pergi bersama

55 2 0
                                    

Happy reading

Pagi hari Senja tak seperti pagi-pagi biasannya.Yang biasannya melantunkan lagu sambil mengaca,Ibunya yang meneriaki namanya untuk sarapan,dan banyak lagi.Sekarang hanya keheningan yang ada di dalam rumah nya.Senja sungguh merindukan suasana-suasana itu.

Deru motor menggelegar di telinga Senja dan diseluruh perkarangan rumahnya.Senja yang tadinya masih merapikan buku-buku,mengerutkan keningnya bingung.Siapa yang masuk kedalam perkarangan rumahnya dengan suara motor di gas sekuat-kuatnya? Senja keluar dengan wajah lebamnya akibat menangis semalaman.Melihat orang yang berada diatas motor sport berwarna hitam,sambil memakai helm fullface,tak berniat turun dari atas motornya.

Senja menghampiri pria tersebut dengan kedua tangan menutupi telinganya.Mencabut asal kunci motor pria itu tanpa takut sedikitpun.

"Eh,"kaget pria itu karena pergerakan Senja yang cepat.

"Gak punya sopan santun?"tanya Senja pada pria yang masih setia diatas motornya dan masih memakai helmnya.

"Balikin kunci gue! Udah siang,ayo berangkat."ucapnya yang membuat Senja menaikkan kedua alisnya bingung.

Kedua tangan Senja terulur membuka helm milik pria itu.Ditariknya dengan sekuat tenaga,tapi tak kunjung lepas.

"Aduh! Sakit bego!"kesal Fajar sembari menjauhkan kepalanya dari tangan Senja.

"Biarin! Siapa sih,kamu?"

Fajar membuka panggutan di helmnya dan mulai menaikkannya agar terlepas.Senja tersentak kaget,dia tidak tau harus berbuat apa.Bagaimana kalau Fajar membentaknya? Senja sangat takut.Ia menggigit ujung jarinya sambil memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Fajar.

"Cepetan,mau sekolah gak,lo?"tanya Fajar dengan nada tak sopan.

"A-aku,aku bisa pergi sendiri.Kamu duluan aja,"tolak Senja dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.

Fajar yang melihat kepergian Senja,ikut mengekorinya di belakang tubuh Senja.Hingga saat Senja berhenti berjalan,Fajar menubruknya hingga Senja terjatuh telungkup di lantai.

"Aw..."ringisnya ketika sudah mendaratkan seluruh tubuhnya di lantai ruang tamu rumahnya.

"HAHAH... Rasain!!"tawa Fajar menggelegar diseluruh penjuru rumahnya.Perutnya terasa sakit akibat tak bisa menahan tawa.Pemandangan yang bagus di pagi hari,pikirnya.

Senja bangkit dengan susah payah,merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan dan memasang wajah juteknya."Kalo jalan liat-liat dong!"ucapnya yang membuat Fajar berhenti tertawa.

"Elo,yang tiba-tiba berenti,"

"Lagian,ngapai sih kamu,ngikutin aku?"tanya Senja heran.

"Disuruh Mama,"ucapnya datar dan mendudukkan dirinya di sofa rumah Senja.

Senja tak bisa berkata apa-apa lagi.Ia segera membereskan perlengkapan sekolahnya agar bisa segera berangkat,sebelum Fajar memaki dirinya.

*******

Kaki Fajar dan Senja sudah mendarat di parkiran sekolah.Dengan Senja yang masih duduk diatas motor Fajar,sedangkan sang pemilik motor sudah turun sedari tadi.Fajar berdiri di hadapan Senja,memperhatikan gerak-gerik wanita itu,sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Lo ngapai,sih?"tanya Fajar penasaran.Sudah limat menit lamanya mereka berada di parkiran,tapi Senja tak juga turun dari atas motornya.Keduanya masih setia memakai helm,tak ada yang berniat untuk melepasnya.

Senja yang berada di atas motor Fajar,menatap lurus kearah depan.Tak berniat melirik sedikitpun kewajah Fajar yang berdiri di sampingnya,masih sama dengan posisi semula.Keduanya sama-sama diam,seperti patung di butik-butik kebanyakan.

Hingga seorang siswa SMA Utama,melintas dihadapan mereka berdua.Pria itu berhenti,memperhatikan dua orang yang sama-sama diam diposisinya masing-masing.Berjalan mendekat ke arah keduanya,memperhatikan dengan teliti satu persatu.

"Ini patung baru sekolah Utama,ya?"tanyanya seorang diri.Masih memperhatikan kedua orang yang terlihat seperti patung,hingga dia memberanikan diri mendekat ke arah Fajar.Menatap lekat wajah Fajar yang terhalang helm.Saat ini posisi pria itu sudah sangat dekat dengan wajah Fajar,Ia berniat membuka kaca helm itu,

"Ngapai,lo?"tanya Fajar dengan nada tak bersahabat.

"Astafirullah!"ucap pria itu kaget."Ma-maaf kak,sa-saya kira,patung baru di sekolah,"ucapnya dan segera pergi meninggalkan Fajar dan Senja.

"Lo ngapai sih?"tanya Fajar lagi pada Senja.

"Gak bisa turun,hehe"cengir Senja sambil menatap Fajar.

Fajar menghela napasnya kesal,"astaga! Turun gak bisa? Kaki lo lumpuh?"

"Motor kamu,tinggi."

"Terus,tadi waktu gue masih diatas motor,kenapa lo gak buruan turun sih,toge!"kesal Fajar.

"Ya,ya aku 'kan gatau,aku kira,kita belum sampek di sekolah."

"Lo buta?"

"Helmnya kebesaran,jadi gak keliatan."jujur Senja.

Fajar kembali mendudukkan dirinya diatas motor miliknya,duduk di depan Senja."Turun!"ucapnya kesal.

Senja mulai turun dari atas motor Fajar,berniat meninggalkannya,namun segera terhenti akibat panggilan Fajar."Woy!"ucap Fajar.

Senja menghentikan langkahnya,dia tidak berani membalikkan badannya untuk menatap Fajar.Pasti Fajar mau memarahinya,pikir Senja.Tangannya meremas ujung tasnya,sambil menggigit bibir bawahnya,menahan rasa takut.

"Helmnya"lanjut Fajar,membuat Senja membelalakkan matanya kaget.Dia baru ingat,bahwa saat ini dia masih memakai helm milik Fajar.

Senja segera membuka helmnya dan berjalan mendekati Fajar,memberikan helm itu dan berlari dari hadapannya."Makasih,"ucapnya sedikit keras.

"Dasar,toge!"ucap Fajar pelan.

********

Senja RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang