55. Who's A?

135 6 0
                                    

"Lah, Zee gak kenal kita?" tanya Kenneth bingung setengah mati, alisnya berkerut dalam kebingungan. Di sampingnya, Vian hanya menghela napas panjang sebelum menoyor kepala Kenneth dengan cukup keras, membuat Kenneth mendelik, tak suka.

"Lo kenapa sih, anjing?" Kenneth mengusap kepalanya yang baru saja ditoyor, merasa tersinggung dengan tindakan tiba-tiba itu.

Vian menggelengkan kepala, seakan tidak percaya temannya bisa seceroboh itu. "Lo lupa, adik gue amnesia," jawabnya dengan nada yang hampir putus asa, berharap Kenneth akan ingat situasi ini.

Sebelum Kenneth bisa merespons, Vian meringis kesakitan sambil memegang kepalanya. "AW! Sial, sakit banget!" keluhnya sambil melirik ke arah gadis yang berdiri tak jauh dari mereka, dengan ekspresi kebingungan yang sama.

Zee menatap mereka dengan tatapan kosong. Dia terlihat canggung. Matanya menyapu wajah Kenneth, yang masih marah karena ditoyor dan menatap yang lain. Namun, tak ada kilatan pengakuan di matanya. Tidak ada keakraban, tidak ada kenangan.

"Kalian... siapa sih?" Zee akhirnya bertanya dengan suara pelan, nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat suasana di antara mereka semakin canggung.

Zee mengalihkan pandangannya ke arah Vian, mencoba menghubungkan ingatan yang seolah tertutup kabut. "Apa mereka juga teman-teman Zee?" tanyanya ragu, seolah kata-kata itu aneh di lidahnya.

Vian mengangguk pelan, berusaha tersenyum meski hatinya terasa berat. "Iya, Zee. Mereka itu temen kamu."

Zee mengerutkan kening, berusaha keras mencari jejak ingatan di benaknya. Tapi semuanya tampak kosong, seolah dunia yang mereka ceritakan hanyalah dongeng yang tak pernah ia alami. "Zee minta maaf... Zee benar-benar nggak ingat," katanya dengan nada putus asa, suaranya bergetar pelan.

"Santai aja, pelan-pelan juga ingat kok," ucap Edgar, berusaha mencairkan suasana yang sempat hening.

"Kita mulai aja dari awal, kenalan lagi kayak pertama kali ketemu," tambah Rayhan dengan senyum penuh semangat, menerima anggukan setuju dari yang lain. "Gue Rayhan," ia memperkenalkan dirinya dengan gaya kasual yang biasa.

"Kalau gue, Kenneth. Cowok paling ganteng sejagat raya," Kenneth menyela dengan gaya bercanda khasnya, membuat suasana sedikit lebih ringan.

"Edgar, cowok cool," Edgar memperkenalkan diri dengan senyum, menambah kesan humoris yang selalu ia bawa.

Zee tersenyum kecil, tanggapannya jauh lebih rileks dibandingkan beberapa menit lalu. Tawa kecil keluar dari bibirnya mendengar perkenalan kocak Kenneth. Namun, ketika matanya bertemu dengan Alex, yang sejak tadi hanya diam menatapnya, senyum di wajahnya perlahan memudar. Ada sesuatu dalam tatapan Alex yang terasa berbeda. Tatapan itu tajam, namun seakan menyimpan sesuatu yang dalam. Zee merasakan keanehan, perasaan yang sulit ia deskripsikan, seperti de javu tapi juga asing pada saat yang sama.

Kenneth, yang menyadari suasana hening di antara mereka, menyenggol lengan Alex dengan sedikit kekesalan. "Kenalan woy!" dorongnya dengan nada setengah bercanda, setengah mendesak.

Alex tersentak, seolah baru tersadar dari lamunannya. "Ck. Alex," ucapnya singkat. Tidak ada tambahan keterangan atau candaan seperti yang dilakukan yang lain. Hanya satu kata, tetapi Zee merasakan berat dari kata itu.

Zee mengangguk kecil, matanya masih tertuju pada Alex yang kini terlihat canggung. Meski hanya satu kata, Zee merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik sikap dinginnya. "Alex," gumam Zee pelan, seolah mencoba menanamkan nama itu di benaknya, berharap dapat merasakan sesuatu yang familiar.

Suasana hening sesaat setelah perkenalan Alex, sebelum Kenneth kembali membuka mulut. "Oke, gimana? Udah mulai ingat siapa gue, kan?" tanyanya dengan nada menggoda, mencoba mengembalikan suasana santai.

ZEE'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang