48. Foto?

3.7K 363 226
                                    

Entah kenapa, sepanjang koridor, Zee mendengar bisik-bisikan dari para murid. Meski Zee berusaha mengabaikannya, telinganya terasa panas ketika dia menangkap salah satu ucapan.

"Tuh, lihat dia, dasar murahan! Padahal udah ada Alex sama Aaron, tapi dia malah main sama om-om."

Zee berusaha untuk tidak memperdulikan bisik-bisik itu dan melanjutkan langkahnya dengan santai, meskipun hatinya terasa berat. Namun, bisik-bisik yang menyakitkan itu terus terdengar.

"Gue nggak nyangka seorang artis papan atas bisa-bisanya main dengan om-om!"

"Iya, padahal bokap nyokapnya pebisnis nomor satu dan model lagi!"

"Orang kayak gitu tuh aib keluarga! Mending dibuang aja! Malu-maluin keluarga Adijaya aja!"

Langkah Zee terhenti. Dia berbalik menatap salah satu gadis yang tampaknya memimpin bisik-bisik tersebut dengan tatapan datar. "Sorry? What do you mean?" tanyanya dengan nada dingin, membuat gadis itu mendengus.

"Lo itu murahan! Aib keluarga, malu-maluin keluarga Adijaya!"

"Emang kamu siapanya Adijaya? Kok beraninya bilang Zee malu-maluin keluarga Adijaya?" Pertanyaan Zee membuat gadis itu terdiam. "Jawab! Kok diam aja sih? Bisu ya?" Bentak Zee.

Gadis itu tetap diam. Zee mendengus kesal. "Dasar manusia sok suci!" ujarnya sebelum pergi meninggalkan gadis yang terdiam tersebut.

"Apaan sih? Bilang Zee aib keluarga! Emang Zee ngapain?" Zee bertanya pada dirinya sendiri. Dia merasa bingung dan marah karena merasa tidak melakukan apa-apa yang pantas mendapatkan kata-kata seperti itu.

Sesampainya di kelas, Zee merasa heran melihat reaksi penghuni kelas yang juga berbisik-bisik saat dia datang. "Kalian semua kenapa sih?" tanyanya dengan heran. Melihat mereka hanya terdiam, Zee semakin kesal. "Jawab kenapa! Bisu ya?" emosinya semakin memuncak.

Eca yang melihat perubahan suasana hati Zee langsung mendekatinya dan menariknya duduk. Elma memberikan Zee minum, sementara Alea mengelus-elus bahunya untuk menenangkannya.

"Calm down, Zee."

"Hari pertama?" Zee mengangguk mengiyakan ucapan Alea. Ketiga temannya terlihat memahami bahwa Zee mungkin sedang mengalami ketidaknyamanan, mungkin karena tamu bulanannya. Mereka tahu Zee sangat sensitif saat seperti ini.

"Mereka kenapa bisik-bisik gitu tadi?" tanya Zee dengan perasaan kesal.

"Kamu yakin mau tahu?" tanya Alea. Zee mengangguk.

Alea saling bertukar tatapan dengan Elma dan Eca, sebelum akhirnya melanjutkan penjelasannya. "Ada kabar buruk pagi ini. Ada yang nyebarin foto cewek bareng om-om di klub." Alea melanjutkan, "kita semua kaget pas lihat cewek di foto itu. Aku, Elma, dan Eca awalnya nggak percaya."

"Siapa?" sela Zee dengan tergesa-gesa.

"Itu kamu, Zee," jawab Alea pelan. Zee terkejut.

"Zee?" tanya Zee. Alea mengangguk. "Mana coba lihat!" Eca menunjukkan foto tersebut pada Zee. Zee melihat foto itu dengan terkejut. Itu memang dirinya, tetapi tidak berarti dia bermain dengan om-om di klub.

"Kapan foto ini?" tanya Zee.

"Kata si pengirim, ini kejadian tadi malam," jawab Eca.

"Iya, ini memang Zee," ucap Zee, yang membuat ketiga temannya terkejut. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, seseorang menyela. "Tap—"

"Gue nggak nyangka, ya, ternyata lo emang beneran murahan!"

Zee dan ketiga temannya terkejut mendengar ucapan itu. Lebih mengejutkan lagi, orang itu adalah teman mereka sendiri, Alex.

ZEE'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang