Bab 6

1.5K 94 3
                                    

❤❤

Jika ada wanita yang merasa terluka karna kepergian Chandika setelah Rahma dan Dyona maka itu adalah Rachel.

Wanita cantik itu jadi lebih sering mengurung diri didalam kamar sambil menangis menatapi fotonya dengan Chandika. Kehilangan pria itu karna kecelakaan yang terjadi seribu kali lebih menyakitkan ketimbang saat Chandika bersanding dengan wanita lain. Rachel tidak hanya kehilangan sepupunya tapi juga kehilangan sahabat serta cinta pertamanya.

Rachel teringat segala kenangannya dengan Chandika. Kenangan sejak kecil hingga mereka tumbuh dewasa bersama-sama.

Salah satu kenangan paling membekas dalam ingatan Rachel adalah tentang ciuman pertamanya. Chandika- lah pria yang pertama kali menyentuh bibirnya meskipun Rachel lah yang telah mencuri lebih dulu ciuman pria itu saat tidur.

Rachel begitu memuja Chandika. Baginya tidak ada pria yang lebih baik selain Chandika, pria itu amat sempurna hingga rasanya terlalu sulit untuk mengikhlaskan.

"Chandika kamu belum pergikan? Kamu masih hidupkan? Aku merindukanmu" ucap Rachel sambil memegangi wajah Chandika yang ada difoto. "Pulang yah? Banyak yang menunggumu? Aku gak papa kalau kamu sama Dyona asal kamu pulang kembali kekeluarga ini"

Rachel mengusap air matanya lalu dengan erat memeluk bingkai fotonya dan Chandika.

"Aku merindukamu"

❤❤

Walaupun semangatnya dalam makan tidak seperti dulu lagi tapi Dyona tetap memaksakan dirinya untuk mengunyah makanan yang diberikan orang tuanya. Wanita itu tidak ingin lagi mengambil resiko gara-gara keteledorannya yang kurang makan membuat janinnya bahaya seperti tempo hari.

Dyona sudah merasakan kehilangan Chandika suaminya, itu sangatlah berat. dia tidak akan mau jika harus kehilangan janin yang dikandung hasil cintanya dengan suaminya juga.

"Habisin yah sayang" ucap Umi Dyona. Wanita itu dengan telaten merawat putrinya seolah putrinya itu kembali menjadi balita yang benar-benar butuh diperhatikan.

"Iya, makasih umi buburnya" ucap Dyona kembali memasukkan sendok berisi bubur kedalam mulutnya.

"Sama-sama, habis ini kamu harus minum obat juga yah"

Seorang ibu selalu menjadi cerewet terhadap anaknya apalagi saat kondisi anaknya kurang sehat.

Dyona mengangguk menyetujui. "Umi Dy mau tanya sesuatu"

"Tanya apa?"

"Dy boleh tidak yah makan rujak, Dy pengen mangga muda umi" ucap Dyona pelan.

"Ngidam yah?" umi Dyona mancubit pelan pipi putrinya. "Nanti Umi tanyain bibi Chandika yah, kalau boleh nanti Umi suruh Abi beliin"

Dyona mengangguk cepat lalu kembali menyantap buburnya.

"Yaudah kamu habisin buburnya dan jangan lupa minum obat, umi keluar dulu nanyain boleh tidaknya"

"Iya umi, makasih umi"

Umi Dyona tak menjawab, hanya mengusap lembut keningnya putrinya sesaat sebelum melangkah keluar kamar.

Sesaat setelah keluarnya Uminya, Dyona kembali menangis. Bayangan wajah Chandika menghampiri pikirannya. Dyona benar-benar ingin pria itu ada bersamanya, Dyona ingin merengek manja minta dibelikan rujak pada pri itu.

"Mas... Dy pengennya mas Chandika yang bawain rujak"

❤❤

"Tega kamu Kai? Aku sudah melakukan apapun keinginan kamu tapi kamu malah selingkuh dengan wanita lain" ucap wanita dengan kemeja dan celana jens berwarna hitam tersebut pada pria yang duduk santai disebuah kursi club.

Datanglah Kepadaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang