Do'a Dan Harapan

257 36 2
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb,
Haloo semuanya.. Aku balik bawa bab kelanjutannya nih, semoga menghibur ya.
Selamat membaca, enjoyy!

Note : Tulisan yang bertanda miring merupakan alur flashback.

🌻🌻🌻

Biru merebahkan tubuhnya di kasur kamar yang menjadi tempatnya beristirahat beberapa hari ini. Helaan nafas terdengar seraya kedua matanya memejam. Enam hari sudah pria itu menyelesaikan tugasnya sebagai pembicara di acara seminar yang diadakan oleh rumah sakit tempatnya bekerja, dan besok dirinya sudah bisa pulang. Selama itu pula ia menerima beberapa laporan yang diberikan oleh Erwin mengenai Jingga maupun Zia.

Ya, mungkin dulu pria itu tidak terlalu bersahabat dengan Erwin, namun untuk saat ini hanya pria itu yang bisa membantunya untuk bertukar informasi mengenai Jingga. Sebab memang hanya Erwin lah satu-satunya pria yang ada disekitar gadis itu, selain Om Alif tentu saja. Dentingan pesan terdengar, membuatnya mau tidak mau beranjak meraih ponselnya yang ia letakkan dimeja nakas samping ranjang.

Jingga

Lo sibuk ga? Zia minta vicall.

Senyum lebar tercipta kala ia membaca pesan tersebut. Dengan cepat ia merapihkan penampilannya yang sedikit berantakan itu lalu dengan spontan langsung menekan ikon video call di layar ponselnya.

"Assalamualaikum Om Biru!" Bocah tujuh tahun itu yang pertama kali menyapanya.

"Wa'alaikumsalam Zia, apa kabar? Kangen ya sama Om Biru?" Tanya Biru yang langsung mendapatkan anggukkan cepat dari Zia.

"Zia kangen banget sama Om Biru, sudah lama Zia pinta Mama buat video call sama Om Biru tapi kata Mama nanti aja tunggu Om Birunya pulang. Om Biru sudah pulang?" Ocehan panjang dari sang lawan bicara membuat tawa kecil tercipta diwajah tampan Biru.

"Besok Om Biru pulangnya, Mama kemana?" Belum Zia menjawab, sebuah teriakan terdengar. Membuat pria itu hanya terkekeh dengan sahutan tak bersahabat dari temannya itu. Bagaimana tidak dengan tegasnya Jingga berseru jika dirinya tengah sibuk. Padahal Biru tahu betul kalau gadis itu tidak sedang melakukan apapun. Seratus persen pria itu yakin.

"Besok mau main?" Tanya Biru membuat binar cerah terlihat dimata bocah tujuh tahun itu.

"Mau!"

"Gue sibuk!"

Biru menatap heran pada Jingga yang tiba-tiba muncul dibelakang anaknya. Pria itu menahan tawa kala melihat penampakan hijab yang dikenakan oleh gadis itu. Sepertinya Jingga terburu-buru mengenakannya, buktinya hijab instan yang dikenakannya itu terlihat terbalik.

"Besok kan hari minggu Ma, boleh ya Ma?" Zia terlihat membujuk Jingga, setelahnya bocah itu terkiki geli melihat hijab yang dikenakan Ibunya itu terbalik. Jingga terlihat menahan malu saat anaknya memberitahukan hal itu.

"Tapi Mama gak bisa sayang," Gadis itu berusaha memberikan anaknya pengertian.

"Gak apa-apa, gue gak akan lama-lama kok. Boleh ya?" Kali ini Biru yang membujuknya sedangkan gadis itu hanya mendengus sebal.

"Besok kan lo baru pulang, emang gak capek?"

Biru hanya menggelengkan kepalanya pelan, senyuman kecil terselip diwajahnya mendengar perkataan gadis itu yang sepertinya sedikit menaruh khawatir terhadap dirinya. "Sebentar doang kok," Bujuknya lagi.

"Sebentar aja ya?" Tanya Jingga pada Zia yang langsung diangguki setuju oleh anaknya.

"Ya sudah, kalau begitu video callnya udahan ya?" Tanya gadis itu lagi membuat sang anak mencebik.

Biru Jingga [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang