Jimin sudah benar-benar sehat pagi ini, ia akan berangkat sekolah seperti biasanya. Jimin rindu dengan kelinci manisnya, Jungkook. Rasanya banyak sekali yang ingin Jimin ceritakan dengan sahabatnya itu juga bertanya perihal Jungkook yang tidak bisa dihubungi.
Jimin sudah rapi dengan seragam sekolahnya, ia melangkahkan kakinya menuju dapur hendak membuat sarapan untuk keluarganya. Belum sempat ia menuju dapur, Jimin sudah di kagetkan dengan makanan yang sudah tertata rapi di atas meja. Siapa yang membuatnya?
"Oh, Jimin. Sudah bangun ? " Jimin masih diam mematung.
"Kemarilah, makanan sudah siap. "
Nyonya Park menarik Jimin dan mendudukkannya di salah satu kursi di meja makan tersebut. Ia juga mengambilkan Jimin nasi serta lauk pauk yang ada, membuat Jimin semakin mengerutkan alisnya bingung.
"Nah, makanlah. Jangan hanya dipandang, Jimin. Eomma tidak menaruh racun di sana. " Nyonya Park terkekeh kecil akan ucapannya sendiri.
Apakah eomma-nya yang memasak ini?
Dengan perlahan Jimin memakan hidangan di depannya dengan sesekali melirik ke arah Nyonya Park yang juga tengah menyantap makanannya. Ia mau bertanya tapi nanti malah ia yang kena marah, jadi Jimin hanya diam.
"Jimin, nanti pulang sekolah kamu mencoba baju ya. " Jimin terdiam, samar-samar ia mengangguk kaku.
Nyonya Park tersenyum, ia mengusak kecil pucuk kepala Jimin. "Berangkat dulu ya. " lalu berlalu meninggalkan Jimin dengan beribu pertanyaan dalam benaknya.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
"Jungkook!"
Jungkook menolehkan kepalanya ke kanan kiri mencari sosok yang telah memanggilnya barusan, dan matanya menangkap buntalan mochi yang tengah berlari kecil kearahnya.
"Jimin hyung! "
Tubuh keduanya bertubrukkan, berpelukan dengan erat dan jangan lupakan senyum yang mengembang lebar di bibir keduanya. Mereka berpelukan seakan tidak pernah bertemu sepuluh tahun, padahal baru empat hari mereka berpisah.
"Hyung, aku merindukanmu. Aku ingin menceritakan banyak hal padamu. " keluh buntalan kelinci.
"Aku juga, Kookie. Banyak hal yang ingin ku bicarakan denganmu. "
Jimin mengelus surai Jungkook sayang, keduanya tak mempedulikan tatapan siswa/i lain yang tengah berlalu lalang. Ingatkan mereka jika mereka masih berpelukan di depan kelas.
"Ekhm"
Pelukan keduanya terlepas dengan tubuh yang sama-sama meremang.
"Ini sekolah bukan lokasi syuting. "
Keduanya membungkukkan badan, mengerti di mana letak kesalahannya tanpa perlu diperpanjang, kemudian masuk ke dalam kelas dan mengikuti pembelajaran dengan khidmat.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
"Hyung, apa yang mau kau katakan? Jangan bilang jika kau disiksa oleh orang-orang brengsek itu lagi?! " kedua alisnya menukik, marah.
"Tidak, Jungkook. Justru itu yang membuat hyung bingung. " Jungkook menaikkan alisnya, bertanya.
"Eomma bersikap baik padaku bahkan ketika aku sakit kemarin-"
"Kau sakit, hyung? Kenapa tidak bilang. " Jungkook menunjukkan raut kesalnya.
"Jungkook, jangan potong dulu. " dan Jungkook mengucapkan 'ok' tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
αм ι ωяοиg ✔
FanfictionDendam masa lalu yang menjadi kesalahpahaman semua pihak. Semua orang tak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mereka hanya bisa saling menyalahkan tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara itu,orang-orang yang tahu awal perkara tersebut terjad...
