8

710 62 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dokyeom membaringkan tubuh istrinya di kasur dengan sangat pelan agar Yeora tidak terbangun dan dia juga berbaring di sampingnya.

Dokyeom memeluk istrinya, membelai lembut rambutnya.

"Sayang, mata kamu bengkak. Maafin Mas udah bikin kamu nangis," Dokyeom mengecup lembut kedua mata Yeora yang terpejam itu.

"Maafin Mas, Mas gak bermaksud khianatin kamu. Mas gak bermaksud nyakitin kamu," Dokyeom tak berhenti mengecupi seluruh bagian wajah istrinya itu.

Betapa Dokyeom sangat mencintai wanita yang sedang di dekapnya sekarang, Dokyeom sangat menyayanginya. Dokyeom tidak ingin kehilangan istrinya itu.



🌸



Yeora membuka kedua kelopak matanya, ia merasakan tubuhnya hangat dan berat seperti di peluk erat oleh seseorang.

Dan kagetnya Yeora saat mendapati dirinya di dekap oleh Dokyeom.

Ia langsung menyingkirkan tangan Dokyeom yang berada di pinggangnya dan segera bangun.

Dokyeom pun kaget dan terbangun.

"Ngapain kamu disini? pergi!!"

"Enggak, sayang. Dengerin Mas dulu,"

"Pergi kamu, pergi!!" Yeora menangis.

"Yeora, maafin Mas." Dokyeom memeluknya.

"Aku benci sama kamu, benci!!" Yeora memukuli dada Dokyeom agar melepas pelukannya.

"Yeora, tolong,"

"Lepasin aku, aku benci sama kamu!!" Yeora masih menangis dan memukuli dada Dokyeom berharap untuk lepas, namun tenaga Dokyeom terlalu kuat.

Dokyeom segera memegang tengkuk Yeora dan menciumnya.

"Mmm, g-gak m-mau!!" Yeora menolak, namun Dokyeom masih berusaha mencium bibir Yeora.

Yeora memukul dada Dokyeom dengan sekuat tenaga, namun seolah tak berasa sakit, Dokyeom justru memperdalam ciumannya.

Yeora masih menangis, dan lama setelahnya Yeora membalas ciuman Dokyeom.

Sangat sulit untuk Yeora menolak suaminya itu, karena ia juga masih sangat mencintainya.

Lama sekali ciuman itu berlangsung, akhirnya Dokyeom mengakhirinya pelan.

Yeora masih sesegukan karena menangis.

Dokyeom menghapus air mata di pipi Yeora.

"Tampar Mas sepuas kamu, tampar Mas sekarang!" titah Dokyeom.

Tanpa berpikir panjang, Yeora langsung menampar pipi Dokyeom sekencang mungkin.

Lagi-lagi, Yeora merasa sangat lemah. Ia tidak kuat.

"Bahkan aku terlalu lemah untuk nyakitin kamu, tapi dengan gampangnya kamu bisa berkali-kali nyakitin aku. Kenapa kamu sejahat itu??"

Dokyeom memeluknya dengan sangat erat.

"Kenapa sih, kamu selalu bisa bikin aku balik ke kamu lagi Mas? Aku benci sama kamu, benci!!"

"Karena kamu masih mencintai Mas, dan Mas juga masih selalu mencintai kamu."

"Bohong, cinta kamu bukan buat aku!" Yeora melepas pelukannya.

"Mas serius, Mas udah tinggalin dia. Mas sadar, hati Mas cuma buat kamu." tegas Dokyeom.

Yeora menatap Dokyeom dengan sangat dalam, memeriksa jika memang ada keseriusan dimata Dokyeom.

"Sayang, Mas cinta sama kamu. Mas sayang sama kamu. Mas gak bisa hidup tanpa kamu. Kamu terlalu berharga buat Mas. Mas bahkan bisa berkali-kali bilang kalo Mas cinta dan sayang banget sama kamu,"

"Gimana aku bisa percaya sama Mas? Gimana kalo Mas sakitin aku lagi nanti?"

Dokyeom mengecup bibir Yeora dengan lembut.

"Mas janji, gak akan pernah sakiti kamu lagi"

"Terus gimana dengan perempuan itu?"

"Dia sudah pergi jauh."

"Jujur aku juga gak bisa bayangin hidup aku tanpa Mas, tapi setelah semua itu rasanya sakit. Di satu sisi Mas udah sakitin aku, dan disisi lain aku gak bisa hidup tanpa Mas,"

Dokyeom memeluknya.

"Maafin Mas. Mas nyesel udah lakuin semua ini. Hukum Mas seberat mungkin yang kamu bisa!"

Yeora membalas pelukan Dokyeom dengan sangat erat masih sambil menangis.


"Papa.. Mama.." panggil kedua anak kembar mereka.

"Mama kenapa nangis? Papa jahatin Mama ya?!" tanya Doyeon.

"Enggak kok sayang, Papa gak salah. Oh iya, kalian udah sarapan?" bantah Yeora.

"Belum,"

"Yaudah kita sarapan dulu yuk, kakek sama nenek dibawah ya. Kalian kesana dulu ya, nanti Papa sama Mama nyusul.."

"Oke, Ma."

Yeora melihat Dokyeom merenung melihat kedua anaknya.

"Mas, kenapa?"

"Mas lupa kalo Mas udah jadi seorang Ayah. Mas punya tanggung jawab besar, tapi Mas malah melakukan hal yang sangat bodoh!"

"Mas.. Udah. Yang lalu, biarlah berlalu. Sekarang Mas udah sadar akan kesalahan Mas kan? Sekarang kita mulai hidup yang baru."

"Makasih sayang, kamu memang wanita terbaik yang pernah Mas kenal. Mas sangat beruntung punya kamu." Yeora tersenyum.

"Yaudah, sekarang Mas bersih-bersih dulu ya. Aku mau siapin sarapan di bawah."




tbc

I'm Not The One (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang