Pengakuan

43 1 0
                                    

Happy reading

*****

"Ini minumnya, "Senja meletakkan gelas berisi air putih di atas meja.

Fajar membalasnya dengan anggukan kepala, sambil terus memperhatikan Senja. "Lo gapapa?"tanya Fajar ketika melihat Senja diam.

"Enggak, kok. "

"Kenapa lo nahan gue, waktu mau balas perlakuan Rere, sama lo?"Alis Fajar sudah menyatu, menunggu penjelasan Senja tentang kejadian tadi.

"Kalo kita, balas kejahatan, dengan kejahatan juga. Berarti kita gak ada bedanya sama Dia, Jar. Marah boleh, emosi jangan."jawabnya. " Jangan pake emosi, harus pake otak. "jelas Senja lagi.

"Hebat. Gue suka sama, lo."ujar Fajar dengan tak berkedip. Mungkin dia tak menyadari apa yang telah dikatakannya.

Senja mengerutkan keningnya menatap Fajar,bingung apa maksud Fajar mengatakan suka padanya.

"Eh, maksud gue, suka sama cara pikir, lo."Fajar mengedarkan pandangannya agar tak terlihat gugup. Memaki dirinya sendiri dalam hati.

"Oh.. "jawab Senja singkat sambil tersenyum.

Senja melangkahkan kakinya memasuki kamar. Berniat mengambil barang yang akan ditunjukkan pada Fajar.

Senja keluar dengan membawa box yang berisi pakaiannya waktu bayi dan juga surat yang dituliskan Ibu kandungnya. Memberikannya kepada Fajar yang sudah menatapnya heran.

"Apa ini? "tanya Fajar.

"Buka aja. "

Fajar mulai membukanya dan mengeluarkan satu-persatu barang-barang yang ada di dalamnya. Pertama, dia melihat kain panjang batik dan sepasang baju bayi berwarna orange.

"Punya lo? "tanya Fajar sambil memegang baju bayi itu.

Senja mengangguk menjawabnya. Mengulurkan tangannya untuk mengambil secarik kertas yang tertimpah kain panjang.
Memberikannya pada Fajar yang masih terlihat senyum,memperhatikan baju milik Senja.

Fajar mengambil surat itu dan langsung membacanya dengan alis yang menyatu. "Maksudnya? "tanya Fajar saat sudah selesai membaca isi surat itu.

"Aku bukan anak kandung Ibu. Ibu kandung ku, membuangku di jalanan waktu masih bayi. Dan Ibu lah, yang menemukanku dan membawaku kesini." jelasnya dengan tenang.

"Kok lo, ngasih tau rahasia hidup lo, sama orang yang baru lo kenal, sih?"tanya Fajar heran."Emang, lo gak takut kalo gue sebarin siapa lo, sebenernya? "lanjut Fajar lagi.

"Enggak. Aku udah percaya sama kamu. Aku yakin, kamu gak akan berbuat apa-apa yang menurut kamu salah. Dan kalaupun nanti kamu bongkar ini semua sama temen-temen sekolah, aku yakin pasti kamu punya alasan sendiri untuk itu."

"Kok lo bisa punya pemikiran yang dewasa banget, sih? Siapa yang ngajarin? "tanya Fajar heran.

"Kehidupan, "jawab Senja singkat.

"Maksudnya? "Fajar masih tak mengerti apa maksud dari Senja.Maklum, dia tidak terlalu mengerti teka-teki.

"Ya, kehidupan. Kehidupan yang mengajarkan aku untuk menjadi orang yang dewasa. Dari kecil, aku dan Ibu hanya tinggal berdua. Gak ada Ayah, gak ada kehidupan mewah, dan masih banyak kekurangan. Tapi, Ibu selalu menasehati aku untuk selalu terima keadaan dan mencoba berfikir dengan matang sebelum melakukan apapun. Dari situlah, aku mulai belajar untuk menjalani hidup dengan pikiran dan hati yang positif."jelas Senja.

"Aku yakin, kalo kita terus berfikir positif tentang segala sesuatu, pasti yang datang gak akan buat kita kecewa. Kita harus jadi orang yang dewasa dan punya prinsip hidup. Gak selamanya kita akan bersifat kekanak-kanakan. Kehidupan akan memberi semua yang kita inginkan. Tapi, tergantung bagaimana kita menerimanya."lanjutnya.

"Hebat, ya, lo. Gue bangga punya temen kaya, lo. "Puji Fajar sembari tangannya terulur mengacak rambut Senja.

"Berantakan, Fajar!"kesak Senja atas perlakuan Fajar.

Fajar memperhatikan tampilan Senja dengan teliti, merapikan rambut yang terlihat berdiri karena ulahnya.

"Padahal, gue udah emosi tadi, waktu Rere ngehina tampilan, lo. Padahal'kan, gue yang udah kuncirin lo kaya gini. Enak aja dia bilang aneh."ucapnya menampilkan wajah kesalnya.

"Iya, cantik gini kok, dibilang aneh."goda Senja sambil menahan tawanya.

"Lo suka? "

"Suka. "jawab Senja dengan tersenyum.

"Oiyah, ngomong-ngomong, masalah lo yang tadi, mau diapain? "

"Masalah yang mana? " tanya Senja tak mengerti.

"Ini. Soal Ibu kandung lo."

"Oh, aku mau cari tau tentang itu."jawab Senja.

"Mau gue temenin?" tawar Fajar pada Senja.

"Mau? "tanya Senja.

"Boleh, emang?"

"Boleh." jawab Senja sembari terus memperhatikan wajah Fajar yang terlihat senang.

"Kalo gitu, gue pulang dulu, ya? Udah malem, lo harus istirahat. Besok gue jemput berangkat sekolah. Pulangnya, kita langsung cari tau siapa Ibu kandung, lo."pamit Fajar yang diangguki oleh Senja.

Senja mengantarkannya sampai ke depan rumah. Terus memperhatikan Fajar yang sudah naik ke atas motornya dan berniat memasang helmnya.

"Hati-hati, ya."ucap Senja sambil melambaikan tangannya.

Ia Terus memperhatikan kepergian Fajar, hingga lampu motornya sudah tak terlihat lagi. Senja sangat senang, bisa berteman dengan Fajar. Sungguh tak menyangka akan bisa dekat dengannya seperti ini. Senja berharap, Fajar akan selalu ada untuknya, dikala dia sedih dan juga bahagia.

Fajar ku, tetaplah bersinar menyalurkan kehangatan, dan pergi dengan memberi harapan untuk kembali. Jangan seperti Senja, datang hanya untuk memberi keindahan sesaat, dan pergi memberikan kegelapan.

*******

Ceritanya double up wkwk

Senja RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang