𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 9

4K 727 102
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

Setelah malam dimana Minho menciumnya, keesokan paginya Felix tidak mau keluar dari kamarnya sama sekali. Pemuda manis itu masih betah bergelung di balik selimut tebalnya meskipun kelasnya akan dimulai sekitar 2 jam lagi. Felix merasa betul-betul malu hendak bertemu Minho, bahkan rasa lembut bibir pemuda itu saat kedua bibir mereka menyatu tadi malam masih dapat Felix rasakan. Felix malu bukan main.

TOK TOK TOK

Dan ini kesekian kalinya Minho mengetuk pintu kamar Felix untuk membangunkan pemuda manis itu yang dikiranya masih tidur.

"Lix? Lu udah bangun belum sih? Cepetan siap-siap, gue juga mau photoshoot loh." Ujar Minho sambil memandang jam tangannya dengan resah.

Felix meremas ujung selimutnya sambil menggigit-gigiti bibir bawahnya, ragu hendak menjawab panggilan Minho atau tetap bertahan dengan kegiatan pura-pura tidurnya.

"Lix? Lu gapapa kan? Jangan sampe gue dobrak ini pintu?" Minho mulai khawatir, pasalnya hampir 30 menit ia mencoba membangunkan Felix dan tidak ada respon dari dalam kamar si manis itu.

"I-iya kak! Felix udah bangun!" Dan Felix pun akhirnya menjawab. Bahaya juga kan jika Minho betul-betul mendobrak pintu kamarnya? Hhhh.

CKLEK

Felix membuka perlahan pintu kamarnya dan memandang ke kanan dan ke kiri, eksistensi Minho sudah tidak terlihat di sekitar kamarnya.

"Uh? He's gone?" Felix bermonolog pelan. Dan akhirnya pemuda manis itu pun segera menarik handuknya kemudian berlari pelan ke arah kamar mandi.

BHUGH

Felix memejamkan kedua maniknya saat wajah manisnya menabrak dada seseorang.

GREP

Dalam hitungan detik orang yang baru saja ditabraknya pun menahan erat kedua pundaknya.

"Heh, lu ngapain lari-lari di dalem rumah?!" Minho menatap Felix dengan kebingungan.

"Euhm... Felix hampir telat kak, so... I need to take a bath now, hehe..." Felix menyengir manis dengan ekspresi canggung, membuat Minho makin mengeryit kebingungan.

"Beneran gara-gara mau telat? Bukan karna yang lain hm?" Minho mulai menggoda Felix, membuat Felix seketika merasa kesulitan meneguk salivanya.

"Bu-bukan kok, emang apaan?" Felix memiringkan kepalanya dan menatap Minho dengan polos, membuat Minho merasa bahwa kadar kegemasan pemuda di hadapannya ini meningkat berkali-kali lipat.

"Nothing. Yaudah sana mandi cepetan, gue tunggu di ruang tamu." Dan Minho pun beranjak setelah mengusak rambut Felix beberapa kali, meninggalkan pemuda manis itu yang kini berdiri mematung di depan kamar mandi dengan kedua pipi merona.

*****

Keadaan di dalam mobil Minho hening. Felix tidak tahu mau berbicara apa sementara Minho tengah fokus mengemudi. Sesekali Felix mencuri pandang ke arah wajah tampan Minho, mencoba menerka apa yang tengah dipikirkan oleh pemuda yang selalu berekspresi dingin itu, namun gagal. 

"Kenapa ngeliatin mulu hm?" Minho akhirnya sadar bahwa Felix memperhatikannya sejak tadi.

"What? NO!" Felix menggeleng kencang, kemudian menatap lurus ke depan dengan kedua tangan dilipat di depan dada dan kedua pipi menggembung lucu.

"Halah gak usah ngelak, gue tau ya dari tadi lu ngeliatin gue." Minho kembali menggoda Felix dan mencolek pinggul pemuda manis itu, membuat Felix terkejut dan secara refleks memukul tangan pemuda tampan itu.

LUMINOSITÉ || minlix (coмpleтe ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang