9

1.4K 165 16
                                    

Someone

Maaf baru ke up lagi, terimakasih yang sudah memberi dukungan. Aku menyayangi kalian, maaf banget kalau ceritaku masih sangat jelek. kadang memikirkan bagaimana menulis cerita yang bagus untuk kalian membuat aku tertekan sendiri. Sampai aku mundurkan buat nulis karena gak nemu gimana nulis cerita yang bagus buat kalian. Intinya maaf banget kalau cerita ini masih banyak kurangnya ya:) hope you like:))


LavenderNisa

.

Sasuhina

...

"Kami memang saling mengenal, bukan begitu Hinata-chan?" Rangkul Naruto pada Hinata yg sedari tadi menunduk, Hinata dapat merasa tatapan tajam milik mata kelam sang majikan yg entah ditujukan kepada siapa.

"Wah, aku baru mengetahuinya. Dan sedang apa kau disini Naruto?" Sakura kembali bertanya.

"Aku hanya membantu Hinata membuatkan makanan kesukaan mu."

"Wah benarkah Hinata?"

"Iya Sakura-sama."

"Baik sekali, tapi sayangnya aku telah makan malam terlebih dahulu tadi."

"Baiklah kalau begitu aku dan Hinata akan memakannya-"

"Sebaiknya kau pulanglah dobe, ini telah larut. Dan hinata siapkan saja makanannya aku sedikit lapar saat ini?" Ujar Sasuke tiba-tiba dan menyuruh Naruto untuk pulang.

"Tapi kan aku juga lapar Teme."

"Aku yakin kau memiliki cukup uang dan persediaan makanan lebih dirumah mu. Jadi pulanglah"

"Ck, dasar Teme. Pelit sekali kau." Naruto sedikit memicingkan pada sahabatnya satu ini. Dan setelah ia pun pamit pada Hinata dan juga sakura untuk kembali ke kediaman nya.

"Kalau begitu aku istirahat terlebih dahulu ya sayang."

"Hn." Dan kemudian Sakura memasuki kamar tidurnya.

"Hinata duduklah, jangan berdiri dibelakang ku. Dan makanlah seperti biasa." Sasuke sangat senang karena bisa mengusir Naruto dari rumahnya dan menjauhkan Naruto dari Hinata. Entah mengapa ia tak menyukai kedekatan sahabat kuningnya itu dengan Hinata.




Someone

"Hinata, ada hubungan apa antara kau dengan Naruto?" Sasuke bertanya sembari mengeluarkan aura intimidasi yang begitu kuat. Sungguh saat ini rasanya Sasuke tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. 

"Hanya sebatas teman Tuan." Jawabnya singkat. Sasuke sungguh tak puas hanya dengan jawaban itu, ia merasa tak rela apabila Hinata dekat dengan si kuning bodoh itu.

"Hn. kalau begitu jangan terlalu dekat dengannya." Putus Sasuke.

"Hinata tidak boleh dekat dengan siapa sayang?" Sakura keluar dari kamarnya dan nampak lebih segar dari penampilan sebelumnya. Ia pun duduk disebelah suaminya dan menatap heran keduanya yang terlihat akrab? Jujur saja hati kecil Sakura merasakan sedikit kecemburuan melihat sang asisten rumah tangganya yang duduk berdua di meja makan miliknya? Hey!!

"Naruto" Jawab Sasuke singkat, ia cukup terkejut karena Sakura muncul dengan begitu tiba-tiba. Ia jadi memikirkan apakah sikapnya pada Hinata tadi seperti seorang pria yang melarang gadisnya dekat dengan pria lain? Sasuke pun membeku sejenak, apa pemikirannya tadi? memikirkan bahwa Hinata adalah gadisnya? Apakah ia sudah gila?

Hinata hanya bisa diam ditempat, ia tak tau harus bertingkah seperti apa saat ini. Baiklah, mungkin ia akan pamit saja dan memberikan waktu untuk pasangan ini, rasanya mereka pasti membutuhkan waktu untuk melepas rindu. Hinata pun beranjak pergi dan pamit kebelakang.

"Permisi, Tuan. Sebaiknya saya pamit kebelakang dulu." Saat Hinata hendak beranjak Sasuke pun mencekal lengan Hinata. "Hinata, sebaiknya kau bereskan terlebih dahulu meja makan ini. Setelahnya kau boleh beristirahat." Sasuke mengatakan hal tersebut lalu menyudahi acara makan malamnya dan mengajak sang istri untuk memasuki kamar mereka berdua.

Someone

"Sayang, aku ingin bertanya." Sakura menghampiri Sasuke yang sudah mandi dan sedang mengeringkan rambutnya. Sakura pun membantu mengeringkan rambut basah suaminya itu. dan membelai lembut rahang tegas suaminya, sungguh lelaki ini membuatnya sangat jatuh cinta.

"Hn. Apa yang ingin kau tanyakan sayang?" Sasuke berkata lembut pada sang isteri dan diam menerima perlakuan sang isteri. Bagi Sasuke, momen yang saat ini tengah ia dan Sakura lakukan terbilang sangat jarang baginya.

"Mengapa kau melarang Hinata dekat dengan Naruto?" Sakura menanyakan apa yang ada pada benaknya. Ia merasa kurang nyaman jika suaminya ini lebih memerhatikan perempuan lain? Dan lagi apa urusan bagi suaminya ini jika Hinata dekat dengan siapa saja yang gadis itu mau? Ya, katakanlah Sakura emm sedikit cemburu akan hal itu?

"Tidak ada alasan, aku hanya tidak menyukai interaksi keduanya." Sasuke mengatakannya dengan begitu ringan dan tanpa beban sedikitpun. Hey, Sakuran sungguh tak mengerti jalan pikiran suaminya ini.

"Apa kau menyukai Hinata?" Entah kerasukan hal apa, sehingga Sakura mengatakan hal gila itu. "Apa kau gila sayang? Bagaimana mungkin aku menyukainya? Aku bahkan telah memiliki istri seperti dirimu. Bagaimana bisa kau berfikir aku menyukainya?" Sasuke sempat merasa kalang kabut dengan penuturan istrinya ini. Lalu, Sasuke pun membelai lembut wajah sang istri dan mulai menyatukan kedua bibir mereka. Perlakuan Sasuke ini membuat Sakura terlena dan melupakan pertanyaan dan sedikit perasaan cemburunya itu. Kegiatan sepasang suami istri inipun berlanjut hingga ke ranjang mereka, ya setidaknya mereka harus sama-sama melepas rasa kerinduan mereka.

Someone

Pagi ini Hinata telah berangkat lebih awal untuk masuk kuliah, namun ia juga tidak melupakan tugasnya dirumah itu, ia telah bangun pagi-pagi sekali lalu membersihkan rumah, serta mempersiapkan sarapan untuk majikannya. 

"Hinata, bagaimana? Apa keputusan mengenai rencana gilamu itu? Ataukah kau ingin berhenti melalukan hal gila yang akan membawamu ke lubang penyesalan itu?" Ya, pagi ini Hinata bersama dengan Ino membicarakan ulang mengenai pemikiran gila Hinata yang dengan sengaja ingin menjadi seorang penguji cinta beralaskan sebagai perebut milik orang nantinya?

"Iya, Ino. Aku telah memikirkan ini, dan aku akan menghentikan ide gilaku itu, dan aku juga akan sesegera mungkin akan keluar dari sana. Aku tak ingin bermain api yang nantinya akan ikut membakar diriku didalamnya." Yap, Hinata telah memikirkan hal itu jauh-jauh hari ia sadar ia tak bisa bermain gila dengan hubungan oranglain karena tentu ia juga akan ikut terbakar hangus didalamnya.

"Terimakasih Tuhan, telah kau sadarkan temanku dari pemikiran gilanya itu." Ino tentu sangat senang mendengar penuturan sahabatnya ini. 

"Akan lebih baik jika kau mencari pacar. Sehingga pemikiran gilamu tak mncul lagi, sewaktu-waktu."

"Tentu. Baiklah saatnya kita masuk kelas, pagi ini dosen galak itu akan mengajar. Huh!"













Tbc


Aku sadar bahwa gaya penulisan pada bab ini sangat berbeda dari bab sebelumnya. Semoga kalian suka yaaa:)) dan semoga melepas rindu pada cerita ini. Dukung aku terus yaa. Terimkasih banyak kepada para pembaca setiaku:)) I love U guys

Someone (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang