Part 14🍁

99 88 18
                                    

"Apaan apaan!!, pura pura gatau lagi cepet ke sini kita mau ke mall Al!" Jawab seseorang dari seberang sana.

"Oke tunggu, bentar lagi gua otw" ucap Alina, dia langsung memutuskan sambungan telepon nya.


Alina cepat cepat keluar dari kamar kakeknya untuk segera menyusul kakeknya, ternyata kakeknya sedang berbicara dengan satu pria berpeci dan memakai sarung sedangkan satu lagi Alina tidak tahu perempuan yang berbicara dengan kakeknya memakai apa karena semuanya terlihat tertutup bahkan hanya terlihat matanya saja, kakinya pun mendekati kakeknya.

"Al kenalin ini Hilda dan itu abangnya" ucap kakek Alina kepada cucunya.

"Alina Kezia Lalitha"kata Alina sambil menjulurkan tangannya kepada cewek yang berada di hadapannya.

"Hilda Hasana Erithia" balas Hilda sambil menerima uluran tangan Alina.

"Oh iya Alina cowok yang di samping aku dia Abang aku" lanjut Hilda, dia menyenggol bahu abangnya karena sedari tadi abangnya Hilda hanya menunduk.

Keluarga Hilda adalah keluarga yang selalu menjaga pandangannya terhadap seseorang yang bukan mahramnya, apalagi keluarga mereka terlahir dari keluarga yang mengerti agama.

Alina baru saja ingin mengulurkan tangannya tetapi lelaki yang ada di hadapannya cepat cepat menelungkup kan tangannya di depan dadanya.

"Muhammad Rafa Azka Putra" ucap Azka(abangnya Hilda).

Alina di buat malu karena baru kali ini ada seorang cowok yang tidak mau menyentuk tangannya, dengan kesal Alina menurunkan tangannya.

"Alina Kezia Lalitha"ucap Alina dengan kesal.

Setelah acara perkenalan akhirnya Alina masuk kedalam mobil Hilda, ternyata bukan hanya Hilda dan bang Azka saja yang aneh pakaian supir mereka pun memakai peci sama seperti bang Azka.

"Hilda, kita ke villa gua dulu yah soalnya sahabat gua juga ngajak beli baju bareng" ucap Alina, jujur dia sungkan untuk berbicara dengan Hilda karena mereka baru sekali bertemu.

"Iya Al, tadi kakek kamu juga sudah bilang kok" balas Hilda, memang Hilda memakai penutup wajah tapi terlihat oleh Alina bahwa Hilda sedang tersenyum.

Mobil Hilda berjalan menuju villa Alina, karena villanya tidak jauh dari rumah kakeknya Alina jadi hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit saja, jika menaiki kendaraan.

"Bentar yah"ucap Alina, langsung keluar dari mobil.

***
Di rumah kakek Alina, Umar meminta anak dan menantunya untuk berbicara di ruang tamu.

"Ada apa sih pah?" Tanya Alfando kepada papahnya Umar (kakeknya Alina).

"Jangan pernah kalian berniat untuk menghancurkan keluarganya Alina, sudah cukup kalian menjauhkan Alina dari orangtuanya!!" Tegas Umar, kakeknya Alina.

"Pah, aku menculik dia dari orangtuanya memang untuk menghancurkan mereka!! Jadi papah jangan ikut campur dengan urusan aku!!" Tekad Alfando, dia langsung berdiri dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan Umar, kakeknya Alina. Allice yang melihat suaminya pergi diapun ikut menyusul nya.

Umar sudah tidak tahu lagi dengan jalan pikir anaknya, mungkin hati Alfando sudah tertutup karena memikirkan kebahagiaan di dunia tanpa memikirkan bekal untuk diakhirat nya.

"Mas ada apa sih kok ribut-ribut begitu sama si Alfando?"tanya Rahma, istrinya Umar. Memang Rahma tidak karena dia baru datang.

"Anak itu sudah di butakan dengan dunia, aku bingung bagaimana cara menyadarkan nya, aku berjanji akan mempertemukan Al dengan orangtua kandungnya" kata Umar kepada istrinya.

ALINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang