Bab 11

1K 71 1
                                    

❤❤

Hari ini Dyona kembali melakukan pemeriksaan USG kandungannya, kali ini dia tidak ditemani uminya tapi ditemani oleh mertuanya- mama dari Chandika.

Sama seperti waktu pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu, pemeriksaan kali ini pun tak luput dari rasa haru pada hati Dyona. Wajah calon anaknya itu jadi semakin jelas terbentuk.

"Mirip papa yah kamu" ucap Dyona sambil mengusap foto hasil USG-nya. "Mata sama bibir kamu persis papa, Mama jadi cemburu" sambungnya lagi.

"Wajah bayi itu berubah-ubah, nanti pasti ada yang mirip mamanya" ucap Mama Chandika yang duduk disamping kanan Dyona.

"Iya. Umi juga pernah bilang begitu ma tapi Dy bakalan senang kok kalau wajahnya mirip mas Chandika, Bahagia banget malah" jawab Dyona pada mertuanya dengan semangat.

Mama Chandika terharu mendengar itu. dia merasa senang putranya yang sudah pergi itu begitu dicintai tapi juga merasa kasian pada Dyona yang masih terbilang muda dan baru menikah itu sudah harus menjadi seorang janda.

Sebagian wanita akan merasa sangat sulit untuk bangkit saat kehilangan seseorang yang dicintai apalagi seseorang tersebut adalah suami sendiri. Pasti Butuh waktu yang tidak sedikit untuk menerima kenyataan itu.

Mama Chandika sangat tau, Dyona pasti juga merasakan hal tersebut tapi saat sulit tersebut untungnya Dyona masih bisa bangkit untuk calon anaknya dan Chandika.

Setelah beberapa menit diperjalanan, Mobil yang ditumpangi kedua wanita itu akhirnya berhenti didepan rumah. Dyona berserta mertuanya itu lantas turun dan berjalan menuju rumah.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" teriak Mbok Ijum dari dalam rumah. "Sudah datang, mau dibikinin minuman bu, neng?"

"Iya mbok, bikin teh hangat yah" pinta Dyona.

"Dy... Boleh mama bicara?" tanya mertua Dyona yang sudah duduk disofa.

"Ya boleh lah ma" Jawab Dyona.

"Kamu sudah bisa mengikhlaskan Chandika kan?"

Dyona terdiam sesaat sebelum akhirnya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Inshaa Allah Ma"

"Semua yang terjadi dihidup kita tidak lepas dari izin Allah, sudah seharusnya kita belajar untuk mengikhlaskan kepergian Chandika" ucap Mama Chandika lalu memegang tangan Dyona. "Kamu masih muda Dyona, jalan hidup kamu masih panjang dan kamu berhak untuk bahagia"

"Dy bahagia kok ma"

Mama Chandika menggeleng lalu memegang pipi putih menantunya tersebut. "Berjalan seorang diri itu sangat sulit Dy, apalagi jika nanti kamu sudah harus menjaga dan membesarkan anak kamu. Kamu dan anak kamu butuh seseorang disamping kalian untuk menemani dan membimbing kalian"

"Maksud mama apa?" tanya Dyona meminta penjelasan lebih rinci walaupun sebenarnya dia sudah mulai menduga-duga arah pembicaraan ini.

"Ada seseorang pria yang ingin mengkhitbah kamu, Apa kamu akan menerimanya?"

Dengan pelan Dyona melepaskan tangannya dan mengalihkan wajahnya kearah lain, tanpa bisa dicegah lagi air matanya luruh berjatuhan.

Datanglah Kepadaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang