Ringisan terdengar samar keluar dari belah bibir namja yang tengah menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Dan rupaya hal tersebut membuat namja di sampingnya membuka mata lalu menolehkan kepalanya ke samping dengan kening yang berkerut.
Tak lama, karena setelahnya kedua bola mata itu membola. Ia ingat akan perbuatannya malam tadi dan mendadak hatinya berdenyut nyeri. Raut bersalah sangat nampak di wajah tampannya. Ia mengarahkan tangannya untuk mengelus surai namja di sampingnya, mengecup keningnya lembut menyalurkan kasih sayang. Serta dalam hati ia merapalkan kata 'maaf' berulang kali.
Kedua mata itu mengerjap dua kali, mencoba menyesuaikan bias cahaya yang menusuk retina matanya. Tubuhnya terasa remuk, bahkan ia pikir ia tidak akan bisa beranjak dari ranjang karena sakit yang mendera di hampir seluruh tubuhnya.
Ringisan kembali keluar dari belah bibirnya.
"Apakah sakit sekali? "
Jungkook tersentak, ia menolehkan kepalanya ke sumber suara. Tepat di sampingnya, Kim Taehyung, menunjukkan raut cemas yang ketara yang menimbulkan kernyitan di dahi pemuda Jeon. Setelah sadar, ia dengan cepat kembali memalingkan wajahnya, terlalu takut dengan kejadian semalam. Ia takut jika itu terulang lagi.
"Maafkan aku. "
Jungkook terkejut, ada apa dengan pemuda di sampingnya? Apa dia benar-benar Kim Taehyung yang ia kenal?
Taehyung menggenggam kedua tangan Jungkook erat, matanya menatap mata yang lebih muda namun selalu ditolak. Dua jari Taehyung mengapit dagu Jungkook, mengarahkan kepala yang lebih muda agar bersitatap dengannya.
Jungkook tak bisa menolak, manik matanya tanpa sengaja bertemu dengan obsidian teduh Taehyung, membuatnya seolah terhipnotis hingga enggan untuk mengalihkan bola matanya dari objek di depannya.
/Cup/
Taehyung mengecup bibir Jungkook lama, hanya mengecup. Dan anehnya Jungkook tak menolaknya sama sekali, ia justru memejamkan matanya menikmati bibir tebal Taehyung yang menempel sempurna pada bibir tipisnya.
Taehyung menjauhkan kepalanya, dapat ia lihat wajah Jungkook yang tengah terpejam. Sepertinya Jungkook menikmati kecupannya tadi, dan Taehyung pun tak bisa lagi menyembunyikan senyum tipis yang terbit di bibirnya.
Perlahan Jungkook membuka matanya, ia melihat Taehyung yang tersenyum tipis hingga tak sadar bibirnya ikut serta membentuk lengkungan ke atas, balas tersenyum. Taehyung terpengarah, rasa bersalahnya kini kian membuncah. Lantas ia menarik Jungkook mendekat, mendekapnya dengan erat. Kepalanya ia benamkan pada ceruk leher Jungkook sementara kepala Jungkook berada di dada bidangnya.
Keduanya sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing, Taehyung dengan rasa bersalahnya, serta Jungkook yang masih berpikir tentang, apa terjadi sebenarnya?
Suara bass Taehyung membuyarkan lamunan Jungkook,
"Aku mohon jangan membenciku dan maafkan aku. Aku mencintaimu, Jungkook. Aku bersungguh-sungguh. " ucapnya, posisi keduanya masih sama yaitu berpelukan di atas ranjang.
"A-apa yang kau katakan, hyung? " cicit Jungkook pelan. Ia tak ingin terlalu berharap jika akhirnya ia sendirilah yang tersakiti, ia tidak mau hal itu terjadi.
"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Jungkook-ah. " tubuh keduanya berjauhan, Taehyung pelakunya.
Taehyung menatap Jungkook lekat, menunggu jawaban yang belum pasti akan diterima juga. Ia sadar jika perlakuannya memang keterlaluan, apalagi ialah penyebab Jungkook ditinggal pergi kedua orang tuanya. Walaupun mereka masih mengirim uang untuk kebutuhan hidup Jungkook sebulan sekali, itu yang Jungkook tahu.
Jungkook dibuang, ia tak dianggap anak oleh orang tuanya sendiri. Ia tahu, semua hal yang terjadi pada Jungkook, Taehyung tahu dan ia lebih tahu. Namun ia memilih diam dan mengawasi Jungkook dari jauh, menjaga sosok pemuda Jeon yang tanpa sadar sudah mengisi hatinya dari kejauhan dan memastikan semuanya dalam kendali.
Jungkook masih diam, tatapan matanya yang kosong semakin membuat Taehyung bimbang akan pertanyaannya tadi. Bagaimana bisa ia mengatakan hal tersebut dengan gamblangnya setelah apa yang ia lakukan kepada Jungkook selama ini? Dasar mulut bodoh tidak tahu waktu!
"Jungkook, jawab aku. Jangan hanya diam saja Jungkook-ah. Kau membuatku khawatir. "
/Grep/
Lagi, pelukan hangat kembali Jungkook dapatkan. Namun ia tidak peduli, ia masih memikirkan ungkapan Taehyung tadi. Taehyung mencintainya, ya namja brengsek itu mencintainya. Dan apakah ia harus menerimanya setelah apa yang namja itu lakukan padanya dulu?
Kehancuran hidupnya yang harus ia tanggung seorang diri di usianya yang masih dini. Tiada seorang pun yang menemani dirinya kala ia terpuruk waktu itu, kecuali Park Jimin. Sosok namja yang sama rapuhnya seperti dirinya, sama-sama terpuruknya. Namun ia bersedia mengubah seorang Jeon Jungkook untuk menjadi lebih baik dan menemaninya hingga kini.
"Setelah semua yang kau lakukan padaku kau bilang kau mencintaiku? " tatapan nyalang Jungkook arahkan pada pemuda Kim.
"Setelah kau menghancurkanku sampai titik ini kau bilang kau mencintaiku? Tak sadarkah kau atas dosa dosamu padaku Kim Taehyung! "
Jungkook menangis, tak sanggup kala memori kelam yang ia kubur bertahun-tahun dan coba ia lupakan kembali teringat. Kembali menghantui dirinya dan kembali membuatnya teringat akan masa-masa kelam itu, masa-masa kehancuran dirinya.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
"Kalau di rumah pakai kemejaku saja, tidak usah pakai celana.– tidak ada bantahan! " Jimin mengatupkan bibirnya kembali.
'Belum juga bicara. ' gerutunya.
Keduanya kembali makan dengan keadaan hening, bukan hening sebenarnya, namun pemuda Min itulah yang berpura-pura tuli akan gerutuan Jimin disela-sela makannya. Ia memilih abai dan menganggap gerutuan Jimin itu sebagai angin lalu.
/Brak/
"Aku selesai."
Jimin melenggang pergi setelah meletakkan sendok dan garpu dengan kasar, ia tak peduli lagi dengan piringnya yang masih tergeletak di meja makan. Terlanjur kesal dengan perintah seenak jidatnya pemuda Min yang sayangnya adalah suaminya sendiri. Huhh
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/242065159-288-k241567.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
αм ι ωяοиg ✔
Hayran KurguDendam masa lalu yang menjadi kesalahpahaman semua pihak. Semua orang tak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mereka hanya bisa saling menyalahkan tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara itu,orang-orang yang tahu awal perkara tersebut terjad...