Sandikala langit di kota Bandung terpancar indah menawan.Hamparan dedaunan,ikut menghiasi setiap penjuru jalan Raya.
Seorang Wanita Paruh Baya,dengan Nampan ditangan kanannya tampak menyusuri jalan Braga,dengan langkah tertatih.Sesekali Ia menghapus peluh yang membasahi dahinya.
Oek... oek...
Suara tangisan seorang bayi,membuat langkahnya terhentikan.Disebuah tong sampah dekat halte bis kota,Ia melihat kain panjang batik bergerak dengan piawai nya.Sontak hal itu membuatnya penasaran ingin mendekat.
"Astafirullah! Saha anu ngagaduhan haté ngalungkeun orok di dieu? (Siapa yang tega membuang bayi disini ?)"ujarnya sembari mengambil bayi yang tergeletak disamping tong sampah.
"Cup... cup... kalem geulis.( cup... cup... tenang cantik.)"Ia menggendong bayi tersebut dengan penuh kasih sayang.Merapikan kain yang sedikit terbuka ditubuh sang bayi.
Di tengah sepinya jalan Raya,Ia berniat membawa pulang bayi tersebut.Digendong nya dengan kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
30 menit Ia berjalan,sampailah mereka disebuah rumah sederhana bercatkan putih yang mulai kusam.Dengan sedikit gemetar,wanita itu membuka pintu rumahnya.Sesekali,Ia juga melihat sekeliling,takut dituduh telah mencuri bayi oleh warga sekitar.
Wanita itu meletakkan barang dagangannya didapur dan bergegas menghampiri bayi yang tengah diletakannya di sofa ruang tamu.
Ia membersihkan tubuh sang bayi dengan sangat berhati-hati,dengan sangat teliti dan lihai nya.Sesekali wajahnya memancarkan senyuman kebahagiaan.
Sudah sekian lamanya Ia tinggal sendiri di Kota ini,saat usianya memasuki 45 tahun,suaminya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.Pernikahan yang telah dijalaninya selama kurang lebih 18 tahun pun,tak dapat menghasilkan keturunan.
Saat hendak mengambil kain yang dipakai sang bayi tadi,wanita itu menemukan secarik kertas di selipan kain tersebut.Dengan sangat penasaran,Ia mulai membuka dan membacanya dengan teliti.
"Untuk kamu orangtua baru dari bayi ini,saya hanya bisa mengucapkan ribuan terimakasih padamu.
Tolong bantulah aku untuk merawatnya,dia adalah bayi yang tak berdosa.Hanya karna suamiku yang tak menginginkan anak perempuan,aku harus meninggalkannya dijalanan.
Tolong jangan memberi tahunya tentang hal ini saat dia sudah beranjak dewasa.Aku takut,dia akan membenci ibu kandungnya.
Tolong rawat dia seperti kau merawat anak kandungmu sendiri."Maharani
Wanita itu mengusap sekilas air mata yang berlinang dipipinya.Dia berjanji akan merawat bayi ini dengan baik,dengan kasih sayang seorang ibu kandung pada anaknya sendiri.
Oek... oek...
Suara tangisan bayi tersebut berhasil membuyarkan lamunannya.Di gendongnya dengan hati-hati dan sesekali mencium keningnya."Ibu bakal ngurus anjeun..."ujarnya dengan senyuman penuh kasih sayang.
"Senja Raya,"ujarnya pelan.
Sejak hari itu,Ia memanggil bayi tersebut dengan panggilan 'Senja'.Bayi dengan wajah lucu dan hidungnya yang mancung,sungguh membuat siapapun gemas ketika melihatnya.
Senja Raya,
Nama yang diambil ketika Ia menemukan bayi tersebut dikala waktu senja datang.Tepat pada pukul 19:00 disebuah jalan Braga Kota Bandung.Kehidupan Senja akan dimulai dari saat ini juga.Saat-saat yang akan dilaluinya bersama sang Ibu yang telah mau merawatnya hingga dewasa.Dan saat dimana Ia menemukan arti kata Cinta dihidupnya.
________
Apakah Senja akan tahu nantinya,bahwa Ibu yang telah merawatnya ternyata bukan ibu kandungnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Raya
Teen FictionFajar ku, tetaplah bersinar menyalurkan kehangatan, dan pergi dengan memberi harapan untuk kembali. Jangan seperti Senja, datang hanya untuk memberi keindahan sesaat, dan pergi memberikan kegelapan. [Revisi setelah ending]