Satu minggu ini semuanya kembali berjalan lancar seperti semula, begitu pula dengan Jimin dan Jungkook yang telah menamatkan sekolah tingkat akhir mereka. Keduanya memilih berdiam diri di rumah dari pada melanjutkan studi-nya.
Semuanya berjalan normal-normal saja seminggu ini, namun sepertinya hari ini berbeda karena Jimin mendapat kiriman paket entah dari siapa. Jimin mendapatkan paket itu setelah satu jam Yoongi pergi ke kantor omong-omong.
"Eum? Siapa yang mengirimnya, ya? Aku bahkan tidak memesan apapun. "
Jimin mengetukkan jari telunjuknya di pipi, pose berpikir. Karena tak kunjung mendapat jawabannya, Jimin memutuskan untuk membuka paket itu. Lagi pula bukankah paket itu mengatas namakan dirinya, kan? Jadi, tak ada masalah, kan?
Senyum merekah indah di bibir Jimin, tangannya meraih paket tadi dan mulai membukanya dengan senyum yang tak jua pudar.
"Eh? Kotak? Emm mungkin ini sebuah kejutan."
Jimin memekik kecil dengan mata yang terpejam saat membuka kotak itu, ia menarik lepas pita yang membelit kotak berukuran sedang itu lalu membuka penutupnya perlahan. Setelah kotak itu benar-benar terbuka, Jimin membuka matanya perlahan dengan senyum yang perlahan mulai meredup.
Jimin menutup mulutnya tak percaya atas apa yang dilihatnya kini.
'Tidak mungkin.'
Tangannya bergerak mengambil beberapa foto di dalam kotak itu, matanya memerhatikan setiap foto itu dengan detail termasuk waktu yang di ikut sertakan. Tangannya gemetar yang mana mengakibatkan foto-foto yang berada dalam genggamannya tergeletak di lantai begitu saja.
Mata Jimin berkaca-kaca, di dalam foto itu memperlihatkan Yoongi yang sedang memegang pistol dengan sasaran yang mengarah ke appa-nya, di foto selanjutnya tampak jika tembakan Yoongi tepat mengenai jantung appa-nya, foto selanjutnya lagi menampakkan tubuh appa-nya yang jatuh tergeletak dengan genangan darah di sekelilingnya. Lalu di dua foto terakhir, ia melihat Yoongi yang tertawa puas dengan jari yang mengusap bawah matanya sementara foto satunya, ia melihat dirinya sewaktu kecil berdiri di samping mayat sang appa dengan tangis yang kencang.
Berarti itu benar. Benar jika Yoongi-lah yang membunuh appa-nya. Ia masih mengingat dengan jelas, di mana Jimin kecil datang dengan air mata yang membendung di pelupuk matanya bersiap akan terjun. Dan begitu apa yang dilihatnya tidak salah, Jimin kecil menangis kencang meraung-raung memanggil nama appa-nya.
Tak lama setelahnya sang eomma datang dengan beberapa polisi yang sedang berpatroli. Mereka datang karena mendengar suara tembakan yang cukup kencang dan setelahnya terdengar debuman yang cukup keras.
Mereka melihat kejadian tragis di depan sana, seorang anak kecil yang tengah menangis meraung-raung memanggil nama sosok yang telah tiada itu. Dan tak jauh dari tempat itu, mereka melihat pistol yang tergeletak di sana, seperti habis di lempar asal.
Nyonya Park yang mengenali sosok yang terbaring tak bernyawa itu suaminya lantas berlari mendekat. Dilihatnya ke samping, itu anak bungsunya, Jimin, tengah menangis terisak. Lalu pandangannya mengarah ke pistol yang tak jauh darinya itu. Ia menatap Jimin kecil tajam dengan kilatan mata penuh amarah.
"Kau! Dasar pembunuh, sialan! " mendorong Jimin kecil hingga tersunggur, bahkan sikunya berdarah karena tergores aspal.
Jimin kecil menggelengkan kepalanya ribut, "Tidak, eomma. Jimin bukan pembunuh, Jimin tidak membunuh appa. "
Jimin kecil merangkak, mencoba mendekat ke appa-nya kembali, namun Nyonya Park kembali mendorong Jimin kecil bahkan menamparnya dengan keras hingga Jimin kecil kembali tersungkur.
KAMU SEDANG MEMBACA
αм ι ωяοиg ✔
FanfictionDendam masa lalu yang menjadi kesalahpahaman semua pihak. Semua orang tak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mereka hanya bisa saling menyalahkan tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara itu,orang-orang yang tahu awal perkara tersebut terjad...