Chapter 9

865 118 6
                                    

Semuanya kacau. Mereka tidak jadi makan sushi karena Baekhyun lebih memilih pulang. Kai pun terpaksa dibawa.

Sesampainya dirumah, Sehun dan Kai hanya bisa melihat Baekhyun yang menaiki tangga menuju kamarnya. Dan menghela napas bersama saat bantingan pintu terdengar.

"Temanmu benar-benar sialan, kau tau?" Ucap Sehun sambil menatap Kai yang masih melihat kearah tangga.

"Yah" ucap Kai lemas "dia memang pengacau"

Sehun menghela napas. Dia menarik tangan Kai menuju dapur. Menarik Kursi bar untuk Kai sementara dia mengambil soda dari dalam kulkas dan mendudukan dirinya didepan Kai. Membukakan Sodanya dan memberinya pada Kai.

Sehun hanya memandangi wajah Kai yang meminum sodanya rakus "sebenarnya apa yang terjadi?" Tanyanya.

Kai mengangkat bahu acuh. Dia meletakkan kaleng sodanya sedikit keras. Merasa kesal saat kembali mengingat kejadian di basement rumah sakit. Entah kenapa si Chanyeol itu menjadi sangat sialan "aku tidak tau. Tapi Rose, sudah tidak masuk sekolah selama dua hari kemarin. Sepertinya Chanyeol kesana kemarin malam untuk bertanya"

Sehun terdiam. Kembali mengingat ucapan Chanyeol saat memukul Baekhyun. Ini semua tentang ayahnya Rose, kan?

"Kau tau siapa ayahnya Rose?"

"Hm?" Kai menatap Sehun sebentar dan berpikir "aku tidak tau nama panjangnya. Tetapi yang aku tau ayahnya merupakan seorang pengusaha. Dia memiliki perusahaan kecil. Dan yang aku tau, perusahaannya sedang berkembang pesat karena mendapat kucuran dana"

"Kucuran dana?"

Mungkin kah?

Sehun melirik kearah atas. Tepat dimana kamar Baekhyun berada. Jika memang yang Sehun duga benar, maka Chanyeol dalam masalah.

***

Chanyeol menutup pintu kamarnya dengan bantingan keras. Tanganya terkepal dan napasnya tersengal. Emosi masih berada dipuncak kepalanya.

"Brengsek!" Geram Chanyeol sambil menjambak rambutnya "kau brengsek, Chanyeol"

Lagi dan lagi, terus begitu. Chanyeol selalu hanya bisa berbuat salah dan menyakiti Baekhyun. Semuanya membingungkan. Perasaannya juga. Chanyeol benar-benar merasa kacau sekarang.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Geram Chanyeol lagi sambil tangan kanannya meninju dinding kamarnya berkali-kali "bodoh! Tidak berguna! Brengsek!"

Tidak dipedulikannya rasa sakit yang menyerang dengan hebat. Begitu juga dengan darah yang keluar begitu banyak sampai mengotori dinding kamarnya. Chanyeol jatuh terduduk. Tubuhnya bersandar di dinding. Matanya terpejam berusaha mendinginkan kepala dan hatinya yang panas.

Setelah beberapa menit berpikir. Dan mendinginkan kepala, akhirnya Chanyeol membuka matanya. Menatap kearah langit-langit kamarnya yang berbayang wajah menangis Rose dan wajah tersakiti Baekhyun. Mereka berdua sama-sama tersakiti.

Seharusnya Chanyeol tidak perlu bingung. Kekasihnya adalah Rose. Seharusnya tanpa perlu merasa berasalah seperti saat ini, Chanyeol hanya perlu memarahi Baekhyun dan memandangnya benci seperti biasa. Seharusnya itu yang Chanyeol lakukan.

Yah, seharusnya..

Chanyeol merogoh kantung jeans nya mencari-cari ponselnya. Jarinya bergerak lincah diatas layar sampai matanya menemukan nama Suho di kontaknya. Mendialnya dan menunggu sebentar.

(MY) PRETTIEST LITTLE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang