Langkah Awal

246 37 0
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb,
Haloo semuanya.. Aku balik bawa bab kelanjutannya nih, semoga menghibur ya.
Selamat membaca,  enjoyy!

Note : Tulisan yang bertanda miring merupakan alur flashback.


🌻🌻🌻

"Kamu istirahat aja ya, biar Ibu sama Ayah yang antar Zia kerumah keluarganya Sam." Ujar Riri sambil menyisirkan rambut panjang Zia.

"Gak apa-apa kok Bu, aku ikut aja ya?" Pinta Jingga sambil menyenderkan kepalanya dibahu Ibunya.

"Masih pusing gak? Jangan dipaksain." Kini sang Ayah yang bertanya sedangkan gadis itu menggeleng cepat berusaha memastikan kedua orangtuanya itu.

Sedangkan Riri dan Alif hanya menghela nafas pasrah melihat betapa keras kepalanya putri satu-satunya mereka.

"Zia sudah gak marah sama Mama kan Nak?" Tanya Jingga yang dibalas gelengan oleh sang anak.

"Yang penting Mama jangan marahin Om Biru ya Ma? Om Biru orang baik, Zia juga sayang kok sama Om Biru." Ujar bocah itu membuat Jingga menutup rapat-rapat bibirnya seraya mengembungkan kedua pipinya, mencoba untuk tidak berargumen dengan sang anak.

"Yuk berangkat sekarang. Keburu kesorean." Alif mencoba mengalihkan fokus Zia, terbukti dari pergerakan bocah kecil itu yang mengangguk cepat lalu melangkah mendekati pria paruh baya itu. Jingga tersenyum pada sang Ayah yang membalasnya dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

"Maaf ya, seharusnya Ibu gak perlu ikut campur urusan kamu sama Biru." Riri menatap Jingga dengan sarat penyesalan. Sedangkan sang anak hanya tersenyum seraya merangkul lengannya.

"Dah ah, pokoknya kita senang-senang dulu aja. Gak usah mikirin hal-hal yang bikin kita sedih." Balas gadis itu membuat Riri menatapnya tak percaya.

"Kamu kesambet apaan? Tumben?" Tanya wanita itu membuat Jingga tertawa kecil.

🌻🌻🌻

"Assalamualaikum, apa kabar Tante? Maaf ya baru bisa kemari," Sapa Jingga saat Arumㅡ Ibu dari Samudra itu menyambut kedatangannya dan keluarga.

"Wa'alaikumsalam.. Alhamdulillah sehat, kamu gimana? Bu Riri dan Pak Alif sehat-sehat kan?" Tanya wanita itu sambil tersenyum ramah. Di liriknya Zia yang menatapnya malu, bersembunyi di balik tubuh Alif. Riri dan Alif saling melempar senyum padanya.

"Alhamdulillah," Balas Jingga sambil menatap Zia yang tersenyum manis pada Arum.

"Assalamualaikum Nenek Arum," Sapa bocah itu membuat sang Nenek tersenyum lebar.

"Wa'alaikumsalam Zia, peluk Nenek mau?" Pintar wanita itu yang langsung diangguki oleh Zia.

Bocah itu mengambil langkah pelan untuk keluar dari tempatnya bersembunyi tadi, lalu tak lama ia melanjutkan langkahnya untuk mendekati Arum yang sudah berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Zia. Dengan senang wanita itu menyambut cucunya yang berhambur memeluknya. Senyum tercipta bersamaan dengan airmata haru yang menghiasi wajahnya.

"Terimakasih sudah mau main ya sayang," Ujar Arum yang diangguki kecil oleh Zia yang tengah dipeluknya itu.

"Masuk yuk!" Ajaknya kemudian lalu menggandeng bocah tujuh tahun itu.

"Oh iya ini kita bawa sedikit camilan untuk Bu Arum," Riri menunjukkan bungkusan berisi satu buah kotak kue brownis, setelah mereka sampai diruang tengah wanita itu menaruhnya diatas meja.

Biru Jingga [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang