"Semesta punya banyak cara untuk buat kita bahagia"
Happy reading
******
Meja Senja dan Cika saat ini menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, dua orang laki-laki yang berpenampilan acak-acakan, berdiri di samping kanan dan kiri mejanya. Dengan raut wajah yang terus tersenyum ramah pada Senja dan Cika.
Senja sampai tak berani meninggalkan mejanya, melihatnya saja sudah membuat Senja bergidik ngeri, apalagi lewat dihadapannya. Sudah tak karuan pikirannya,
"Kalian mau apa, sih? "tanya Cika kesal. Pasalnya karena kedua makhluk ini, dirinya tidak bisa leluasa berbuat apa-apa.
"Kita juga gatau 'kan, ya, Ron? "ujar salah satu diantar laki-laki itu.
"Iya! kita juga disini, karena disuruh Fajar. "ucap laki-laki yang dipanggil Roni.
"Fajar? "ujar Senja pelan.
Dia tak percaya pada apa yang telah diperbuat oleh Fajar. Bisa-bisanya dia menyuruh kedua temannya menjadi pengawal dirinya? Dikira, Senja masih kecil apa, harus dikawal.
Senja berdiri dari duduknya, berniat menemui Fajar ke kelasnya. Meminta penjelasan ada apa sebenarnya pada dirinya. Kenapa tiba-tiba dia menjadi seperti ini.
Kaki jenjangnya sudah melangkah melewati Edo dan Roni yang setia menunggu di samping mejanya. Keduanya nampak heran melihat kepergian Senja, dengan segera mereka mengikuti Senja, mengekor seperti yang dilakukan Fajar tadi pagi dirumah Senja. Tubuh Senja berhenti mendadak ditengah perjalannya, yang mengakibatkan tubuh dua orang di belakangnya menubruk, menjatuhkannya lagi. Seperti sebelumnya, tepat dirinya dihempaskan oleh tubuh Fajar. Seperti itu jugalah dia saat ini. Jatuh terduduk dengan Edo dan Roni yang berusaha mati-matian untuk tidak tertawa.
"Kalian bertiga hobinya emang nabrak orang, ya? "tanya Senja kesal.
Edo dan Roni celingukan, keduanya saling menatap bingung. Melihat kanan dan kiri, tidak ada siapa-siapa, cuma mereka berdua, tapi kenapa Senja mengatakan bertiga? Pikiran Edo dan Roni sudah berhasil traveling ke ujung pikirannya.
"Tiga? "tanya Edo.
"Iya! Kamu, Kamu dan Fajar! "ucap Senja sambil menunjuk keduanya. Berusaha bangkit sendiri tanpa bantuan dari Edo maupun Roni.
"Oh... jad- "ucapan Roni terpotong karena Senja sudah melangkahkan kakinya meninggalkan mereka. Memasuki kelas XII Mipa 1, yang keadannya sedang kacau balau. Seperti habis diterpa badai.
"Yaelah! Emang, ya, Fajar sama Senja itu gadak bedanya! Datang sesuka ati, pergipun suka ati juga! Cuma beda waktu lahirnya aja tau gak! "kesal Roni.
Edo tak berniat menjawab perkataan Roni, dia mengikuti Senja yang sudah masuk kedalam kelasnya,dan meninggalkan Roni begitu saja.
"Ini lagi, Edo! Lo mau jadi keturunan Senja sama Fajar, ya? Kalo iya, mending lo ganti nama jadi Langit aja! Biar jadi saksi pertukaran antara Fajar dan Senja! "ujar Roni pada dirinya sendiri. Melihat kedua orang yang telah pergi meninggalkannya. Diam, termenung..
"Emang, nasib gue ditinggalin mulu! Gue harus ganti nama nih, biar deket sama Fajar, Senja, dan Langit. Alias Edo! "lanjutnya masih berbicara sendiri.
"Mas, gila, ya? "ujar Mang Ali, yang bertugas sebagai tukang bersih-bersih di Sekolah SMA Utama.
"Mang, tau gak rasanya ditinggali pas lagi mau nanyak? "tanyanya pada Mang Ali.
"Tau, "
"1,2,3... "ujar Mang Ali memberi isarat pada Roni.
"Rasanya, ah... mantab! "ujar keduanya bersamaan sembari mengacungkan masing-masing jempolnya.
Setelah mengatakan itu, Roni berlari masuk ke kelasnya. Melihat apa yang dikerjakan oleh Fajar, Senja dan Edo, alias Langit.
"Fajar, apa-apaan, sih ini? Kenapa kamu nyuruh Edo dan Roni jagain aku? "tanya Senja penasaran.
"Sebenernya, gue yang disuruh jagain lo. Tapi, gue fikir-fikir males juga jagain Toge! Jadi, gue mutusin buat ngutus Edo dan Roni buat jagain lo! "jawab Fajar jujur.
"Aku gak perlu dijaga, aku bisa sendiri! "ucap Senja kesal.
"Lo kira, gue mau banget jagain lo? Gausah mimpi! Ini semua permintaan Mama, ya. Kalo gak, gue juga males kali! "tukas Fajar dengan tatapan tajamnya.
"Nyebelin bangetsih! "ucap Senja dan melangkahkan kakinya keluar dari kelas Fajar.
Masih sama, diikuti oleh Edo dan roni di belakangnya. Senja berhenti sejenak, kali ini tubuhnya tertabrak lagi. Namun, Senja bisa mengontrol keseimbangan. Berdecak kesal sebelum memarahi keduanya, "kalian ngapai lagi, sih? "tanya Senja dengan raut wajahnya yang kesal.
"Jagain, lo, lah! "ucap keduanya bersamaan.
"Aku bisa sendiri! Udah ah, sana balik ke kelas aja! "perintah Senja pada keduanya.
Edo dan Roni dengan senang hati kembali ke kelas, dengan sedikit bersenandung. Tapi, kening Senja sudah terukir lagi, pertanda ada sesuatu yang aneh dilihatnya. Edo dan Roni berlari terbiri-birit ke arahnya sambil berteriak dengan suara besarnya.
"Kok balik lagi, sih? "tanya Senja.
"Fajar... marah... kita... gak boleh... ninggalin, lo..."ucap Roni dengan napas yang memburu.
Keringat bercucuran di dahi mereka berdua. Padahal hanya lari 5 meter, sudah begitu keringatnya. Apalagi lari maraton 1 kilo? Sudah mati di tengah jalan mereka.
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Raya
Teen FictionFajar ku, tetaplah bersinar menyalurkan kehangatan, dan pergi dengan memberi harapan untuk kembali. Jangan seperti Senja, datang hanya untuk memberi keindahan sesaat, dan pergi memberikan kegelapan. [Revisi setelah ending]