50. Salah

2.7K 330 74
                                    

Seperti yang dikatakan Arga kemarin, hari ini Arga dan Nara sudah berada di SMA Garuda. Arga berjalan dengan tatapan elangnya yang tajam, sementara Nara melangkah dengan senyum manis. Arga merasa kesal saat melihat para murid laki-laki yang memandang istrinya dengan tatapan memuja.

"Masih mau punya mata?!" suara berat Arga menggema, membuat mereka langsung mengalihkan pandangan mereka dengan ketakutan.

"Ck, Arga, kamu kenapa sih? Mereka masih bocah!" ucap Nara kesal.

"Mereka natap kamu kayak gitu, Ara. Aku mana tahan lihat mereka natap istri aku kayak gitu," balas Arga, tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Nara hanya memutar bola matanya, merasa malas untuk melanjutkan debat.

"Udah deh, mending kita langsung ke ruangan Kepsek," ujar Nara sambil menarik tangan Arga, yang masih menatap tajam para siswa yang tadi memandang Nara.

Di tempat lain, Zee dan ketiga temannya sedang asyik mengobrol santai di kelas. Eca sibuk memainkan rambut panjang Zee, sesekali menyisirnya dengan jemari tangan.

"Rambut Zee bagus banget, mana harum lagi. Pake sampo apa sih?" tanya Eca tiba-tiba.

"Ya jelas, pasti sampo sultan lah, yakali sampo sasetan," canda Elma sambil tertawa.

"Zee pake sampo Pantene kok," jawab Zee dengan santai.

"Anjay! Eca juga pake sampo itu, tapi kok gak harum kayak rambut Zee?"

"Harum bangkai ya, Ca," ledek Elma, membuat Eca kesal setengah mati.

"Apasih?!!" Eca membalas dengan nada tinggi.

"Udah ih, kita kok malah ngebahas sampo sih?" Alea yang sedari tadi hanya diam, akhirnya berkomentar, heran dengan arah pembicaraan teman-temannya.

"Lah iya ya, skip aja itu. Sekarang aku mau nanya sama kamu, Zee," lanjut Alea, mengalihkan pembicaraan kembali ke topik yang lebih penting.

Zee menatap Elma dengan kebingungan. "Nanya apa, Elma?"

"Kamu udah baikan sama Alex?" tanya Elma, penasaran.

Zee menggeleng dan menghela napas panjang, menandakan betapa berat perasaannya saat ini. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menatap langit-langit kelas dengan wajah sendu.

"Gue masih gak nyangka sama Alex," kata Eca pelan, "kok dia bisa dengan gampangnya percaya hanya gara-gara ngeliat foto yang jelas-jelas kelihatan banget editannya."

Elma yang mendengar ucapan Zee mencoba menenangkan dengan berkata, "Sebenarnya Om yang ada di foto itu beneran." Ucapan Zee itu mengejutkan ketiga temannya.

"Jadi kamu beneran?" tanya Alea hati-hati, takut salah paham.

"No! Gak mungkin Zee ngelakuin hal seperti itu!" Eca buru-buru membela Zee.

Sebelum Zee bisa menjelaskan, tiba-tiba terdengar panggilan dari speaker sekolah.

"PANGGILAN KEPADA ZENNETA ADIJAYA AGAR SEGERA MENUJU KE RUANG KEPALA SEKOLAH!"

Mereka semua saling pandang dengan kebingungan. Tumben sekali Zee dipanggil ke ruang Kepala Sekolah.

"Ada apa ya?" Zee bertanya, bingung.

"Coba aja ke sana, mungkin ada yang pengen ketemu sama kamu, Zee," ujar Alea, yang diikuti anggukan setuju dari Eca dan Elma.

"Ayo, kita temenin deh," tambah Eca. Zee mengangguk setuju dan segera bangkit dari kursi, diikuti ketiga temannya.

Saat mereka keluar kelas, tanpa disadari Zee, seseorang melihatnya dari kejauhan dengan tatapan penuh rasa bersalah. Ingin rasanya orang itu mendekati Zee, namun egonya terlalu kuat untuk mengalah.

ZEE'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang