Jangan lupa tambahkan Identity ke daftar bacaan kalian❤
Happy reading ....
__________________________
Dibedakan tidak selalu menyenangkan.
Karena konsep perbedaan itu sendiri memang memiliki banyak arti.
__________________________Hana baru saja memasuki kelas dan mendapati Nazwa tertidur pulas di meja paling belakang.
"Ya elah, Naz ... kenapa, sih, lo nggak jadi kakak gue aja. Lo nggak perlu capek-capek kerja sampe kurang tidur gini," gumam Hana setelah meletakkan tas sekolahnya.
"Jam berapa, Na?" tanya Nazwa serak. Merasakan pergerakan di sampingnya membuat gadis itu terbangun.
"Ah, gue ganggu tidur lo, ya?"
"Banget," jawab Nazwa kemudian menguap. Hana terkekeh.
Nazwa melirik jam tangannya sebentar kemudian berkata, "bentar lagi kesiswaan pasti teriak nyuruh baris."
"Ya udah, yuk baris sebelum diteriakin," ajak Hana.
"Lo di kelas aja, Na. Kan baru sembuh, kalo nanti pingsan gimana?" kata Nazwa.
"Tenang, gue udah nggak apa-apa, kok, seenggaknya bisa tahan sampe bendera naik."
"Keras kepala banget, sih!" cetus Nazwa sebal.
Hana tertawa. Detik berikutnya gadis itu menyeret Nazwa pergi ke luar kelas, berjalan menuju lapangan upacara bersama yang lain.
"By the way ... Deven tumben nggak nongol ngasih sarapan," celetuk Hana.
Nazwa tercenung, benar juga. Pagi ini dia sama sekali tidak melihat keberadaan Deven. Padahal biasanya cowok itu tidak pernah absen menemuinya dan membawakan makanan karena tahu dirinya sering kali tidak sempat makan di rumah.
Ah, atau jangan-jangan Deven sudah menyerah karena terlalu sering dia tanggapi sekadarnya saja?
Hm, bisa jadi. Tunggu, untuk apa dia memikirkannya? Helllll!
"Kenapa lo? Mendadak bengong kayak orang punya banyak utang gitu, hah?" seloroh Hana dengan tawa receh.
Nazwa hanya medelik sinis, kemudian mengambil posisi baris di saf paling depan—berlagak tak peduli.
Masih dengan tawanya, Hana mengekor di belakang Nazwa, berdiri tepat di belakang punggung sang sahabat agar terlindung dari paparan sinar mata hari pagi yang beberapa kali berhasil membuat Hana jatuh pingsan saat upacara bendera.
Kebetulan perbedaan tinggi badannya dengan Nazwa cukup menyebalkan. 11 cm. Jadi dia bisa menjadikan Nazwa sebagai tameng.
Walau jarang mengeluh, jujur saja Hana sangat kerepotan ketika mengobrol dengan Nazwa. Karena dia harus mendongak sampai lehernya pegal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity [Segera Terbit]
Fiksi Remaja☡Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Bagi Nazwa Marbawani, keluarga harmonis nan penuh kasih sayang adalah sesuatu yang terlalu 'fantasi', karena dia hidup di tengah keluarga yang keras. Orang tuanya masing-masing memiliki kekasih d...