2. Martabak

21.2K 1.3K 10
                                    

Keesokan harinya, keluarga Adijaya tengah asik berkumpul diruang tengah sambil berbincang-bincang. Sesekali Rey menjaili Zee hingga membuat Zee menangis.

"OM ARGA GANTENG, TANTE NARA CANTIK! VIAN DATANG MENUMPANG MAKAN DIRUMAH KALIAN!"

Teriak Seorang laki-laki yang menggunakan pakaian seperti orang gila.

Teriak Seorang laki-laki yang menggunakan pakaian seperti orang gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi)

Alvian Wiratama, atau biasa dipanggil Vian, anak dari Farrel Wiratama dan Kila Anggara, membuat teriakan yang sangat keras. Teriakan Vian mengejutkan semua orang di situ. Nara memijat pangkal hidungnya, bingung kenapa Vian berbeda jauh dari sifat orang tuanya.

"Vian, jangan teriak-teriak bisa nggak?" tegur Kenzo tanpa melihat penampilan Vian.

"Hehe, maaf, Bang."

"Ngapain lo pakai begituan?"

"Cosplay, bro. Gimana? Keren nggak?" tanya Vian sambil menaik-turunkan alis, membuat Rey menatapnya dengan ngeri.

"Biasa aja, tatapan lo!" Kata Rey.

Pandangan Vian tertuju pada gadis di sebelah Arga. Ia menyipitkan matanya, merasa gadis itu familiar.

"Kayak kenal."

Zee tersenyum melihat sepupunya. "Hi, long time no see!" sapa Zee.

Vian membuka matanya lebar-lebar saat menyadari siapa gadis itu.

"Wait. Zee? Is that you?!" pekiknya tak percaya. Sepupu kecilnya kini menjadi gadis yang sangat cantik.

Tanpa menunggu jawaban dari Zee, Vian berlari menuju Zee dan memeluknya erat.

"OMG! YOU'RE SO FREAKIN' PRETTY!"

"Yes, i am."

"I miss you so much." Vian mencubit kedua pipi Zee.

"Stop it!" Zee tertawa sambil menepis tangan Vian.

"Mau ngapain lo di sini?" tanya Rey.

"Mau numpang makan dong."

"Di rumah lo nggak ada makanan?"

"Gak ada, Bang. Bunda sama El lagi keluar, Ayah belum pulang kerja, Bang Bian juga belum pulang, dan sakitnya lagi gue gak di kasih duit jajan."

Vian punya adik laki-laki berumur 7 tahun bernama Elvin Dylan Wiratama dan kakak laki-laki berumur 24 tahun bernama Fabian Wiratama.

"Tante Nara yang super duper cantik, Vian yang ganteng sedunia, boleh numpang makan?"

"Ponakanku yang katanya ganteng sedunia, silakan makan. Tante tadi buat gado-gado," balas Nara sambil tersenyum.

"Arigato gozaimasu!"

"By the way, boleh nggak Vian ajak Zee jalan keluar habis mam?" tanya Vian setelah mengambil makanannya.

"Boleh," jawab Nara.

"Gak boleh," timpal ketika kakak Zee.

Vian menatap ke arah tiga kakak Zee, "Cih, Tante Nara bilang boleh kok," ujarnya dengan ekspresi mengejek, membuat kakak-kakak Zee kesal.

"Gue ikut," kata Rian.

"Gue juga," sambung Kenzo dan Rey.

Vian mendengus, "Taik! Yaudah deh."

"Mending ganti dulu baju kamu, Vian."

"Oh iya!"

ZEE

Setelah seharian berkeliling, Vian menghentikan mobilnya di depan gerobak martabak manis. Ia menarik tangan Zee menuju bangku yang disediakan dan memesan martabak.

Ketiga kakak Zee sudah pulang karena ada urusan mendadak. Vian sempat memalak Kenzo, meminta duit untuk jajan cemilan.

"Mas, martabak empat ya. Keju, kacang, coklat, dan satu spesial," kata Vian.

"Baik, mas," jawab penjual dan segera menyiapkan pesanan.

Tak lama kemudian, martabak siap. Vian membayarnya dan mereka kembali ke mobil.

"Want to try some?" tanya Vian.

"I'll go with this one." jawab Zee. Vian mengangguk dan membukakan kotak untuk Zee.

"Go ahead and try it now." kata Vian sambil menyerahkan kotak tersebut. Zee langsung mencobanya, matanya berbinar.

"OMG! THIS IS SO DELICIOUS!" teriak Zee, membuat Vian tertawa.

Setelah menikmati martabak, mereka segera pergi. Sebelum pulang, Vian membawa dua martabak tambahan ke markas.

"Want to come in?" tanya Vian. Zee mengangguk, penasaran dengan markas tersebut.

Saat memasuki markas, terdengar nyanyian yang riuh, semakin membuat Zee penasaran.

"Assalamualaikum," sapa Vian.

"Lo Kristen bego!" sahut seseorang.

"Eh-eh, satu titik dua koma, nomor WA kamu berapa?" tanya Kenneth Bramansyah, anak Gerry dan Michaela, dengan gombalan maut.

"What did you say?" tanya Zee bingung.

Kenneth menatap Zee dan mengulurkan tangan. Zee membalas uluran tangannya. "Edgar Dewangga, anak dari Papa Alan dan Mama Jeje yang terkeren sepanjang masa," kata Edgar dengan percaya diri.

"Ehm.. Sorry?" Zee tetap bingung.

"Bego! Dia bule, monyet!" kata Rey, yang ternyata sudah ada di markas sejak tadi.

"Dia adek gue, baru aja sampai dari Amrik kemarin, mau sekolah di sini," jelas Rey, membuat yang lain mengangguk paham.

"Jadi harus ngomong bahasa bule ya?" tanya Edgar, yang membuat mereka kesal.

"Bahasa bule apaan, anjing?"

"Ya kayak, yo wassap!"

"Goblok."

"Udah ah," Rey menatap Zee. "Go home?" Zee mengangguk. Jujur, Zee sudah sangat capek dan harus bersiap untuk hari pertama sekolah keesokan harinya.

Tbc

ZEE'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang