dua puluh tujuh

342 59 3
                                    


"ARAA LO GAPAPA KAN?!"

Ara meringis mendengar teriakan Shafa. Shafa terlihat sangat panik dan khawatir padanya.

"Gue gapapa kok Fa," jawab Ara.

"Lagian kenapa bisa keseleo gitu sih?"

"Tadi pas lagi jalan ke kantin, kaki gue kedeol. Untung ada Kak Afra. Jadi, gue dipapah dia ke UKS," jawab Ara.

"Ck kebiasaan deh."

Shafa duduk di sebelah ranjang. Mereka mulai sibuk dengan ponselnya masing-masing.

"Nanti lo balik sama siapa?" tanya Shafa memecah keheningan.

"Gak tau deh. Mungkin Kak Juna?" jawab Ara tak yakin.

"Btw, lo sama Kak Juna udah jadian belom sih? Kalian kan deket udah lama banget. Masa pdkt mulut."

Ara menggigit bibirnya. Ia bingung ingin menjawab apa.

"Tapi jangan bilang siapa-siapa ya?"

Shafa terkekeh. Kalau begitu sih sudah pasti iya jawabannya.

"Iya Ra. Palingan cuma kasih tau Bang Ryan sama Bang Beryl. Terus nyebar deh ke anak-anak yang lain," ucap Shafa. Ara cemberut.

"Tuh kan. Ngeselin banget sih!"

"Kenapa gak bilang-bilang? Backstreet?" tanya Shafa penasaran.

"Enggak. Cuma emang baru jadian aja pas liburan sekolah kemaren," jawab Ara.

"Ciee Ara udah gak jomblo," goda Shafa.

"Kamu sendiri bukannya udah jadian juga sama Bang El?"

"Belom. Tau sendiri kan abang-abang gue protektif banget. Padahal Bang Rafael kan anaknya Om Mingi," ucap Shafa lesuh. Ara tertawa.

Padahal Ada gak tau aja nanti hubungannya sama Arjuna bakalan mulus atau enggak.

🐻🐻🐻

Juna melangkahkan kakinya dengan terburu-buru menuju tempat parkir di sekolahnya. Kebetulan disana, ia bertemu dengan Zio yang sedang menaruh sesuatu di mobilnya.

"Zio, gue izin gak basket dulu ya hari ini," ucap Juna. Zio menatap bingung Juna.

"Kenapa? Jemput Ara?" tanya Zio. Juna mengangguk.

"Gak usah. Gue aja yang jemput," ucap Zio. Juna mengerutkan keningnya

"Tumben," ucap Juna.

"Ara adek gue kalau lo lupa."

"Gue ikut ya? Boleh gak?"

Zio menatap Juna lama dan menimbang-nimbang permintaan Juna.

"Terus mobil lo gimana?"

"Nanti biar orang suruhan Papi gue aja yang ngambil."

Zio mengangguk dan mengizinkan Juna masuk ke mobilnya. Zio mengendarai mobilnya keluar dari area sekolah. Butuh waktu empat puluh menit untuk sampai ke sekolah Ara. Setelah sampai, Zio dan Juna langsung masuk ke dalam sekolah Ara untuk menemui gadis itu di UKS. Suasana di sekolah masih cukup ramai walaupun jam pulang sudah berbunyi sejam yang lalu. Juna dan Zio sukses menjadi pusat perhatian siswi-siswi disana.

"Mata lo gak usah jelalatan Jun," ucap Zio dingin. Juna terkekeh.

"Ara cukup kok hehe," ucap Juna.

Mereka berdua masuk ke UKS. Disana ada Ara yang duduk berselonjor di ranjang dan Shafa di sampingnya.

"Abangg!" panggil Ara begitu matanya melihat kedatangan Zio.

"Ekhem. Cuma Zio yang disapa?"

Ara tersenyum malu. Zio mendengus mendengar ucapan Juna barusan. Ia menghampiri Ara dan melihat pergelangan kaki Ara yang keseleo.

"Bisa jalan gak?" tanya Zio. Ara menggeleng.

"Jun, gendong gih."

"Hah?"

Juna melongo. Ia kira, Zio yang akan menggendong Ara.

"Ara gendut. Berat. Mending lo aja yang gendong."

Tentu saja Ara tak terima dibilang gendut sama abangnya itu.

"Berat badan gue sama Micha gak beda jauh Bang. Lo keterlaluan banget sih!" ucap Ara sebal.

"Tetep aja masih entengan Micha kan?"

Ara terdiam mendengarnya. Juna buru-buru berjongkok dan menyuruh Ara naik ke punggungnya agar kedua kakak beradik itu tidak ribut lagi

"Shafa pulang sama siapa?" tanya Zio.

"Sama Bang Ryan kok. Tapi kayaknya dia belom dateng," jawab Shafa.

"Mau bareng?"

"Enggak usah Bang. Gue tunggu di sekolah aja. Paling bentar lagi juga sampe."

"Oke. Sorry ya gak bisa nemenin. Ara mesti dibawa ke tukang urut soalnya," ucap Zio. Ara melotot denger itu.

"GAK MAUUU!!" jerit Ara ketakutan. Arjuna hampir aja kejengkang ngedenger teriakan Ara di kupingnya.

"Lo mau diurut kakinya sama gue atau tukang urut?" tanya Zio.

"Gak dua-duanya. Gak mau pokoknya enggak!"

"Berisik Dek! Udah gak usah kayak anak kecil. Bawa Jun ke mobil!"

Juna mengangguk dan segera membawa Ara keluar dari sekolah diikuti Zio dan Shafa di belakangnya. Ara menyenderkan kepalanya di bahu Juna, mencoba membujuk Juna untuk menyelamatkannya.

"Gak Ra. Kaki kamu mesti diurut," ucap Juna final.

"Pleasee," rengek Ara.

"Mau kamu ngerengek sampai nangis-nangis pun, kamu tetep bakal Abang seret ke tukang urut. Jadi mending kamu simpan suara kamu buat nanti."

***

Pertama-tama, aku mau minta maaf karena baru bisa update sekarang. Jujur 2 minggu kemarin tuh aku lagi suntuk banget dan lagi sibuk-sibuknya. Sekarang karena aku udah agak senggang waktunya, Yunho akan update seperti biasa lagi. Terima kasih buat yang udah mau bersabar nunggu cerita ini ^^

- Love, Ina.

Husband Series | Jeong YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang