⓪④ ≫ Strange

533 33 0
                                        

Jimin menggeliat dari tidurnya. Perlahan ia membuka kedua matanya, menyesuaikan bias cahaya mentari yang menyilaukan matanya. Jimin memeluk kedua kakinya erat. Entahlah ia masih memikirkan pernikahan yang eomma-nya bahas siang kemarin.

Tunggu, kenapa rasanya ada yang janggal ya? Monolognya dalam hati. Jimin tersadar, ia menengok ke arah jam. Ini sudah pagi– dan kemarin eomma pulang siang hari.

"Omo! " tiba-tiba Jimin bangkit dari ranjangnya, namun ia kembali jatuh terlentang.

Kenapa kepalanya begitu pening? Jimin memegang kepalanya dengan kedua tangan mungilnya. Ia terus merintih kala kepalanya berdenyut semakin kencang, seakan-akan mau pecah.

/Ceklek/

Pintu kamarnya dibuka, menampakkan sosok yeoja paruh baya, itu Nyonya Park. Nyonya Park yang melihat Jimin memegang kedua kepalanya beralih mendekat ke ranjang. Jimin belum menyadari adanya orang lain di dalam kamarnya karena ia terlalu sibuk dengan denyutan nyeri di kepalanya.

"Kau kenapa, Jimin?" Nyonya Park mengelus surai Jimin lembut.

"Ny-nyonya.. " Jimin terkejut.

Kenapa eomma datang kemari? Apa karena ia tak menyelesaikan pekerjaannya kemarin? Pikirannya cemas, ia takut eomma-nya marah karena ia tidur seharian di kamar dan tidak keluar membuat makan malam maupun sarapan pagi ini.

Nyonya Park tak mengindahkan kegugupan Jimin, tangannya sibuk mengelus surai Jimin hingga saat ia menyentuh dahi Jimin ia merasakan panas. Ia kembali menempelkan telapak tangannya di dahi Jimin dan benar Jimin memang panas.

"Tunggu sebentar, Jimin. " ucapnya lalu berlalu dari kamar Jimin.

Jimin terpengarah, ada apa dengan eomma-nya? Mengapa ia jadi lembut seperti ini?

Tak lama, Nyonya Park kembali ke kamar Jimin sesuai ucapannya tadi. Ia membawa baskom yang berisi air dan handuk kecil di lengannya kemudian mendudukkan diri di samping Jimin berbaring.

Handuk itu ia celupkan ke dalam baskom yang sudah terisi dengan air lalu memerasnya, setelahnya ia melakukan hal yang membuat Jimin terkejut. Nyonya Park mengompres Jimin.

"Nyonya, apa yang nyonya lakukan? " Jimin tak mau dipermainkan, bisa saja setelah ini eomma-nya akan mengguyur Jimin dengan air dingin di baskom itu.

"Mengompesmu, apa lagi? Tubuhmu hangat, Jimin. " sekali lagi Jimin terpengarah.

Ada apa dengan Nyonya Park hari ini? Apakah kepalanya baru saja terbentur dinding?

"Nyonya.. "

"Nah sudah, sekarang kau makan bubur ini lalu minum obatmu. "

Nyonya Park mengambil bantal lain di sisi Jimin lalu diletakkannya di kepala ranjang, ia membantu Jimin untuk duduk dan bersender pada kepala ranjang. Mangkuk yang berisikan bubur di atas nakas itu ia ambil kemudian menyuapi Jimin dengan perlahan. Jimin diam, menurut. Otaknya sedang memperoses perlakuan-perlakuan aneh sang eomma padanya.

Tiga suapan dan Jimin sudah bilang kenyang. Nyonya Park meletakkan mangkuk di nakas dan lalu menuangkan air ke dalam gelas dan menyerahkannya pada Jimin, tak lupa juga obatnya.

Jimin yang terlanjur bingung hanya menuruti kemauan Nyonya Park dari pada kena marah. Nyonya Park tersenyum kecil saat Jimin menyerahkan kembali gelasnya padanya. Ia membantu Jimin untuk kembali berbaring di ranjang tak lupa juga menyelimutinya.

"Istirahatlah, eomma tak mengizinkanmu melakukan apapun. " setelah mengatakan itu Nyonya Park berlalu dari kamar Jimin, meninggalkan Jimin yang masih saja bingung akan keadaan.

αм ι ωяοиg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang