Keputusan Yang Diambil

372 46 0
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb,
Haloo semuanya.. Aku balik bawa bab kelanjutannya nih, semoga menghibur ya.
Selamat membaca,  enjoyy!

Note: Tulisan yang bertanda miring merupakan alur flashback.

🌻🌻🌻

"Ru, mau diemin gue sampai kapan?" Tanya Jingga sambil menoel-noel bahu pria jangkung disampingnya yang masih diam sambil menatap pemandangan kota Bogor dari Villa yang saat ini tengah mereka singgahi.

Saat ini mereka tengah merayakan perpisahan angkatan mereka di Puncak Bogor. Perayaan yang mampu membuat bahagia serta haru bagi mereka yang beberapa hari lalu dinyatakan lulus dari ujian. Tapi tidak untuk Biru, karena bersamaan dengan kabar gembira itu Bimaㅡ Kakaknya dinyatakan meninggal dunia setelah beberapa bulan mengalami koma.

"Kalau gitu, nangis bareng yuk!" Ajak Jingga kemudian yang berhasil mencuri perhatian Biru sebab pria itu menoleh kearahnya.

"Gue lagi gak mau bercanda." Protes pria itu yang dibalas dengusan sebal dari Jingga.

"Dih! Siapa yang ngajak bercanda. Jelas jelas gue ngajak nangis. Nih ya, kalau sedih gak usah ditahan. Mau cewek mau cowok ya kalau sedih nangis aja, wajar kok." Balas gadis itu.

"Bukan karena gue gengsi, tapi gue masih gak nyangka aja Bang Bima bakalan pergi secepat ini. Andai aja waktu itu gue bareng kalian, mungkin kita masih bisa sama-sama sekarang." Ujar Biru yang matanya mulai berlinang.

"Sorry," Jingga menundukkan kepalanya tidak berani menatap temannya itu.

"Bukan salah lo kok, lo juga korban kan." Balas Biru berusaha menenangkan Jingga.

"Gak, ini salah gue kalau aja waktu itu gue gak suruh Bang Bimaㅡ" Ucapan gadis itu menggantung beriringan dengan suara isakkan gadis itu.

"Maksud lo apa sih, dah yuk kedalam aja." Ajak Biru sambil mengambil langkah lebih dulu.

"Kalau aja gue gak suruh Bang Bima lihat ke gang itu mungkin dia gak akan dikeroyok." Ucapan Jingga berhasil mengurungkan Biru masuk kedalam Villa.

"Maafin gue Ru, ini semua karena gue." Sesal Jingga membuat Biru menatap nya kaget serta sedih.

"Mulai sekarang jauhin gue," Kata-kata itu keluar bersamaan dengan airmata yang menetes diwajah rupawan pria itu.

Biru mengusap gusar wajahnya kala ingatan itu terlintas kembali dikepalanya. Ditangannya terdapat sebuah bingkai foto dimana terdapat foto dirinya bersama dengan Bima.

"Bang, gue sudah ambil keputusan yang benar kan?" Gumam nya sambil menatap bingkai foto tersebut.

🌻🌻🌻

PLAK!!

"Papa!" Pekik wanita paruh baya sambil mendekat kearah Biru yang tertunduk seraya memegangi pipinya yang baru saja ditampar Ayahnya.

"Kamu mau bikin malu Papa hah?! Pokoknya pernikahan ini harus lanjut, tanpa penolakkan!" Ujar pria paruh baya itu seraya duduk di sofa ruang tengah itu.

"Biru, kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Kita kan sudah sepakat Nak," Ujar Ibunya sambil mengusap pelan wajah anaknya itu.

"Mau sampai kapan kalian terus manfaatin Aku? Biru sudah dua puluh delapan tahun Pa, Biru berhak tentuin jalan hidup Biru sendiri. Jangan alihkan semua yang harusnya Bang Bima lakukan ke aku semua." Balas Biru sambil menatap kesal Ayahnyaㅡ Aditya Wiratama.

Biru Jingga [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang