Yoongi mengikuti rapat dengan mata yang sesekali melirik ke ponsel-nya, ia tengah memerhatikan Jimin dari cctv di ruangannya. Yoongi menggigit pipi dalamnya gemas ketika Jimin makan dengan mulut yang penuh menyebabkan mulutnya sedikit maju ke depan.
Merasa tidak ada yang aneh dengan Jimin-nya, ia pun mulai fokus sepenuhnya pada rapat. Mengoreksi beberapa hal saat karyawannya presentasi di depan yang sekiranya perlu diperbaiki. Semua orang dalam ruangan itu tentu saja menunduk dan hanya mengangguk jika diperlukan. Tidak akan ada orang yang mampu menatap mata tajam Yoongi yang senantiasa ia tunjukkan serta hawa dingin yang menyelimuti dirinya, sehingga para karyawan mempunyai julukan khusus untuk Yoongi yaitu 'es kutub berjalan.'
Yoongi kira semuanya berjalan lancar dan normal, namun pikiran itu segera di tepisnya kala melihat Jimin yang terbaring dilantai dengan darah yang menggenang di bawahnya. Dan tunggu, lacinya terbuka? Itu berarti... Gawat!
"Rapat hari ini selesai! " lantas meninggalkan ruang rapat yang kini terdengar hembusan nafas lega.
Ia berjalan cepat menuju lift, memencet tombolnya berulang-ulang tak sabar. Jemari tangannya saling tertaut, terkepal erat. Ia mengambil ponsel di saku celananya, mencari-cari nama seseorang dan kemudian mendialnya.
"Siapkan mobil sekarang! "
Lalu memutus sambungan sebelah pihak tanpa menunggu sang lawan bicara membalas sepatah kata pun.
/Ting!/
Lift terbuka, dan dengan segera ia berlari menuju ruangannya, membuka pintu ruangannya kasar.
"JIMIN! "
Yoongi berlari menghampiri tubuh tak berdaya Jimin, menggendongnya ala bridal style dan bergegas menuju lift lagi.
Mobil terparkir apik di depan pintu masuk perusahaan, menunggu sang atasan keluar dari gedung besar di samping. Pintu mobil dibukakan, lantas Yoongi masuk ke dalam dengan Jimin di dekapannya.
"Ke rumah sakit, cepat! "
Mobil itu melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan Seoul, mengabaikan lampu merah serta pengendara lain yang membunyikan klakson mereka berulang kali karena hampir saja menyebabkan kecelakaan.
'Bertahanlah sebentar lagi, ku mohon. '
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Yoongi menundukkan kepalanya, ia tidak menangis tapi hanya frustrasi. Mengapa ia ceroboh sekali dengan meletakkan map itu di laci. Pikirannya kalut sekarang dan yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menundukkan kepala dan melihat bagaimana awal reaksi Jimin setelah terbangun nanti.
Tepukan pada pundaknya ia rasakan membuatnya mendongakkan kepalanya dengan malas.
"Tenanglah, hyung. Jimin akan baik-baik saja. "
Tidak ada jawaban, namun namja itu tetap mengelus pundak Yoongi menguatkan. Tak pernah ia lihat Yoongi se-frustrasi ini, tak pernah ia lihat Yoongi se-kacau ini karena orang lain, terlebih karena seorang namja bernama Park Jimin.
Ruang Unit Gawat Darurat terbuka menampilkan sosok namja cantik dengan jubah dokternya serta stetoskop yang mengalung apik di lehernya. Yoongi tak bersuara, ia menatap kalut dokter yang menampakkan diri dari tempat di mana Jimin dibawa masuk tadi.
"Jimin kehabisan darah– " ia menggantung ucapannya untuk melihat reaksi Yoongi, dan benar dugaannya saat Yoongi marah. Hal itu tampak sekali dari alisnya yang hampir menyatu.
"– tapi sekarang dia sudah baik-baik saja dan Jimin akan dipindahkan ke ruang inap sebentar lagi."
Kerutan di dahi Yoongi perlahan menghilang, ia menghembuskan napasnya pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/242065159-288-k241567.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
αм ι ωяοиg ✔
ФанфикDendam masa lalu yang menjadi kesalahpahaman semua pihak. Semua orang tak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mereka hanya bisa saling menyalahkan tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara itu,orang-orang yang tahu awal perkara tersebut terjad...