Assalamualaikum Wr. Wb,
Haloo semuanya.. Aku balik bawa bab kelanjutannya nih, semoga menghibur ya.
Selamat membaca, enjoyy!🌻🌻🌻
"Pagi Bu Jingga, gimana masa skors nya nih?" Erwin menyapa Jingga yang baru saja menaruh tasnya diatas meja kerjanya. Kepala pria itu bersandar pada sekat pembatas meja kerja mereka.
"Pagi Bapak, wah mantap lah!" Balas gadis itu membuat Erwin mendelik tak percaya. Pasalnya selama beberapa tahun ini, balasan riang seperti itu sudah jarang ia dapati.
Pria itu tersenyum lebar, "Manjiw ya Bu!" Ujarnya yang dibalas cengiran khas gadis itu. Sudah lama ia tidak melihat binar wajah itu.
"Oh iya gimana project yang pembukaan cafe itu?" Tanya Jingga sambil mendekati Erwin yang sudah kembali memfokuskan matanya pada layar monitor dimeja kerjanya.
"Hampir selesai, tinggal tunggu hari H aja." Balas pria itu yang diangguki oleh Jingga.
"Wow, gercep juga lo ya kerja tanpa gue," Ujar gadis itu membuat Erwin tertawa lebar.
"Iya dong, kan aku mau nyaingin kamu." Balas pria itu membuat Jingga mendengus.
"Seneng deh bisa lihat kamu balik kayak dulu," Ujar Erwin lagi membuat gadis yang kini tengah memperhatikan layar monitor pria itu terkekeh kecil.
"Nanti jemput Zia bareng ya? Dia minta makan bareng Om Erwin katanya." Ujar Jingga yang disanggupi oleh Erwin.
"Siap!" Ujar pria itu sambil tersenyum.
🌻🌻🌻
"Zia mau makan apa?" Erwin bertanya pada bocah yang tengah melihat-lihat buku menu, saat ini mereka berada disalah satu tempat makan yang cukup sering mereka kunjungi.
Saat ini masih jam istirahat siang, mengingat hari ini Zia hanya belajar dua mata pelajaran. Ya, namanya murid kelas satu, belum terlalu banyak pelajaran yang diajarkan disetiap harinya. Apalagi dengan sistem kerja fleksibel diperusahaan Jingga dan Erwin, memudahkan keduanya untuk bisa menghabiskan waktu dengan bocah tujuh tahun itu.
Bersyukurlah mereka memiliki atasan seperti Dira yang memaklumi para 'Mamahmuda' seperti Jingga yang masih harus mengawasi anaknya itu. Dibalik itu semua juga karena wanita itu tahu betul perjuangan yang sudah Jingga lalui untuk mengurus Zia. Membuat Jingga menyesal karena telah mengorbankan Ibunya untuk mengurus Zia selama ini, karena itu ia bertekad mulai dari sekarang ia berusaha untuk membagi waktu antara pekerjaan dan anaknya. Gadis itu benar-benar ingin orangtua nya bersantai di masa senjanya.
"Zia mau chiken roll ya Ma? Minumnya jus apel ya?" Tanya bocah itu meminta izin pada Jingga yang langsung mengiyakan.
"Kamu apa?" Kini gantian Jingga yang ditanya oleh Erwin, sedangkan gadis itu masih melihat-lihat buku menu.
"Spagetti aja deh, sama es jeruk." Balas gadis itu yang dibalas anggukan kecil dari Erwin.
Tak lama seorang pelayan menghampiri meja mereka, Erwin memesankan makanan dan minuman. Setelah selesai sang pelayan beranjak pergi.
"Oh iya, kemarin Biru chat aku," Dengan hati-hati Erwin mengucapkan kalimatnya, takut kalau Jingga kembali beraksi berlebih.
"Chat apaan? Kalau tanya macam-macam jangan lo ladenin ya?" Balas gadis itu membuat pria yang tengah mengajak anaknya bermain itu terkekeh.
"Gak kok, dia cuma bilang kalau lagi ada acara didaerah Bogor. Jadi pembicara seminar gitu deh, dia bilang titip-titip ya." Balas Erwin membuat Jingga menatapnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Jingga [SELESAI] ✔️
Roman d'amour" T E R K A D A N G K I T A P U N B E L U M T E R L A L U M E N G E N A L D I R I S E N D I R I ." Biru yang dingin dengan Jingga yang jenaka. Namun, bagaimana bisa setelah sepuluh tahun lamanya mereka berpisah lantas kembali bertemu dengan ke...