Yeora berteriak keras dan pergi meninggalkan Dokyeom.
Sangat sakit rasanya saat mendengar Dokyeom memohon untuk jangan pergi.
Tapi Yeora sudah terlanjur sakit, ia tidak kuat lagi.
Sampai dirumah ibunya, Yeora masih menangis.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Aku gak bisa, Ma. Gak bisa. Aku udah gak kuat lagi,"
"Sini, duduk dulu.."
"Sekarang cerita pelan-pelan, gimana semalam?"
"Mas Dokyeom mabuk, Ma. Aku udah gak bisa lagi sama dia, gak bisa.. hiks hiks.."
"Apa??"
"Kurang ajar dia, dia udah khianatin kamu, dia udah selingkuhin kamu. Mama gak akan biarin kamu disakitin lagi sama dia!"
"Dojoon dan Doyeon ada dimana Ma?"
"Mereka lagi main sama Papa, kamu tenang ya, gak usah ngurusin mereka dulu. Sekarang kamu tenangin diri kamu, anak Mama gak boleh nangis kayak gini!"
Yeora tidur di pangkuan ibunya.
"Pokoknya Mama gak akan biarin kamu nangis lagi ya sayang, kamu anak Mama satu-satunya. Mama gak bakal biarin kamu menderita,"
🌸
"Mama gak habis pikir sama kamu Dokyeom, Mama kecewa!!" teriak ibu Dokyeom saat mengetahui ulah putra-nya itu.
"Dokyeom gak tahu kenapa bisa jadi kayak gini, Ma. Dokyeom khilaf.."
"Khilaf kamu bilang??"
"Dokyeom gak tahu, kenapa rasa ini masih ada untuk Jihye."
"Kamu tahu Dokyeom, Mama malu! Mama malu sama keluarganya Yeora"
"Maafin Dokyeom, Ma. Dokyeom salah."
"Mama bener-bener gak habis pikir sama kamu!"
"Mama, maafin Dokyeom.."
"Sekarang Mama gak mau tahu, kamu harus bawa menantu dan cucu-cucu Mama pulang kerumah kalian sekarang, sekarang juga!!"
Ibu Dokyeom masuk ke kamar, karna kecewa dengan anaknya itu.
"Kenapa bisa jadi kayak gini sih?" tanya Ayah Dokyeom.
"Kamu liat itu Mama kamu, dia kecewa, sangat kecewa."
"Dokyeom gak tahu, Pa. Dokyeom gak tahu harus berbuat apa sekarang."
"Papa pikir kamu sudah besar, kamu pasti bisa selesaikan masalah kamu sendiri. Jangan buat Mama kamu marah dan kecewa. Jangan buat keluarga istri kamu juga marah dan kecewa!" Ayah Dokyeom juga pergi menyusul istrinya.
Dokyeom benar-benar hancur, ia menyadari semua kesalahannya. Ia harus bisa selesaikan ini se-segera mungkin. Sebelum Yeora melayangkan gugatan cerai di pengadilan.
Dokyeom merogoh sakunya untuk mengambil ponsel-nya.
"Halo, Jihye.."
"Halo, Dokyeom.."
"Bisa kita bertemu sekarang juga?"
"Bisa, tapi-
Dokyeom menutup telponnya dan bergegas menuju apartemen Jihye.
Sampai di apartemen Jihye.
"Dokyeom.."
"Ji, aku mau minta sesuatu sama kamu. Aku mau kamu pergi dari sini, pergi sejauh mungkin jika perlu ke luar negeri. Ini ada sedikit buat kamu, aku pikir ini cukup untuk biaya hidup kamu di luar negeri."
"Dokyeom, tapi-
"Tolong Ji, aku mohon. Aku gak bisa lupain kamu kalo kamu masih ada di negeri ini!"
"Tapi kenapa? Apa Yeora-
"Iya, Yeora mau pisah. Dan aku gak mau pisah sama dia, aku cinta sama dia. Aku akan berusaha lupain kamu,"
"Oke, Dokyeom. Kalo dengan aku pergi bisa lupain perasaan kamu ke aku, aku akan pergi. Aku gak akan hadir di hidup kamu lagi. Kamu harus bahagia bersama istri dan anak-anak kamu."
"Makasih Ji, kamu bisa mengerti."
Dokyeom memeluk Jihye lalu segera pergi menuju rumah orangtua Yeora.
Dokyeom sudah tahu, pasti Yeora ada disana.
Tok, tok, tok..
Ayah Yeora membuka pintu dan melihat Dokyeom tepat berada di depan-nya.
"Untuk apa kamu kesini lagi? Untuk sakiti putri saya lagi??" ucap Ayah Yeora.
"Pa, tolong dengarkan Dokyeom dulu,"
"Kamu sudah sakiti anak saya, dia sangat menderita karena kamu. Gak ada kata maaf untuk lelaki seperti kamu!"
"Pa, Dokyeom mohon. Kasih Dokyeom satu kesempatan lagi, Dokyeom janji gak akan sakiti Yeora lagi," Dokyeom berlutut kepada Ayah Yeora.
Ayah Yeora diam sejenak.
"Oke, saya kasih kamu kesempatan terakhir, jangan lagi sakiti anak saya. Ini yang terakhir!"
"Makasih, Pa. Dokyeom janji, gak akan sakiti Yeora. Dokyeom sangat mencintainya."
"Saya pegang janji kamu!"
Dokyeom berdiri.
"Yeora ada dimana, Pa?"
"Dia ada di dalam, bersama ibunya."
"Boleh Dokyeom masuk?"
Ayah Yeora mengangguk dan Dokyeom segera masuk ke dalam rumah.
Ia melihat Yeora tertidur di pangkuan ibunya.
"Dokyeom.." panggil ibu Yeora.
"Biarkan Dokyeom menemui Yeora." ucap Ayah Yeora kepada Ibu Yeora.
"Yeora sedang tidur, dia sudah lebih tenang sekarang. Jangan buat dia menangis lagi!" kata Ibu Yeora ke Dokyeom.
"Baik, Ma.."
"Apa Dokyeom boleh membawa Yeora ke kamar?"
Ibu Yeora mengangguk.
Dokyeom pelan-pelan mengangkat tubuh mungil istrinya itu dan menggendongnya menuju kamar Yeora.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The One (✓)
RomanceAku bukan satu-satunya. 🍂 𝘚𝘤𝘩𝘰𝘰𝘭 𝘣𝘶𝘵 𝘔𝘢𝘳𝘳𝘪𝘦𝘥 sequel Mari melanjutkan kisah cinta mereka dengan penuh konflik, prahara, dan air mata. 📝 A story written by: iressabelle