thanks a lot, Claudi" Claudi buru buru membantah ucapan Chaz. Jelas-jelas, ini bukan ulah Claudi. "Oh really? Who made me trip over?! So do you really think I caused all of this?! You such a jerk!" Claudi naik darah, masa dipermalukan depan Justin. Gamungkin dong. Jean melerai keduanya, "Stop it, you'll just make it worst. We just have to watch another film" "but we don't bring another one" terdengar suara Ryan disana. Justin yang mendengarnya langsung berjalan kearah kamarnya, dan kembali dengan membawa sebua dvd yang masih tersegel rapi digenggaman tangannya. "Selena gave me this last month. I haven't watch it yet, because all the concert" Justin duduk, mensejajarkan dirinya dengan Ryan dan Chaz yang melotot aneh. "Ehm, why?" Ryan menunjuk kearah judul cd yang dibawanya. 'Eat, pray love' Mam-pus. Mana mau cowok nonton film romantis? Justin yang menyadari itu hanya nyengir kuda.
Belum setengah film diputar, pemuda pemudi itu sudah tertidur lelap. Tapi, lain dengan Justin dan Jean. Mereka masih terjaga, dan Jean yang menyadari hal tersebut bangkit dari duduknya disebelah Claudi-yang kini bersender ke bahu Chaz- dan berjalan kearah Justin yang menepuk lantai berlapisi karpet disebelahnya, menyuruh Jean duduk di sampingnya. Laki-laki itu sedikit menggeser posisi duduknya, agar Jean dapat duduk senyaman mungkin. "Actually, I don't like watching romance, even with Selena, but its nice to watch it with you" Justin membisikkan katakata itu dikuping Jean, membuat rona merah lagi-lagi muncul, bersyukur tadi Chaz mematikan lampu dan membuat rona merah itu tidak terlihat. Sekejap, dua sejoli itu sudah tertidur pulas. Dengan posisi kepala Jean dibahu Justin, setelah sebelumnya bertumpu pada kaki yang di tekuk. Pekatnya malam, menemani mereka berlima.
-------------
Alarm yang dipasang Pattie berdering keras, meskipun hanya mampu membuat Jean mengrejapkan matanya beberapa saat, niatnya akan tidur lagi, tapi melihat Justin sudah siap dengan hoodie hijau dan kacamatanya, ia mengerenyit. "What are you up to?" "I'm going to watch sunrise at Kuta. Its like forever since the tour to have vacation." "Can I come?" "Sure" Justin berkata pasti. Dan Jean bergegas ke cottagenya, tetapi ditahan Justin. "Where are you going?" "Change my outfit ofc" "you don't need to. You look beauty. Come on" Justin mengamit lagi tangan Jean, dengan kunci mobil ditangan satunya. Di mobil, tangan mereka kembali bersatu. Justin dan Jean bertatapan, membuat suasana canggung dan tangan mereka otomatis terpisah. Jean membuang tatapannya kearah jendela. Mukanya kini terlihat seperti tomat matang. Merah.
Justin yang berbalut pakaian tertutup untuk menghindari paparazzi, menggenggam tangan Jean yang hanya mengenakan hoodie dan hotpants, rambut brunette nya terurai, membiarkan angin meniup helai demi helai rambutnya. Mereka berjalan kearah tepi pantai tanpa menggunakan alas kaki-yang mereka lepas dimobil-, membiarkan kulit halus mereka menyentuh pasir putih. Semakin dekat dengan tepian, genggaman itu semakin erat. Meskipun kedua bibir mereka tak juga mengucapkan patah kata. Deburan ombak yang tenang, menyapu pasir putih dikakimereka. Ditambah lagi, langit yang belum begitu terang. Menunggu datangnya sang fajar.
-to be continue-
MAKASIH BANGET buat Hanaaa. Ini part banyak bantuan dari dia. Oiya, maaf ya pendek, nanti lanjutannya di panjangin. #muchlove:3