Penjelasan

299 34 0
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb,
Haloo semuanya.. Aku balik bawa bab kelanjutannya nih. Btw, bab ini akan lumayan panjang, semoga menghibur ya.
Selamat membaca, enjoyy!

🌻🌻🌻

Jingga memarkirkan mobilnya pada area carport rumahnya. Kepalanya bersandar pada bantal leher yang terpasang dikursi mobilnya. Gadis itu masih bergeming dengan posisi yang sama selama lima belas menit, tidak pula melepas seatbelt yang dikenakannya. Dirinya masih sibuk menatap keluar jendela dengan pandangan kosong.

Dia masih memikirkan kebenaran baru yang terungkap. Setelah lebih dari sepuluh tahun, akhirnya ia tahu siapa tersangka sebenarnya. Terlebih lagi fakta bahwa tersangka tersebut mengajukan penawaran yangㅡ ah mari kita ralat, lebih tepatnya menipu keluarga korban. Jingga sendiri bingung harus bereaksi bagaimana, jauh didalam lubuk hatinya ia merasa kesal atas kenyataan yang membuatnya tidak bisa bertindak lebih jauh.

Padahal dirinya sendiri sudah bertekad untuk menemukan pelaku sebenarnya, dan saat sudah menemukannya gadis itu justru tidak bisa berbuat lebih selain hanya menahan dalam-dalam rasa kesal dan sesalnya. Dering ponsel menyadarkannya, diraihnya ponsel itu dan dengan cepat menjawab panggilan.

"Assalamualaikum Ma, mama sudah pulang?" Suara ceria dari Sang anak memberikan energi tambahan untuknya. Terbukti dari senyum kecil yang tercipta diwajah nya.

"Wa'alaikumsalam, iya sudah. Kamu masih main sama Om Biru?" Tanya nya kemudian sambil melepas seatbelt lalu melangkah keluar dari mobilnya.

"Sudah mau pulang Ma, tadi kan Mama bilang kalau mau pulang telepon Mama dulu." Lapor Zia membuat Jingga terkekeh kecil.

"Iya, ya sudah kalau begitu Mama sholat dulu ya. Assalamualaikum," Setelah mendapatkan balasan dari Sang anak, gadis itu masuk kedalam rumah.

Jingga menaruh tas, kunci mobil dan juga ponselnya pada sofa ruang tengahnya. Gadis itu langsung bergegas untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur.

🌻🌻🌻

Jingga meletakkan secangkir teh hangat diatas meja ruang tengahnya. Ditatapnya Biru yang melempar senyuman lebar padanya, pria itu benar-benar sudah membuatnya kesal seharian ini. Bagaimana tidak, setelah mengantarkan Zia pulang tadi pria itu sama sekali belum berencana untuk pulang. Padahal sudah lewat waktu ashar, sholat pun sudah ia laksanakan tapi belum cukup pula ia bertamu dirumahnya.

Jangan tanya reaksi Zia yang tentu saja dengan senang hati mempersilahkan Om Biru kesayangannya itu. Sampai detik ini pun bocah itu masih nyaman duduk diatas pangkuan pria itu. Berkali-kali pula Jingga meminta anaknya untuk duduk sendiri tapi tentu saja ditolak mentah-mentah oleh bocah itu.

Jingga masih setia memperhatikan interaksi antara Zia dan Biru yang asyik bermain permainan ular tangga, senyum kecil terlihat diwajah manis gadis itu kala tawa lepas sang anak tercipta akibat guyonan yang terlontar dari mulut pria itu. Cukup mengherankan melihat sosok Biru dihadapannya itu bisa melontarkan beberapa lelucon yang menurutnya itu sama sekali bukan gaya nya Albiru Wiratama.

Dengan cepat gadis itu mengalihkan wajahnya kala matanya bertemu pandang dengan Biru yang spontan terkekeh kecil melihat rona merah diwajah Jingga.

"Mau gue jelasin sekarang atau nanti?" Pertanyaan itu keluar selaras dengan Zia yang kini sudah beralih mendekat kearah Jingga.

Gadis itu mengerutkan keningnya heran, seingatnya ia belum bertanya apapun pada pria itu. Sedangkan Biru yang tengah menyesap teh nya itu langsung menatap Jingga yang masih mencoba menghindari tatapan nya.

Biru Jingga [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang