Happy reading
*
****
"Gak masuk dulu? "tanya Senja pada Fajar.
Saat ini mereka sudah sampai di rumah Senja. Dengan Senja yang sudah turun dari atas motornya dan Fajar yang masih setia duduk diatas motor tanpa melepas helm.
"Boleh? "tanya Fajar sambil menaikkan kedua alisnya.
Sifat Fajar memang selalu berubah-ubah. Dia tidak bisa mengendalikan pemikirannya sendiri dengan benar. Jadi, tak heran jika banyak orang yang menjulukinya Alter ego atau mempunyai kepribadian ganda. Padahal itu semua salah. Sifatnya memang seperti itu, tergantung pada orang yang menanggapinya dan seperti apa sifat orang tersebut pada Fajar.
Dia juga memiliki phobia namanya adalah claustrophobia. Phobia ini akan muncul ketika Fajar berada di ruang sempit atau tertutup. Misalnya, lift atau ruang tanpa jendela. Jika phobia nya kambuh, biasannya Fajar akan merasakan panik, cemas, takut, ataupun gugup.
Senja tersenyum saat Fajar berbicara ramah padanya. "Boleh, yuk." ajaknya sambil menarik tangan Fajar.
"Eh, tunggu! Helmnya belum gue lepas, Toge! "kesal Fajar.
Fajar melepaskan helmnya dan meletakkannya diatas motor miliknya. Berjalan mengikuti Senja di belakangnya, sambil menunduk memainkan handphone nya.
Tubuh Senja tiba-tiba terhenti,yang mengakibatkan Fajar menubruknya untuk yang kesekian kalinya.
"Aw... "ringis Senja saat badan besar Fajar menghantamnya.
"Kok lo berenti, sih? "tanya Fajar bingung.
"Mau ambil kunci, "jawabnya.
Dan satu lagi, Senja memiliki hobi yang aneh. Yaitu berhenti tiba-tiba di tengah perjalanannya, yang bisa membuat siapapun jika berjalan di belakangnya menubruk dirinya. Ini bukan hal yang kebetulan, karakternya emang seperti itu dari kecil.
Fajar mendudukkan dirinya di sofa panjang milik Senja dengan masih memainkan handphonenya. Senja yang melihat Fajar seperti itu, hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Mau minum apa? "tanya Senja.
"Lemon tea, ada? "
"Gak ada, "Senja menggelengkan kepala.
"Ngapai nanyak mau minum apa, kalo yang gue mau gak ada?"ucapnya mengejek.
"Kan basa-basi, biar dikira gak pelit."
"Oh gitu. Boleh, deh, air putih satu. Gak pake gelas, ya. "ucap Fajar mengejek Senja lagi.
"Kalo gak pake gelas, jadi pake apa?Pake piring? "tanya Senja heran.
"Boleh juga. "
"Ih, serius Fajar.. "kesal Senja.
Fajar tertawa renyah melihat tingkah laku Senja. Ntah sejak kapan, dia mulai nyaman ketika berada bersama Senja. Mungkin menurut sebagian orang,itu aneh. Tapi, itulah yang sebenarnya yang Fajar rasakan. Mungkin Fajar dan Senja sudah membuktikan Film Surat cinta untuk starla, yang kedua pemeran utamanya jatuh cinta hanya dalam 6 jam. Bedanya dengan mereka, Fajar dan Senja mungkin sudah jatuh cinta hanya karena lelucon air putih.
Aneh, memang terdengar sangat aneh. Tapi, perasaan setiap orang tidak ada yang tau. Bisa aja seseorang jatuh cinta hanya karena hal kecil, seperti tak sengaja menabraknya, bertemu disalah satu kafe ataupun tempat lainnya. Itu semua tergantung perasaan setiap orang, jika mereka sudah merasa nyaman terhadapnya, dan mungkin sudah bergantung terhadap apa yang telah dirasakannya akhir-akhir ini. Seperti itulah kisah Fajar dan Senja, jatuh cinta hanya karena air putih, walaupun itu sebenarnya hal yang cukup random.
"Gausah ketawa, deh. Jelek muka lo."tukas Fajar saat Senja ikut tertawa melihatnya.
Senja menghentikan tawahannya dengan cepat. Merasakan perubahan sifat Fajar pada dirinya. Takut? Sangat takut. Sebab perubahan sifatnya yang mendadak. Kalian akan berfikir bahwa Senja terlalu lebay menanggapinya, tapi memang hati Senja sangat lembut. Dia tidak bisa dibentak atau dikasari oleh siapapun.
"Teman? "tawar Fajar tiba-tiba.
Senja menatapnya bingung. Kedua alisnya sudah menyatu karena kerutan di dahinya. Sungguh secepat itu perubahan sifat Fajar? Pikirnya. Senja berfikir bahwa tawaran itu hanyalah lelucon Fajar saja.
"Senja? "panggilnya.
Senja menatapnya dengan aneh. Menunggu kata selanjutnya yang akan dilontarkannya.
"Lo gak mau, jadi temen gue? "tanya Fajar lagi.
"Emm- "
"Kalo lo gak mau, gue akan jahatin lo sampek kapanpun! "ancamnya yang membuat Senja bergidik ngeri.
"Iya, mau kok, mau. "jawab Senja tanpa berfikir lagi. Dia tidak mau mengambil resiko lebih. Melihat wajah Fajar saja, sudah membuatnya takut. Apalagi kalo sampek Fajar merecoki hidupnya.
Fajar tertawa melihat wajah takut Senja. Padahal dia hanya bercanda mengancam seperti itu, tapi Senja malah menganggapnya dengan serius. Keuntungan ada dipihak Fajar, dia tidak perlu lagi mengeluarkan banyak suara untuk mengajak Senja berteman.
"Nah, gitu dong, nurut kalo masih mau aman. "ujarnya mengejek.
Tangan kanan Fajar terulur, mengajukan jari kelingkingnya di hadapan Senja. "Teman 'kan? "tanya nya sambil menunggu kelingkingnya disatukan oleh kelingking Senja.
"Teman, "jawab Senja dan menautkan kelingkingnya pada tangan Fajar. Senyuman manis terukir dikeduanya.
Awal pertemanan yang aneh, menurut Senja. Tak pernah terbayangkan olehnya, bahwa dia akan berteman dengan orang yang selalu membuat dirinya dalam masalah. Begitupun sebaliknya, Fajar tak menyangka dengan apa yang dilakukannya hari ini.
Biarkan waktu yang menjawab semua pertanyaan dari keduanya. Apa persahabatan mereka akan bertahan atau malah sebaliknya? Menjalaninya dengan pikiran positif saja.
Fajar benar-benar tak menyangka, bahwa dirinya akan mengambil separuh tanggung jawab Senja dari hidupnya. Menjadi seorang teman, pasti akan melindungi temannya dan menjauhkan dari banyak masalah bukan? Itulah yang saat ini dipikirkan Fajar.
Jika seseorang mengambil tanggung jawab tanpa paksaan, itulah Cinta
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Raya
Teen FictionFajar ku, tetaplah bersinar menyalurkan kehangatan, dan pergi dengan memberi harapan untuk kembali. Jangan seperti Senja, datang hanya untuk memberi keindahan sesaat, dan pergi memberikan kegelapan. [Revisi setelah ending]