enam

994 136 10
                                    


Hari ini sudah hari kesekian puasa. Rosy yang awal-awalnya semangat, kini sudah mulai malas-malasan. Bahkan gadis itu memilih sahur di tempat tidur dan membiarkan Yunho memasakkan makanan untuk mereka berdua.

Namun sepertinya sahur hari ini tidak seperti biasanya. Jam dua dini hari, Yunho terpaksa harus bangun karena perutnya yang mual luar biasa. Laki-laki itu sudah bolak-balik ke kamar mandi dari sebelum mereka tidur. Rosy yang mendengar suara muntahan dari kamar mandi langsung bangun dan menyusul Yunho. Ia memijat tengkuk Yunho dan menatap khawatir suaminya itu.

"Kita ke dokter aja ya? Kamu gak berhenti muntah dari semalem," ucap Rosy khawatir.

"Gak usah. Aku gapapa."

Rosy memapah Yunho ke ranjang. Ia menyodorkan segelas air putih yang langsung diambil oleh Yunho. Setelah minum, Yunho bersender di kepala ranjang. Tiba-tiba Yunho teringat sesuatu. Ia memegang tangan Rosy dan menatap perempuan itu dalam.

"Kamu...telat kan?"

Rosy terdiam. Perempuan itu baru ingat kalau dia belum kalah sama sekali. Padahal puasa sudah mau selesai.

"Mau coba periksa?" tanya Yunho hati-hati.

"Aku takut," bisik Rosy. Yunho memeluk Rosy dan membenamkan kepala wanitanya itu di dadanya.

"Ngapain takut hmm?" tanya Yunho lembut.

"Kalau ternyata negatif gimana?"

Rosy menatap mata Yunho dalam.

"Kita nikahnya kan baru dua bulan. Ya kalau negatif tinggal bikin lagi," ucap Yunho.

"Tapi kamu mau ke luar kota hari ini."

"Nanti kamu sama Bunda atau sama Mama aja ke rumah sakitnya. Aku biar ke bandara sendiri."

Yunho mencium bibir Rosy lembut.

"Kabarin aku ya nanti. Maaf gak bisa nemenin kamu."

🐻🐻🐻

Rosy meremas tangan Irene dan Seohyun. Saat ini ia sedang mengantri di ruang tunggu dokter kandungan ditemani oleh Irene dan Seohyun.

"Ibu Rosy."

Rosy tersentak kaget mendengar namanya disebut.

"Ayo Ros," ucap Irene.

Mereka masuk ke dalam ruangan dan duduk di kursi yang disediakan. Sebelum diperiksa, Rosy ditanyakan beberapa hal. Setelah itu Rosy naik ke ranjang pemeriksaan.

"Nah ini yang titik ini, itu janinnya."

Rosy meneteskan air matanya. Ia menatap terharu ke arah monitor kecil. Di depannya, Irene dan Seohyun saling berpelukan.

"Itu calon cucuku Seul?" tanya Irene berbinar. Ia menggenggam tangan Rosy.

Ah ya, mereka memang periksa di tempat Seulgi--ibunya Yeosang--bekerja. Kebetulan Seulgi dan Irene adalah teman SMA.

"Iya Rene."

"Ya Allah cucuku," gumam Irene bahagia.

"Mau diprint fotonya?" tanya Seulgi.

"Iya. Bisa gak print tiga?"

"Ma!" tegur Rosy.

Seulgi tertawa. Untung saja Irene adalah temannya.

"Yunho emangnya kemana?" tanya Seulgi. Irene dan Seohyun membantu Rosy bangun dari ranjang dan menuntun perempuan itu duduk di depan Seulgi.

"Ke luar kota urusan kerjaan sama Mas Yonghwa," jawab Seohyun.

Seulgi mengangguk paham dan mulai menjelaskan detail mengenai kehamilan. Rosy mendengarkannya dengan seksama begitu pula dengan Irene dan Seohyun.

Setelah selesai, mereka pulang ke rumah Rosy.

.
.
.
.

Di lain tempat Yunho yang baru saja sampai di kamar hotel langsung mandi dan bersiap-siap ke tempat meeting. Ia hendak mengambil berkas-berkas ketika handphonenya berdering dan nama Rosy tertera di layar. Yunho langsung mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan dari Rosy.

"Hallo?"

".."

Yunho mengerutkan keningnya begitu telinganya hanya mendengar suara tangisan. Ia jadi khawatir dengan istrinya itu dan ingin cepat-cepat pulang.

"Kenapa Sayang? Hasilnya negatif?" tanya Yunho.

"Papa Yunho kapan pulang?"

Yunho terdiam membeku. Ia tidak salah dengar kan? Tadi Rosy manggil dia Papa kan? Itu berarti...

"Sayang?"

"I'm pregnant. You'll be a father, Honey."

Yunho menutup mulutnya tak percaya. Ia memekik bahagia mendengar kabar yang Rosy sampaikan.

Seandainya saja ia sedang bersama Rosy, sudah pasti perempuan itu habis ia ciumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seandainya saja ia sedang bersama Rosy, sudah pasti perempuan itu habis ia ciumi. Rasanya Yunho jadi semakin tidak sabar ingin buru-buru menyelesaikan pekerjaannya.

"Ros beneran?" tanya Yunho lirih. Ia mengusap matanya yang berair.

"Iya Sayangku. Makanya kamu cepet pulang ya. Aku gak sabar mau peluk kamu."

"Tunggu Papa ya. Papa bakal selesaiin kerjaan disini secepatnya. Aaah Ros aku seneng banget. Ini bener kan? Ini bukan mimpi kan??"

Di ujung sana, Rosy tertawa. Ia senang mendengar nada antusias Yunho. Perempuan itu mengusap perutnya lembut.

'Hai Baby. Sehat terus ya Nak di perut Mama. Papa dan Mama sayang sama kamu.'

Husband Series | Jeong YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang