dua puluh delapan

353 65 9
                                    


Selama perjalanan menuju tukang urut, Ara hanya bisa menangis dan terus merengek agar kedua pria di depannya luluh dan memutar balik arah jalur mereka. Namun, Zio sama sekali tak terpengaruh.

"Yuk turun," ucap Zio.

Ara panik karena mereka udah sampai. Gadis itu tetap tidak mau turun membuat Zio dengan paksa menggendong Ara bak karung beras.

"ABANG!!"

"Diem Dek. Nanti Abang beliin es krim sama coklat deh," ucap Zio.

"Sama cake juga!"

"Iya. Diem dulu kamunya."

Ara akhirnya diam walaupun matanya masih berkaca-kaca dan bibirnya cemberut.

Mereka duduk di kursi yang tersedia untuk menunggu giliran. Untungnya mereka tidak harus menunggu terlalu lama. Selama diurut, Ara hanya bisa menjerit dan menangis. Juna yang tak tega hanya bisa mengelus kepala Ara sedangkan Zio hanya diam melihat dengan tangan bersedekap dada.

Selesai diurut, mereka memutuskan untuk langsung pulang. Sesampainya di rumah, Zio langsung keluar dari mobil dan membiarkan Juna menggendong Ara. Mereka bertiga masuk ke dalam rumah disambut oleh Rosy.

"Ara kenapa?" tanya Rosy pada Zio.

"Pecicilan. Keseleo kakinya," jawab Zio. Juna mendudukkan Ara di sofa.

Rosy menunduk untuk melihat pergelangan kaki Ara.

"Udah diurut?"

"Udah tadi. Dipaksa Abang," jawab Ara dengan suara serak karena habis menangis. Rosy mengelus kepala Ara sayang.

"Btw, kenapa Juna yang gendong Ara?" tanya Rosy.

"Udah jadian ya kalian?"

Jiel tiba-tiba saja datang dari arah tangga. Ia langsung menghampiri Ara dan duduk di sebelah gadis itu.

"Jadian?" ulang Rosy.

"Iya. Mereka udah jadian ya Bang?" kini Jiel menatap ke arah Zio.

"Iya udah," jawab Zio. Ara melotot. Kenapa Zio tidak bisa jaga rahasia banget sih?

"Apa? Siapa yang jadian?"

Tiba-tiba Yunho muncul dengan muka galaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba Yunho muncul dengan muka galaknya. Tatapannya tajam, mengintimidasi orang-orang yang melihatnya. Seakan tak mengerti situasi, Jiel menunjuk Ara dengan polosnya.

"Kak Ara yang pacaran Pa," jawab Jiel.

"APA?!"

🐻🐻🐻

Ara menatap takut-takut Yunho yang menatap tajam dirinya. Juna sendiri sudah pamit pulang tadi.

"Langsung aja ya. Papa gak setuju kamu sama Juna," ucap Yunho datar.

"LOH KOK GITU?!" protes Ara.

"Kamu masih kecil. Gak usah pacar-pacaran."

"Jiel juga masih kecil. Tapi dia boleh pacaran," balas Ara. Jiel melotot mendengar namanya dibawa-bawa. Rosy dan Yunho serempak menatap Jiel tajam membuat Jiel kelabakan.

"Enggak. Jiel gak pacaran. Serius deh," jawab Jiel buru-buru.

"Bohong! Lo pikir gue gak tau kalau kemaren lo abis jalan sama cewek?"

Kalau aja yang ngomong bukan Ara, sudah pasti Jiel akan ngamuk. Tapi sayangnya, Jiel gak bisa mukul Ara sama sekali.

"Jiel, ikut Mama yuk? Kita ke atas," ucap Rosy karena melihat wajah merah padam Jiel. Rosy menarik tangan Jiel lembut dan membawa laki-laki itu ke atas. Tersisa lah Zio, Ara, dan Yunho di ruang keluarga.

"Pokoknya Papa gak setuju kamu sama Juna. Marga kalian sama!" ucap Yunho dengan alasan yang lain. Ara tertawa mengejek.

"Om Doy sama Tante Sejeong juga marganya sama. Nenek Seulgi sama Kakek Brian juga kok marganya sama. Mereka bisa nikah bahkan sampai punya anak dan cucu," balas Ara tak mau kalah.

"Tetep gak boleh!"

"YA KENAPA GAK BOLEH PAPA?!"

"KARENA DIA JUNG ARJUNA! ANAK JUNG JAEHYUN. PUAS?!"

Yunho yang gak tahan akhirnya meledak juga. Ara yang baru pertama kali dibentak Yunho kayak gitu langsung shock dan terdiam. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, hendak menangis. Yunho mengacak-acak rambutnya kesal dan berlalu ke kamarnya begitu saja.

"Abang.."

Zio yang mengerti dengan panggilan lirih itu langsung memeluk Ara dan berusaha menenangkan gadis itu yang sudah menangis terisak-isak. Zio mengelus-elus punggung Ara lembut.

"Nanti biar Abang yang ngomong sama Papa. Udah gak usah nangis," bisik Zio lembut. Ara menenggelamkan kepalanya di dada Zio. Ia menumpahkan tangisannya sampai membuat baju bagian depan Zio basah karena air matanya.

Rosy yang baru selesai bicara dengan Jiel menghela napasnya begitu melihat Ara yang menangis. Rosy memutuskan untuk masuk ke kamarnya.

"Yunho," panggil Rosy lembut.

"Aku gak mau bahas anak itu," ucap Yunho dingin. Rosy mendekat dan menyusup masuk ke pelukan Yunho. Ia menatap suaminya lembut.

"Aku gak akan bahas itu sekarang."

Ya. Tidak sekarang. Tunggu sampai Yunho tenang baru ia akan mencoba bicara dengan suaminya itu.

Husband Series | Jeong YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang