Pergi untuk selamanya

55 2 0
                                    

Tubuh dua orang yang sedang berada diruang ICU,tempat dimana Ibu Senja dirawat,seakan baru diterpa bebatuan besar.Lengkungan garis yang naik-turun dilayar monitor,berubah menjadi garis lurus.Bunyi suaranya yang semula berarturan,berubah menjadi cepat.

Pikiran Senja sudah tak bisa dijelaskan.Menatap kosong Jenazah sang Ibu yang sudah ditutupi oleh kain putih Rumah Sakit.Fajar tak sampai hati melihatnya,memalingkan wajah dari hadapannyalah jalan satu-satunya yang Ia pilih.

Dokter dan dua orang Suster,sudah bergegas membuka seluruh wayar yang dipanggutkan ditubuh sang Ibu."Mau apa kalian?!"tanya Senja tajam.Matanya sudah dipenuhi kabut kesedihan.Mata yang semula indah,berubah menjadi merah.Air matanya mengumpul didalam,membuang pikiran kotor,bahwa Ibunya telah meninggalkannya.

"Ibu saya,belum meninggal,Dok!"ujarnya lagi.Fajar mencoba menenangkannya dengan mengusap lembut bahu Senja.

"Maaf,Ibu kamu tidak bisa kami selamatkan.Kami sudah berusaha semaksimal mungkin,namun takdir berkata lain."jawab seorang Dokter yang merawat Ibunya.

"Kalian emang selalu berkata seperti itu! Sudah bekerja dengan semaksimal mungkin? Kalo dengan maksimal,Ibu saya, gak mungkin meninggal,Dok!"Air matanya sudah mengalir dengan deras.Isakan dan sesak di dadanya tak dapat lagi dibendung.Fajar tak tau lagi harus melakukan apa.Dia merasa orang paling kejam di dunia,sebelumnya dia telah memperlakukan Senja dengan seenaknya.

Dokter dan kedua Suster itu sudah pergi meninggalkannya yang masih menangis sesenggukan.Memeluk Jenzah sang Ibu yang tubuhnya sudah dingin,seperti benda yang dimasukkan kedalam lemari es.

"Ibu.. kenapa Ibu,ninggalin Senja?hik.. Senja belum bisa buat Ibu,bahagia.Senja gamau tinggal disini sendiri,Bu,hik... dunia ini terlalu kejam untuk Senja.Kalo gak ada Ibu,gimana Senja akan menghadapi semua orang yang menghina Senja?hik..."ujarnya yang diselingi dengan tangisan pilunya.Fajar menarik tubuh Senja kedalam dekapannya.Menyalurkan kehangatan yang dimilikinya, meyakinkan bahwa Ia tak sendiri.

Hingga langkah kaki seseorang,membuat Senja dan Fajar menatap kearah pintu.Terlihat seorang wanita yang berusia sekitar 35 tahun,dengan wajah yang tak percaya melihat apa yang terjadi."Mama?"ujar Fajar dengan kening yang mengukir.

Wanita itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Senja.Mengambil alih pelukan Fajar terhadapnya.Didekapnya dengan penuh kasih sayang,bercampur dengan rasa bersalah."Ibu,siapa?"tanya Senja.

"Maaf... "Wanita itu tak menjawab pertanyaan Senja.Ia malah mengucapkan maaf dan sesekali menciumi kening Senja.

"Untuk apa?"tanya Senja lagi.

"Sa-saya,saya yang sudah menabrak Ibu,Kamu."jelasnya yang membuat Senja melepaskan pelukannya.Mata Fajar terbelalak kaget, sebelumnya Ia yang menabrak Senja,tapi sekarang Mama nya telah menghilangkan nyawa Ibunya?Menatap tak percaya orang didepannya dengan gelengan kepala."Maafkan Saya,Ibu Kamu berada di tengah jalan,Saya tidak bisa menghindarinya saat itu.Maafkan Saya..."Wanita itu ikut menangis meratapi nasib gadis malang itu.

Gadis yang hanya tinggal dengan Ibunya,tapi sekarang karena ulahnya,Senja kehilangan Ibu nya untuk selama-lamanya.Rasa bersalah dan berdosa,menghampiri wanita itu.Dilihatnya Senja yang kembali memeluk Jenazah sang Ibu.

"Boleh,Mama bicara dengan kamu sebentar,Fajar?"tanya wanita itu pada anaknya yang masih menatap Senja.Fajar melangkahkan kakinya keluar ruangan ICU,tanpa menjawab pertanyaan dari Wanita itu.Rasa kecewa dan marah memenuhi pikirannya terhadap sang Mama,bisa-bisa nya dia membuat nyawa oranglain hilang?

"Kamu.. pacarnya Senja,kan?"tanyanya ketika sudah sampai di kursi tunggu,depan ruangan ICU.

Fajar menaikkan sebelah alisnya sesaat,menatap Mamanya dengan datar."iya,"singkatnya.
"Kenapa?"tanya Fajar dengan nada tak sopan.

"Mama,gatau lagi mau berbuat apa,Jar.Mama,bingung,apa yang harus,Mama lakuin buat nebus kesalahan ini?"wanita itu terisak meratapi kebodohan dirinya pada Fajar."kamu mau membantu,Mama?"lanjutnya.

"Apa?"jawab Fajar.Rasti, menatap aneh wajah Fajar,dia tak tahu apa arti raut wajah anaknya itu.Pandangan datar,Ia berikan pada Mamanya.Biasannya,Fajar selalu bersifat sopan pada siapapun yang lebih tua.Tapi,sekarang? Fajar pun tak mau melihat wajahnya.
"Apa yang perlu saya,bantu?"tanya Fajar dengan nada dingin.

"Hmm... tolong bujuk Senja,agar mau tinggal dengan,Kita.Untuk membalas dosa Mama,karena sudah membuat Ibu nya meninggal."

Fajar mendengus sesaat,memperhatikan wanita didepannya dengan tatapan tak suka."Anda,masih punya akal sehatkan? gimana caranya,Senja bakal mau tinggal sama orang yang udah bunuh Ibu nya!"

"Mama, gak sengaja nabrak Dia,saat itu Mama, dalam keadaan sedih dan juga banya pikiran.Jadi,Mama juga tidak bisa mengendalikan mobil dengan baik."

Suara tepuk tangan yang berasal dari Fajar,membuat Senja yang berada di dalam ruang ICU keluar,mengintip apa yang terjadi disana."Bagus! Berarti,Anda juga bersalah dalam masalah ini.Tidak bisa mengendalikan mobil? Banyak masalah? Itu bukan urusan Saya,bagaimanapun juga,Anda sudah membuat nyawa seseorang menghilang!"ucap Fajar tajam.Rasti menatapnya dengan wajah sedih dan bersalah.Sungguh dia tak percaya keadaan sekarang.Dibenci oleh anaknya sendiri dan diberi tatapan dingin menyalang.

"Maaf.. "ucapnya paru.Senja masih menatap dalam diam,kedua orang yang sedang bertengkar saat itu.Air matanya jatuh,berfikir bahwa masih ada yang sayang dengannya.Dia tak sampai hati melihat perlakuan kasar Fajar,terhadap Mamanya.

Senja berjalan menghampiri Fajar dan Rasti yang masih diam seperti patung.Berusaha tersenyum dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini.Menepuk pelan tangan Fajar dan tersenyum manis."udah... aku gapapa kok.Aku udah ikhlas sama semua ini,semua kejadian yang terjadi sekarang ini,pasti udah kehendak Allah."ucapannya membuat Rasti tak kuasa menahan tangis.Bagai batu besar menghantam dadanya,sungguh mulia hati Senja,bisa memaafkan orang yang sudah menabrak Ibunya hingga tiada.

Fajar menatap tak percaya Senja,rasa bersalah menyerangnya berkali-kali.Sifatnya yang sebelumnya kasar pada Senja,membuatnya merasa malu berhadapan dengan Senja.Senyuman kecil terukir diwajahnya yang tampan,memperhatikan Mama dan Senja yang sedang berpelukan,menghilangkan semua kesedihan mendalam.Tak terfikirkan oleh Fajar,bahwa kejadian beberapa jam yang lalu,dapat menghantarkannya terus terhubung dengan Senja.

Fajar berfikir sejenak 'Senja mengajarkan kita,bahwa yang terjadi hari ini,pasti akan berakhir indah dan Senja membuat kita mengerti arti sebuah kata Rela'

*******

Senja RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang