Sembilan Belas

60 13 11
                                    

Jangan lupa vote dan komen dear😉

Enjoy reading, koreksi kalo ada typo atau salah.

Enjoy reading, koreksi kalo ada typo atau salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________________________

Debaran di dada,

Yang mungkin akan menjadi awal dari segalanya.
__________________________

"Semuanya sudah siap?" tanya sang ketua OSIS. Yang lain mengangguk kompak. "Bagus. Ingat untuk petugas keamanan tolong ditambah, diperketat penjagaannya. Saya tidak mau keluarga kita dari Busan merasa tidak nyaman di sini."

"Semuanya udah beres, beberapa anggota badminton yang nggak ikut demo ekskul juga udah stay jadi petugas keamanan sekolah," kata Deven.

"Oke, sekarang jalankan semunya sesuai angenda awal kita. Saya yakin kita semua bisa memberikan yang terbaik untuk Mageìa. SEMANGAT!"

"SEMANGAT!!" kor yang lain serentak. Lalu satu per satu dari mereka mulai meninggalkan ruangan.

"Nazwa," panggil si ketua OSIS.

Nazwa yang nyaris berbalik pergi, mengurungkan niatnya. "Iya?"

"Saya sudah siapkan pemain cadangan buat kamu. Kalo kamu nggak kuat tampil dua ekskul jangan dipaksain." Cowok berlesung pipi itu tersenyum.

"Ah, makasih. Gue nggak perlu pemain cadangan, kok."

"Iya, saya tahu kamu cewek kuat. Tapi kamu nggak perlu ngerasa nggak enak sama saya ataupun yang lain, kalo kamu masih sakit bilang aja nggak apa-apa."

"Ok-" Kalimat Nazwa terputus, ketika seseorang menarik pergelangan tangannya. "Apaan, sih!"

Ternyata orang itu adalah Deven.

"Ikut gue bentar," ucap Deven datar.

"Nggak usah tarik-tarik," sebal Nazwa. Deven menjauhkan tangannya. "Duluan, ya," pamit Nazwa kepada si ketua OSIS dengan senyum kecil. Bagaimana pun dia menghormati cowok berlesung pipi itu.

Setelahnya yang Nazwa lakukan hanya membuntuti Deven.

"Ada apa?"

"Jangan diem aja kalo dimodusin si ketu. Harusnya lo pergi," tandas Deven sembari terus berjalan.

Nazwa mengerutkan keningnya. "Jangan nggak jelas gini, deh, jadi orang. Lagian dia nggak modusin gue, nggak usah sok tahu!"

Kali ini Deven berbalik. Manik kelabu menyelami manik hitam milik gadis di depannya intens. "Gue cowok, Naz. Jadi gue tahu saat cowok modusin cewek," jelas Deven masih dengan wajah datarnya.

Sejujurnya Nazwa kurang nyaman dengan wajah papan cowok itu, bagaimana pun selama ini Deven lebih ekspresif saat berhadapan dengannya. Kini, ketika Deven memasang wajah datar ... ada rasa 'khawatir' yang menyelinap masuk ke dalam benaknya.

Identity [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang