Jimin menggeliat, merasa tak nyaman dengan tangan yang melingkar posesif di pinggangnya.
Tunggu, lengan?
Kedua mata Jimin terbuka, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan didapatinya sosok pemuda yang tampak lebih tua darinya tengah memejamkan mata dengan deru nafas yang teratur, tak terganggu dengan kaki Jimin yang terus menggeliat tak nyaman di dalam selimut.
Jimin memandangi sosok di depannya dengan intens. Seketika bayangan semalam ketika ia bercinta pun melintas dipikirkannya, membuat kedua pipi chubby itu bersemu. Jimin hendak berbalik badan sebelum suara berat nan serak menginterupsinya,
"Tetap di sini. "
Lantas Jimin terdiam di posisinya. Sosok di sebelahnya mulai membuka mata perlahan, dan pemandangan pertama yang ia lihat ialah wajah bersemu suami mungilnya, Jimin. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah yang lebih muda, mengecup bibir tebal itu sekilas hingga membuat pemiliknya terlonjak kaget dan menatapnya. Pipinya kembali bersemu, kini tampak lebih memerah, menggemaskan sekali.
Pelukan Yoongi pada pinggang Jimin semakin erat, tak membiarkan suami mungilnya beranjak dari tempatnya. Ia menyerukan wajahnya pada perpotongan leher Jimin, mengecupnya sekilas. Lalu dengan jahilnya ia menjilat leher Jimin sensual hingga tubuh Jimin menggelinjang kegelian.
"Hyung.. "
Jimin mencoba menjauhkan wajah Yoongi dari lehernya karena demi apapun ini masih pagi dan pantatnya pun masih terasa nyeri.
Tunggu, apa yang ia pikirkan?
Pipi Jimin kembali bersemu mengundang kekehan dari pemuda Min.
"Kau memikirkan hal lain? " tanyanya dengan alis naik turun menggoda sang submisif.
"Tidak! " Jimin memalingkan wajahnya yang memerah.
"Emm.. Hyung? " Yoongi menoleh, memberi tatapan bertanya. Lantas Jimin kembali berucap,
"Aku... mau berangkat sekolah. " cicitnya pelan.
"Tidak."
Jimin mengerucutkan bibirnya, "Ayolah, hyung, aku mau berangkat sekolah, ya? "
"Tidak, Jimin. Apa pantatmu tidak sakit? "
Pertanyaan frontal yang keluar secara gamblang dari mulut Min Yoongi, namun memberikan efek yang cukup untuk membuat kedua pipi chubby itu memanas yang mana langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Hyung, aku mau sekolah~ "
Jimin mengeluarkan puppy eyes-nya, berharap Yoongi luluh dan membolehkannya. Dan berhasil, Yoongi menganggukkan kepalanya pasrah dengan mata terpejam.
"Yey! "
Jimin sontak memeluk Yoongi, membenamkan wajahnya pada ceruk leher pemuda Min dengan tangan yang mengalung sempurna pada lehernya.
"Aku akan mengantarmu nanti. "
Dan setelahnya, Yoongi menggendong Jimin ala koala menuju kamar mandi. Jimin tidak protes akan hal itu, ia malah semakin membenamkan wajahnya pada ceruk leher Yoongi dan menghidrup dalam-dalam aroma tubuh sang suami.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Jimin sedih karena namja bergigi kelinci yang ia cari tidak jua ia temukan keberadaannya. Niatnya yang akan bertanya tentang ke mana hilangnya dia di tengah tengah pernikahannya kemarin pun tertunda. Menjalani sekolah tanpa Jungkook itu membosankan karena tak ada teman untuk diajak berbincang juga bercanda. Ke mana kau kookie? Huft.
Jimin membenamkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja, tiada minat untuknya mendengarkan guru yang tengah berceloteh menjelaskan pelajaran di depan sana. Ia pun tertidur, dengan pikiran yang bercabang-cabang ke mana-mana tentang pemuda Jeon. Sosok yang sudah ia anggap adiknya sendiri.
Ku harap kau baik-baik saja, Jungkookie.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Yoongi mengernyitkan alisnya bingung melihat Jimin yang pulang sekolah dengan keadaan lesu. Bukannya tadi pagi ia terlihat sangat bersemangat untuk sekolah? Bahkan Jimin sampai memohon-mohon pada Yoongi agar diperbolehkan.
"Kau kenapa, hm? " tanya Yoongi kala Jimin memasuki mobil.
"Kookie tidak berangkat. " alis Yoongi mengerut.
"Kookie? "
Jimin memejamkan matanya lelah, "Temanku"
Dan setelahnya Yoongi tak membalas, ia mengendarai mobilnya membelah jalanan kota Seoul yang ramai akan orang-orang yang hendak berpulang ke rumah.
"Makan malam? " Jimin mengangguk dengan mata yang senantiasa terpejam, ia lelah.
Keduanya telah sampai di restoran juga sudah memesan makanan. Jimin menelungkupkan wajahnya di meja. Entahlah ia tidak mood hari ini, moodnya tiba-tiba buruk. Ia bosan namun tidak ingin melakukan apapun.
Yoongi menghela napasnya pelan, ia pikir membawa Jimin makan malam di restoran adalah pilihan yang bagus untuk meningkatkan moodnya, dan sayangnya pikirannya salah.
Sampai makanan datang dan tersaji di meja pun Jimin masih nampak lesu. Yoongi tidak berniat menegur atau bertanya lebih jauh lagi saat melihat raut wajah Jimin yang tidak bersahabat membuatnya bungkam. Dan berakhirlah sesi makan malam itu dengan keheningan yang melanda.
Lagi, Yoongi menghela napasnya pelan menatap pintu kamar yang baru saja dimasuki Jimin. Entah apa yang merasuki Jimin sehingga ia terlihat seperti mayat hidup dengan keadaannya yang sekarang. Hal itu membuat Yoongi bimbang, ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu harus bagaimana. Huhh
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Matahari telah menampakkan wujudnya. Jimin yang masih bergelung dalam selimutnya mengerjapkan matanya, ia terganggu dengan sinar mentari yang menerobos masuk melalui jendela kamarnya dan mengenai wajah ayu-nya.
Ia bangun dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi, membersihkan diri sebelum menuju ke dapur. Ia akan membuat sarapan hari ini, karena ia pun sadar jika tugasnya kini telah bertambah karena ia juga sudah menikah. Ia akan melakukan kewajibannya untuk memasak sebagai seorang istri (?) yang baik.
Terlalu fokus dengan masakannya membuat Jimin tak sadar ketika seseorang turun dari tangga dan mendekat ke arahnya sehingga membuatnya terkejut saat mendapati sepasang lengan kekar melingkar apik di pinggangnya.
"Kau mengejutkanku. "
"Kau sendiri yang tak sadar aku datang. "
Tak mempedulikan Jimin yang kesulitan saat memasak, Yoongi malah menyerukan wajahnya di perpotongan leher Jimin. Menghirup dalam-dalam aroma strawberry yang menguar dari tubuh Jimin.
"Hyung, aku harus memasak. "
Yoongi mematikan kompor kemudian membalikkan tubuh Jimin membuat Jimin memekik nyaring namun Yoongi tetap tak peduli. Ia malah menubrukkan bibir tipisnya pada bibir tebal Jimin, melumat bibir Jimin pelan, lalu mengecup singkat bibir Jimin sebelum mengakhirinya.
Ia menatap Jimin yang masih memejamkan matanya. Yoongi kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Jimin lalu mengecup pucuk hidung Jimin sebelum melenggang menuju meja makan, meninggalkan Jimin dengan pipi yang merona hebat.
Memalukan!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
αм ι ωяοиg ✔
FanfictionDendam masa lalu yang menjadi kesalahpahaman semua pihak. Semua orang tak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mereka hanya bisa saling menyalahkan tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara itu,orang-orang yang tahu awal perkara tersebut terjad...
