"Mau apa kalian? Jangan mendekat! "
Jungkook panik, ia takut, dan ketakutannya bertambah kala orang-orang bertubuh kekar itu mendekat ke arahnya. Jangan lupakan smrik dan tawa yang menggelegar terdengar semakin menyeramkan.
Ia tidak tahu mengapa dirinya berakhir di sini, ruangan bercat putih yang hanya berisi satu ranjang king size. Ruangan ini nampak tidak pernah dipakai karena debu tebal yang menutupi warna ubin.
Yang Jungkook ingat, ia dan hyung-nya sedang dalam perjalanan pulang, lalu entah berasal dari mana tiba-tiba orang-orang bertubuh kekar mengelilingi mereka. Dan Jimin– oh astaga, apakah hyung-nya baik-baik saja? Ia teringat jika Jimin dipukul hingga pingsan. Dan bagaimana keadaan hyung-nya itu sekarang?
Oh Tuhan, Jungkook harap Taehyung datang dan menyelamatkan mereka!
"Sial! Apa yang kalian lakukan! Lepaskan aku! Argh" satu tamparan mendarat di pipi mulus Jungkook.
Jungkook berteriak, pakaian yang ia kenakan dirobek kasar dan kain-kainnya berhamburan dilantai. Mereka tertawa, para penculik itu tertawa dengan kilatan penuh nafsu yang ketara di mata mereka. Mereka menjilat bibir penuh nafsu melihat tubuh telanjang Jungkook.
"Argh.. Ja-jangan.. Hiks.. Tae-hyung.. "
Tangan-tangan besar itu menggerayangi tubuh pemuda Jeon, memainkan nipple yang mencuat hingga mengulumnya. Penisnya di kulum, lubang analnya dimasuki paksa hingga darah merembes turun melewati paha mulusnya.
Jeritan kesakitan dengan tangis pilu yang mengiring tak membuat mereka berhenti, mereka malah menikmati itu.
Entah sudah berapa kali Jungkook mengeluarkan sperma-nya dan entah sudah berapa penis pula yang memasuki lubang analnya. Mereka bermain dengan kasar, tak mempedulikan lubang anal Jungkook yang telah koyak dengan darah mengering dan darah baru yang bercampur menjadi satu.
Mereka hanya ingin kepuasan.
Ini gila! Rasanya Jungkook ingin mati saja!
Harapan Jungkook muncul secuil kerikil saat samar-samar ia mendengar pintu kayu di dobrak paksa hingga engselnya lepas, lalu bayangan seseorang yang tengah memukuli 'mereka' tak luput dari penglihatannya walau buram.
Tunggu, ini tidak mungkin, kan?
Sosok itu– ditemani dengan orang-orang yang terlatih? Jumlah mereka juga lebih sedikit namun mereka bisa menang melawan para penculik itu.
Oh, tidak. Jungkook harap apa yang dilihatnya itu bukan halusi semata karena sekarang pandangan mulai memutih, lalu gelap. Tapi, Sebelum matanya terpejam sempurna ia dapat mendengar teriakan yang familiar walau samar-samar.
"JUNGKOOK! "
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Di ruangan lain, keadaan Jimin rupanya lebih mengenaskan. Tubuh yang bermandikan darah dari kepala hingga kaki, serta bekas luka yang amat ketara terlihat jelas di seluruh tubuhnya. Mulai dari bekas cambukan, sayatan, pukulan, benturan, hingga memar yang menghiasi pergelangan tangan dan kakinya akibat diikat terlalu kencang.
Kepalanya berdenyut nyeri sedari tadi, tubuhnya perih, dan ia tahu jika luka-lukanya tidaklah ringan. Ditambah pula mereka memperkosanya setelah melukai hampir seluruh tubuhnya.
Mengapa mereka tak membunuh Jimin saja kalau begitu?
Darah segar mengalir turun melewati pelipisnya, bibirnya koyak, punggungnya perih dan panas. Tangan dan kakinya nyeri serta lubang analnya sakit, teramat sakit.
Mereka memperlakukan Jimin layaknya binatang. Seolah-olah Jimin adalah kuda yang terus mereka pecuti dan seolah-olah Jimin adalah ikan yang terus mereka sayat kulitnya. Menikmati pemandangan di mana tubuh Jimin banjir akan darah, menikmati permainan gila yang mereka lakukan tanpa henti dan pastinya tidak peduli jika Jimin akan kehabisan darah nantinya.
'Am I wrong?' –pjm
"Arhh.. Hiks.. Ahh.. "
Tangis pilu Jimin seolah membuat mereka semakin bersemangat, bersemangat dalam menyiksa Jimin lagi dan lagi. Tiada henti bagi Jimin untuk merapalkan nama Yoongi dalam hati, berharap suami pucatnya datang dan menyelamatkannya dari siksa neraka ini.
Sungguh Jimin tak sanggup. Jimin tak bisa menahan segala rasa sakit yang menyerang seluruh tubuhnya, ia rela jika sekarang ia harus menyusul appa-nya, di atas sana.
Pandangannya menggelap, matanya terpejam sempurna membuat sosok yang melihat hal itu semakin membabi buta dalam membunuh lawan-lawannya.
/Sret/
/Crash/
/Sring/
Lengan yang terlepas dari tubuh, kepala yang hancur akibat tembakan, pisau yang masih menancap sempurna tepat di jantung, serta bola mata yang bergulir ke sembarang arah. Benar-benar seperti tempat eksekusi.
Jimin dibawa pergi oleh seseorang dari ruangan yang kini menjadi lautan mayat tersebut, ia berlari menggendong Jimin dengan tergopoh-gopoh. Jaket yang ia kenakan juga sudah membungkus rapi tubuh penuh darah Jimin.
Pikirannya kalut, mobil yang ia kendarai melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, ia tidak lagi peduli dengan pengendara lain yang terganggu akan perbuatannya. Tujuannya hanya satu, rumah sakit.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Ia menundukkan kepalanya, melihat Jimin yang menutup matanya dengan kondisi seperti itu sangat membuatnya terpukul. Ia nerutuki kebodohannya karena tidak menyadari adanya bahaya yang mengintai sedari awal. Kalau saja ia tahu lebih awal, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Jimin-nya tidak akan terluka dan berakhir di ruang operasi seperti saat ini.
Tak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu dokter keluar dari ruang operasi dan memberikan hasilnya. Dan sialnya ini sudah lima jam ia menunggu. Ayolah, ia tak ingin kehilangan sosok yang berharga lagi di hidupnya, cukup kedua orang tuanya saja yang pergi dan Jimin jangan.
Tunggu, sejak kapan Jimin menjadi sosok yang begitu berharga?
Ruang operasi terbuka, namja itu sontak berdiri dari duduknya dan menatap lekat sang dokter yang mana membuat bulu kuduk dokter itu berdiri.
"Operasinya berhasil, namun masa kritis pasien belum terlewati. Pasien akan kami pindahkan ke ruang inap. "
Selepas mengatakannya, dokter itu berlalu meninggalkan namja itu yang jatuh terduduk. Ia tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan namja itu, takut terbunuh juga.
◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
"Habisi tikus-tikus pengganggu itu. Jangan biarkan mereka mati dengan cepat, mereka harus mati di tanganku– "
"–secara perlahan."
"Aku akan membuat kalian membayarnya. "
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
αм ι ωяοиg ✔
Hayran KurguDendam masa lalu yang menjadi kesalahpahaman semua pihak. Semua orang tak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mereka hanya bisa saling menyalahkan tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara itu,orang-orang yang tahu awal perkara tersebut terjad...
