Happy reading
*****
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 2 menit yang lalu. Senja masih setia duduk di dalam kelasnya sambil membaca novel kesukaannya.
"Ja, kantin, yuk? "ajak Cika sembari berdiri dari duduknya.
"Kamu aja deh, Cik. Aku lagi males jalan, nih." tolak Senja sambil menatapnya.
"Oh, yaudah. Gue diluan, ya?"pamit Cika dan segera keluar dari kelas.
Saat sampai di depan pintu kelasnya, Cika berselisihan dengan Rere. Cika sempat menatapnya dengan heran, namun dia tak ingin mengambil pusing apa yang akan dilakukan olehnya. Ia melanjutkan perjalanannya ke kantin.
"Keluar! "perintah Rere pada teman sekelas Senja.
Dia hanya menyisahkan Senja di dalamnya. Senja tau, pasti Rere akan mencari masalah lagi dengannya. Senja pura-pura tak mengetahui apa yang telah diperbuat oleh Rere, masih fokus pada novelnya, sampai dagunya kembali dicengkram oleh Rere.
Senja menatapnya dengan kening yang mengkerut. Mencoba tenang dan bersifat biasa saja. Menutupi rasa takutnya.
"Jauhin Fajar! "ucap Rere dengan tajam.
"Kenapa? "tanya Senja. Masih dengan dagunya yang dicengkram kuat oleh Rere.
"Kenapa? "Rere mengulangi kalimat yang ditanyakan Senja dengan nada mengejek. "Karena lo, gak pantes sama, dia!"lanjut Rere.
"Gak pantes? Jadi, menurut kamu, yang cocok sama Fajar itu, kamu? Tapi, menurut aku, malah Fajar yang gak cocok buat, kamu!"lawan Senja dengan berani.
"Oh, udah berani lo ngelawan gue?"
"Emang pernah, aku takut sama, kamu?"tanya Senja balik.
Rere mencampakkan dagu Senja dengan kasar. Menatapnya dengan mata nyalangnya, yang siap menusuk tatapan lawannya. Suara tepuk tangan, dihasilkan olehnya. Memberi applause pada keberanian Senja.
Tubuhnya yang tadinya berdiri dengan sempurna, kini dibungkukkan untuk mensejajarkan dirinya pada Senja. Satu tangannya menahan beban tubuhnya diatas meja. Menatap Senja dengan tajam dan menarik ujung bibirnya, membentuk senyuman miring.
"Liat, apa yang bakal gue lakuin! "ancamnya sambil menepuk-nepuk pipi Senja.
Rere keluar dari kelasnya, diikuti dua orang lainnya. Berjalan penuh kemenangan dengan dagu yang ditengadahkan.
******
"Kita mulai dari mana?"tanya Senja pada Fajar yang sedang duduk di atas motor.
Saat ini Senja dan Fajar masih berdisukusi di parkiran sekolah, soal mencari Ibu kandungnya. Senja bingung, harus memulai dari mana. Pasalnya, tak banyak peninggalan yang ditemukannya tentang Ibu kandungnya. Fotonya saja, Senja tak memilikinya. Hanya nama dan pakaian Senja waktu kecil yang tersisa.
"Dari..."Fajar tampak berfikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya. "Makan dulu aja, gimana? "tanyanya sambil menampilkan deretan giginya.
Senja menghela napas sesaat. Fajar memang tidak bisa diajak serius, pikir Senja. Namun, Senja tak tega untuk menolak permintaan Fajar. Akhirnya, Ia mengiyakan ajakan Fajar untuk makan terlebih dahulu.
" Makan di rumah gue, ya? Kata Mama, dia kangen sama, lo."tawar Fajar sambil memakai helmnya.
"Oke. "Senja naik ke atas motor Fajar dengan memegang bahunya, agar tak terjatuh.
"Gak pegangan? "tanya Fajar sembari menoleh ke arah belakang.
"Nanti dikira modus."tolak Senja dengan nada mengejek.
Fajar tertawa sesaat mendengar perkataan Senja. Tangannya bergeser memegang tangan Senja, dan diletakkan di pinggangnya. Fajar tak bisa menahan senyuman di wajahnya, Ia terus tersenyum sambil menghidupkan mesin motornya.
Senja yang diperlakukan seperti itu, hanya tersenyum saja. Tak menolak apa yang dibuat oleh Fajar. Senja tak munafik, dia merasa bahagia diperlakukan seperti itu.
Motor Fajar mulai melajukan gasnya. Meninggalkan perkarangan sekolah, yang masih menyisahkan beberapa orang di dalamnya.
Sepasang mata sedang menatap kepergian Senja dan Fajar dengan tatapan yang tajam. Matanya yang merah dan dihiasi oleh kabut kemarahan, menandakan hatinya yang mendidih merasakan sakit mendalam. Rere mencengkram kuat jari-jari tangannya. Menyalurkan rasa sakitnya dengan cara itu.
Siapasih, yang tak marah, jika laki-laki yang disukai dan awalnya dekat dengannya, pergi begitu saja bersama perempuan lain? Rere sangat kecewa pada Fajar. Kenapa dia dicampakkan begitu saja, saat dia sudah menemukan yang baru? Rasa sakit yang saat ini dirasakannya, tak akan dibiarkan dirinya rasakan sendiri.
"Gue akan buat lo, lebih sakit dari ini Senja! "ujarnya dengan tajam. Matanya mengeluarkan cairan bening yang mengalir deras ke pipinya.
Dengan cekatan, tangannya menghapus jejak air mata itu dengan sigap. Masih menatap gerbang sekolah dengan tajam dan senyum menyeringai.
Manusia boleh berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Raya
Teen FictionFajar ku, tetaplah bersinar menyalurkan kehangatan, dan pergi dengan memberi harapan untuk kembali. Jangan seperti Senja, datang hanya untuk memberi keindahan sesaat, dan pergi memberikan kegelapan. [Revisi setelah ending]