sembilan

788 106 0
                                    

Rintik-rintik hujan mulai turun disusul dengan suara guntur yang bersautan. Perlahan-lahan rintikan hujan berubah deras. Angin malam itu begitu kencang, membuat Rosy mengeratkan pelukannya ke Yunho.

Ting tong

Tin tong

"No ada tamu," bisik Rosy.

"Siapa ya? Padahal udah malem gini," gumam Yunho. Ia beranjak turun diikuti Rosy di belakangnya.

"Kamu tunggu disini aja Ros. Hujan soalnya," ucap Yunho seraya mengambil payung. Ia berjalan keluar menuju gerbang rumahnya karena satpam mereka sedang izin pulang kampung.

"Loh Chira?" tanya Yunho kaget. Ia buru-buru membukakan gerbang dan menuntun Chira masuk ke dalam rumah. Rosy yang melihat kedatangan Chira langsung berdiri dan mendekat.

"Ra, lo kenapa?" tanya Rosy khawatir.

"Rosy, aku harus gimana?"

Chira mulai terisak membuat Rosy langsung memeluk sahabatnya itu. Ia mengelus-elus punggung Chira, berusaha menenangkan perempuan itu.

Yunho muncul dari arah kamar tamu dan menyerahkan handuk ke Rosy. Rosy menerimanya lalu menyelimuti tubuh Chira yang basah dengan handuk.

"Ra, ganti baju dulu ya? Nanti lo masuk angin," ucap Rosy.

Chira hanya mengangguk. Rosy menuntun Chira masuk ke kamar dan menyiapkan piyama tidur untuk Chira. Setelah mengganti baju, Chira duduk di tepi ranjang, tepat di sebelah Rosy.

"Rosy, aku bingung harus gimana."

Rosy diam dan menunggu Chira melanjutkan ucapannya.

"Aku...aku hamil."

"Ya hamil lah. Kan lo udah punya suami."

"Bukan itu masalahnya."

"Terus?"

Chira mulai menceritakan permasalahannya dengan Mingi. Bagaimana awal mulanya sampai Chira bisa hamil, dan apa yang perempuan itu khawatirkan. Rosy yang mendengarnya sontak langsung menggeram kesal.

"Brengsek!" maki Rosy setelah Chira menyelesaikan ceritanya.

"Aku harus gimana?" tanya Chira disusul dengan isakan lirih. Rosy memeluk Chira dan mengusap-usap punggung Chira lembut.

"Sekarang tenang dulu. Kita liat dulu reaksi Mingi kayak gimana. Udah malem, mendingan lo tidur. Kasian anak lo kalau Ibunya stres kayak gini,"

"Kamu gak bakal marahin Mingi kan?" tanya Chira was-was.

"Menurut lo? Setelah apa yang dia lakuin ke lo, gue bakal bebasin dia gitu aja?"

"Aku belum mau ketemu Mingi."

"Oke kalau gitu. Bentar lagi juga dia nelpon buat nanyain keberadaan lo."

Rosy hendak beranjak namun Chira menahan lengannya.

"Temenin. Aku takut petir."

"DAN LO KE RUMAH GUE MALEM-MALEM SENDIRIAN?! DI TENGAH HUJAN KAYAK GINI??!" Rosy langsung ngegas.

"Aku gak tau harus kemana Rosy. Mama Papa udah gak ada. Saudara satu-satunya yang aku punya masih berjuang melawan maut. Cuma kamu yang ada di pikiranku."

Rosy menghela napasnya dan ikut berbaring di sebelah Chira. Ia menunggu sampai perempuan itu tertidur. Setelah Chira pulas, Rosy keluar dari kamar tamu dan menghampiri Yunho yang menunggu di ruang keluarga.

"Gimana?" tanya Yunho ikut khawatir.

"Udah tidur dianya. Mingi nelepon kamu?"

"Iya. Tapi aku bilang kalau Chira gak ada disini."

"Bagus deh. Soalnya Chira gak mau ketemu Mingi dulu. Aku juga gak yakin bisa nahan emosiku kalau Mingi sampai nekat kesi---"

Tin tong

Tin tong

Yunho dan Rosy saling tatap mendengar bel yang dibunyikan terus-menerus tanpa jeda. Mereka bisa menebak kalau Mingi lah yang membunyikan belnya.

"Kamu jangan keluar ya? Biar aku yang nanganin Mingi. Pastiin kamar tamu kamu kunci biar dia gak bisa nerobos masuk ke dalam. Kuncinya taruh di atas lemari aja," ucap Yunho.

Rosy mengangguk dan membiarkan Yunho keluar. Ia mengunci pintu kamar yang ditempati Chira dan menaruh kuncinya di atas lemari di ruang keluarga. Benar saja apa kata Yunho. Mingi nerobos masuk ke dalam rumah dengan tubuhnya yang basah kuyup. Penampilan pria itu benar-benar kacau.

"Ngapain lo kesini?!" tanya Rosy galak.

"Ros please, kasih tau gue dimana Chira?" tanya Mingi melas.

"Setelah apa yang lo lakuin ke dia?"

Mingi terduduk dan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Brengsek banget sih lo jadi cowok. Kalau lo emang gak bisa bahagiain sahabat gue, jangan nikahin dia!"

Yunho mencoba menenangkan Rosy. Sayangnya Rosy yang sudah meledak akan sulit diredakan. Ia tidak merasa kasihan sama sekali dengan Mingi yang sudah seperti orang gila.

"Chira gak ada disini. Mending lo pulang sekarang dan renungin semua kesalahan lo. Kalau udah lebih baik, baru kita ketemu lagi," ucap Rosy dingin dan beranjak ke atas.

Yunho menepuk bahu Mingi pelan. Ia mengajak Mingi duduk di sofa dan menaruh secangkir teh hangat di depannya.

"Minum dulu. Udah gak usah nangis gitu. Kasih Chira waktu buat nenangin diri. Nanti setelah kalian berdua udah lebih baik, baru bicarakan baik-baik. Gue ke atas dulu."

Husband Series | Jeong YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang