Gadis itu termenung, meratapi nasibnya kali ini. Memandangi awan putih yang bertebaran dari jendela pesawat, menahan sinar matahari yang terus menusuk matanya. Lalu merebahkan tubuhnya ke jok pesawat, mencoba memikirkan lebih jelas statusnya. Mungkin ia salah memerlakukan lelaki itu selama ini dengan kurang baik, tapi sungguh, kali ini dia sangat tersakiti dengan apa yang ia liat semalam. Seperti baru menyadari bunga cintanya mulai mekar, tapi atas kejadian semalam, ia merasa merekahnya bunga ini tidak sepenuhnya diinginkan.
-------------------------
"Okay. Let's go Justin" Jean sudah siap dengan backpack kecil kiplingnya, memanggil Justin yang memang sudah siap dan sedang duduk di sofa. "Eh wait, where are you going?" Ryan yang sedang anteng duduk di kursi, agak kaget melihat Jean dan Justin yang melangkah keluar. Justin mengabaikannya dengan senyum jahil, dan terus melangkahkan kakinya keluar, juga menarik tangan Jean yang tadinya ingin menjawab pertanyaan Ryan. Sedangkan Ryan, yang terpatung menunggu jawaban Jean atau Justin, merasakan iphonenya bergetar. Pemuda itu mengeceknya dan mendapati pesan singkat dari Justin, "this is my turn, bro =p" Ryan tertawa kecil melihatnya, entah tertawa yang sebenarnya apa tawa palsu. "Ahahah =p" Ryan tak tau mau membalas apa, jadilah pesan singkat itu terkirim membalas pesan Justin.
Dua sejoli itu melanjutkan langkahnya menuju tempat penyewaan sepeda. "Sir, can I rent two bicycles for today?" Jean bertanya ramah. "Ha? Two? We just need one" Justin ikut nimbrung. "This, I rent this bicycle for today, is this enough?" Justin memberikan beberapa helai kertas bernominal seratus ribu kepada penjaganya sembari tangan lainnya menunjuk satu sepeda yang lumayan besar. "Your change" Justin menerima kembalian uangnya dan buru-buru menarik Jean kearah sepeda tadi. Justin menaiki tempat pengendara terlebih dahulu, membuat Jean semakin bingung. Justin yang menyadari kebingungan Jean menepuk-nepuk besi-yang sebenarnya bukan untuk dinaiki- didepan jok mungil yang ia sendiri tempati. “huh?” Jean masih bingung, dan Justin kini bangkit sedikit lalu menggendong tubuh Jean dan mendudukkannya di besi tadi. Sedikit gila memang. “Nah” Justin melajukan sepeda, mengabaikan omelan Jean. Mereka menuju Uluwatu dengan sepeda, yang di kayuh Justin. Jean menikmati semua ini. Tak asing lagi. Organ tubuhnya sama sekali tidak menolak, baik otak maupun hati. Semuanya seperti melebur dan membeku menjadi satu, dan berkeinginan sama ketika bersama Justin. Aneh. Rasa ini. Tiba-tiba, tapi tidak dapat hilang. Padahal ia tau, mungkin semua ini hanya akan berlangsung sampai besok, dan esoknya semua akan kembali seperti biasa. Pertemuan yang hanya kurang dari seminggu ini, merubah banyak hal dari rencana Jean. Ia berterimakasih dipertemukan dengan Justin cs sehingga tidak kesepian hanya bersama Claudi di bali. Justin pun begitu, memang ia sama sekali tidak menyangka akan betemu Jean si gadis berambut brunette yang senyumnya menawan ini, dan juga gadis yang bisa nyaman didekatnya tanpa sangkut paut dengan status Justin sebagai popstar terkenal.
Lamunan Justin terhenti ketika sudah berada di tempat tujuan, setelah melewati jalanan dengan bantuan arahan Jean. Mereka berdua turun, dan Jean sedikit menggeliat, merenggangkan ototnya yang selama perjalanan tadi tertekuk dan tak bisa berganti ‘pose’ saat duduk di sepeda. Justin yang berada selangkah lebih maju dari Jean menjulurkan tangannya kebelakang, ke Jean, dan Jean meraihnya. Jadilah mereka berjalan bergandengan.
“welcome to uluwatu” Penjaga Pura Uluwatu berkata ramah kepada dua sejoli itu sambil menyatukan tangannya, tanda hormat untuk ucapan selamat datang kepada turis asing. Jean dan Justin membalas dengan anggukkan dan senyuman. Mereka berdua membeli tiket untuk masuk, dan menyewa kain dan selempang, mereka memakainya rapi. Dan juga menitipkan barang selain kamera dan iphone karna di dalam Uluwatu memang banyak monyet yang suka mengambil barang turis.
Dua sejoli itu melangkahkan kaki pasti, menatap keindahan bali yang terpancar di pura uluwatu ini. Ini masih sekitar jam sebelas, dan mereka berencana berada disini sampai sunset. Justin dan Jean menyusuri pura di ujung tebing ini dengan tak henti menjepret untuk mengabadikan bahwa mereka pernah berada disini. Cukup banyak pengunjung disini, bahkan sempat ada seorang remaja putri yang minta foto bareng Justin. Jean tidak keberatan untuk di dimintai tolong memfoto. Ia dan Justin juga banyak mengambil foto berdua. Sinar matahari yang terik sama sekali tidak menggangu atau mematahkan semangat mereka menelusuri pura ini. Baik Jean dan Justin terlihat sangat senang berada disini, meskipun banyak yang memerhatikan dua orang berkulit putih itu, jelas, satu diantara mereka merupakan artis dunia yang menjadi pujaan banyak remaja terutama remaja wanita. Jam terus berganti, mentari juga semakin mencondong ke arah barat dan sinarnya kini sudah tidak tajam menusuk mata, hanya sekedar menghangatkan dunia memenuhi tugas harian.
“I’m hungry” Justin memegangi perutnya dan memanyunkan bibirnya, menahan cacing yang kini sedang berpora minta diisi. “hh, me too. let’s get some delecious foods” tangan Jean bertumpu pada lututnya, setengah dari empat belas Februari ini sudah ia habiskan bersama Justin Bieber di uluwatu. Mereka berdua berjalan kearah luar uluwatu, mengingat mereka tidak makan siang karna terlalu asik berfoto. Justin dan Jean mengambil barang-barang yang tadi mereka titipkan, dan sekarang mereka berjalan menyusuri jalan Uluwatu 2, berhenti di salah satu warung yang cukup terkenal. Warung Bu Nana. Dua pengunjung berkulit putih itu masuk dan memesan roti canai serta teh tarik. Sambil menunggu, Justin dan Jean yang duduk agak di pojok, membuka iPhone masing-masing.
Justin membuka iphonenya dan langsung lari kearah twitter, mengabaikan dua notif sms yang sebenarnya ia sudah tau dari siapa, hanya tidak tahu isinya apa.
“ @justinbieber: i don’t need valentine, coz beliebers always in my heart. i love y’all everyday. But, happy valentine! #muchlove”
“ @justinbieber: having quality time with beautiful fatty”
Tak lama setelah Justin memencet send untuk kalimat kedua itu, ia menangkap Jean dengan ekor matanya sedang menatap Justin dengan wajah yang memerah. Jean juga sebenarnya sedang membuka twitter di iphonenya sendiri.
“ @JeannyGraham: happy valentine all ”
“ @JeannyGraham: funny beaver:3”
Makanan yang dipesan pun datang, dan mereka bisa dibilang sangat antusias untuk melahap makanan tersebut. Jean memfoto terlebih dahulu Justin yang sedang melahap roti canai, disana Justin sedang menunduk, jadi yang terihat hanya poni lamanya yang kini kembali, begitu khas. Ia mengupload foto itu ke instagramnya, hanya dengan caption “:9”.
----------------------------
Langkah gontai gadis itu, akhirnya sampai di pintu kamarnya. Ia membanting tubuhnya ke kasur, masih dengan pikiran yang sama seperti tadi. Sungguh, ia tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Ia menyesal kemarin telah mengabaikan cinta pemuda yang ia anggap adik, tapi kini ia juga mulai merasakan debaran jantung yang begitu cepat ketika sedang berkomunikasi dengan pemuda tersebut. Tapi kini, sudah hampir dua hari mereka tidak berhubungan. Bukannya gadis itu yang tak mau, tapi pemudanya yang tak membalas.
---------------------------
“I’m full” Justin memegangi perutnya lagi, merasa kenyang setelah nambah dua kali. “of course”Jean bertopang dagu, melihat ulah Justin. Memang sih enak, tapi ini ketagihan apa kelaperan sih. “hey, its 6pm, let’s find the best place to see the beautiful sunset” Justin menyadari bahwa sebentar lagi, sinar matahari akan tergantinkan oleh sinar bulan penuh, purnama. Jean yang mendengarnya kemudian bangkit dan membawa backpacknya, menenteng slrnya untuk mengabadikan sunset nanti. Justin juga bangkit dan membayar untuk makanan yang ia makan dengan Jean tadi.
Mereka duduk di bangku panjang yang menghadap langsung kearah barat, dan sekaligus menampakkan keindahan pantai pecatu sore ini. “wait here” Justin berlari menjauh dari Jean yang duduk manis disana, entah untuk apa pergi begitu. Matahari terus bergerak, mendalam, bergegas mengakhiri tugas hariannya, bergantian dengan sang bulan. Sinar orange tua mulai redup, yang akan segera berganti dengan pekatnya malam bertabur bintang.
“happy valentine lovely fatty” Jean dapat merasakan desahan nafas Justin, rasanya kini ia mematung, membeku, bisu. Ia juga merasakan benda cukup asing dimatanya dipasangkan Justin mengalungi leher mulusnya. Jean benar-benar terpaku, tapi jantungnya malah berdebar begitu keras. Pipinya juga berubah merah, mendapati Justin yang datang dari belakangnya begitu mengejutkan. “t...t...thank you, handsome beaver” Jean akhirnya bisa berkata-kata, seperti dirinya akan meleleh melihat Justin yang kini duduk lagi di sebelahnya. “anything for you” Justin merangkul tubuh ramping gadis disebelahna, kemudian mengalihkan pandangannya kearah sunset. Rencana Jean ingin memfoto kejadian ini pun batal, baginya, hal ini sudah layak dimasukkan kedalam file memori terpenting yang jelas takkan ia lupakan. Tak perlu dokumentasi apapun. Sudah tersimpan rapi di otaknya. “thank you for today” Justin membisikkan kata-kata itu lembut diantara rambut-rambut Jean yang terurai, membiarkan leher Jean tersapu desahan nafasnya sendiri, dan itu cukup membuat Jean kegelian. “haha, my pleasure” Jean membalasnya pelan, tapi cukup untuk Justin dengar.
-to be continue-
wkaakk. tadinya cuma mau 6k chars, tapi kebobolan sampe 9k. keasikan wgwg. commentpls;)